Sejak cewek itu pulang dalam keadaan ngeri sekaligus linglung dari rumah Lyra, Aulia tau bahwa ia telah mengacaukan agenda meeting dengan salah satu agensi modelling karena ia meninggalkan berkasnya di rumah Lyra.
Sebenarnya berkas itu bisa di-print lagi, itu urusan gampang. Tapi masalahnya Aulia sudah kepalang syok dan langsung merasa lelah luar biasa sampai bangun kesiangan.
Hari ini pun Aulia tidak merasa lebih baik. Terutama ketika ia hendak berangkat ke butik dan melewati rumah Lyra, kenangan misterius semalam segera memenuhi benaknya lagi.
Jadi dengan amat sangat terpaksa, Aulia akhirnya membatalkan meeting di butik menjadi siang nanti dan malah mengajak Marta yang masih bingung dengan situasi untuk sarapan di salah satu kafe bergaya klasik yang masih sepi.
Di sepanjang jalan, Marta tidak banyak bertanya dan hanya memangku ice box berisi ikan itu dalam diam.
"Coba buka box-nya dong," ujar Aulia random untuk memecah keheningan.
"Eh-" Marta membuka tutup sterofoam itu dan melihat isinya. 2 ekor ikan segar yang sudah dibekukan bersama seekor lobster jumbo yang diikat. Kemudian memperlihatkannya pada Aulia.
"Kayaknya Lyra suka banget seafood ya," gumam Aulia seraya tersenyum simpul. Ia teringat Daniel beberapa kali memesan menu seafood padahal cowok itu sendiri penyuka daging merah. Itu jelas untuk Lyra.
Marta mengangguk, menutup kembali kotak itu dan mengamati tampilan luar ice box-nya untuk menghilangkan canggung. Masih baru dan tidak ada stiker atau cap yang menunjukkan nama gudang ikan punya Joseph Malik.
"Udah dapet kabar dari Lyra?" tanya Aulia lagi.
Marta menggeleng. "Belum, mbak."
Aulia tidak bertanya lagi sampai mereka tiba di kafe dan cewek itu kembali berusaha menghubungi Daniel.
Untungnya, kali ini tersambung.
"Lyra gimana, Niel? Aku belum dapet kabar."
"Lyra oke. Dia udah ketemu Mama."
"Terus kamu dimana? Tumben sinyal lancar?"
"Uhm... Aku lagi di perjalanan ke Pangandaran bareng Om Edgar."
Aulia mengangguk. Menyadari bahwa Daniel terkesan sedang tidak ingin banyak bicara, Aulia dengan pengertian menambahkan, "Siang nanti aku ada meeting. Text me kalau ada kabar tentang Faro. I'll call you back."
"Sure." Daniel terdiam selama beberapa saat. "Thank you, Ia."
"Sama-sama, Niel. Stay close to me."
"Uhum." Daniel menggumamkan kalimat pendek yang membuat Aulia tersenyum.
Berada di samping Om Edgar yang menjadi temperamen setiap sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya pasti bukan hal yang mudah untuk Daniel di saat cowok itu sendiri sedang mengkhawatirkan kondisi sahabatnya.
Aulia ingat waktu Faro dilarikan ke rumah sakit setelah jadi korban oleh polisi saat aksi mahasiswa. Aulia ada disana untuk menghampiri Daniel yang juga terluka saat berusaha menolong Faro dari baku hantam dengan polisi bertopeng. Setelah memastikan luka di kening Daniel tidak butuh jahitan, mereka segera menghampiri Faro, bersamaan dengan Om Edgar yang datang untuk menjemput anak bungsunya itu.
Edgar Abraham mengamuk sampai membuat gugup perawat yang datang untuk memeriksa Faro. Kemudian Daniel juga cerita kalau Edgar Abraham mengusut petugas kepolisian yang membuat Faro babak belur. Edgar Abraham juga mengincar orang yang melempar gas air mata sampai membuat mata Faro hampir infeksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mapala - 🌐SH
FanfictionKeanehan yang terjadi sejak Faro menolak Lyra di lapangan Fakultas Geografi.