46 - Nobody Said It Was Easy

677 186 85
                                    

Akutuh kadang pengen kayak author lain yang selalu punya kata pembuka atau penutup di setiap part

Sambil cerita random soal apa gitu

Tapi gimana ya, aku ngga bisa kek gitu, soalnya jempol udah harus dulu-duluan sama alur yang ada di kepala
😭😭

Jadi begitu selesai, langsung up karena aku ngga suka simpan work lama-lama

Tapi aku bener-bener mau ngucapin terima kasih banyak buat yang udah baca sampai sejauh ini

Love youuu so much all
🤗🤧🤧

💤💤💤

Semalam, Daniel baru menghubungi Aulia saat ia dan Arjuna berbaring di kamar tamu rumah Faro.

Cewek yang lebih tua 3 tahun dari Daniel itu syok bukan main sampai tidak bisa bersuara selama beberapa saat. Kemudian Aulia akan datang ke Bogor besok pagi-pagi sekali untuk ikut ke pemakaman.

Sepanjang malam itu, Daniel sama sekali tidak bisa tidur. Menatap kosong langit-langit kamar tamu tempat ia pernah menginap -kadang juga ia tidur di kamar Faro setelah tepar main PS semalaman.

Daniel tidak akan beranggapan bahwa ia adalah orang paling denial atas kejadian ini. Setiap orang punya penyangkalannya masing-masing. Termasuk Om Edgar yang sudah tau betul posisi dasar jurang dan sungai tempat Faro tenggelam. Benar-benar tidak masuk akal.

Makanya selagi orang-orang melakukan pengajian di ruang keluarga bawah, Om Edgar tampaknya sedang menelepon seseorang dan marah-marah.

Tapi Daniel tidak sempat menghampiri Om Edgar. Cowok itu menghampiri Lyra dan memeluk adiknya seerat mungkin saat tangisnya semakin menjadi-jadi karena dijauhkan dari jenazah Faro yang ditutup jarik coklat tua.

"Kak Faro jahat... Kak Faro ingkar janji..." isak Lyra semalam seraya sesengukan.

Daniel menyadari bahwa antara sahabat dan adiknya itu sudah memiliki begitu banyak kenangan. Memiliki begitu banyak pikiran dan impian untuk dibagi bersama. Hampir satu semester Faro sering menghabiskan waktunya bersama Lyra, alih-alih nongkrong bareng dengan anak sekre, Faro justru pulang dulu untuk menjemput Lyra di fakultasnya.

Dan itu tidak pernah mudah bagi siapapun saat si pemberi kenangan pergi begitu saja.

Nobody said it was easy.

Ketika hari semakin larut, Daniel membujuk Lyra untuk ikut orang tua mereka menginap di hotel terdekat bersama Tante Leandra. Setelahnya, Daniel tidak tau lagi.

Menjelang tengah malam, papan bunga duka berdatangan. Papa bahkan sudah mengirim papan bunga meski bukan pakai nama pribadi, melainkan nama perusahaan, Ocean.co. Dan logo perusahaannya adalah logo lama yang terakhir dipakai 2 tahun lalu.

"Niel, ini beneran ngga sih?" gumam Arjuna gelisah.

Daniel memejamkan mata mengusir perasaan kehilangan yang lagi-lagi melandanya, tidak repot-repot sekedar menoleh untuk menatap Arjuna yang berbaring di balik punggungnya. "Kalo ngga percaya lo tonjok itu tembok depan lo."

"Gue ngga percaya Faro pergi."

Ngga ada yang percaya Faro pergi, Jun.

Malam yang aneh. Daniel pikir ia tidak akan tertidur, tapi kemudian ia mendapati dirinya ada bersama Faro berada di Merlion Park, sedang menikmati es kopi dari kafe terdekat dan mengamati sekitar patung Merlion yang ramai. Anehnya, langit Singapore saat itu terik, tapi udaranya sejuk sekali.

Anak Mapala - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang