27 - Tiga Sekawan

756 188 34
                                    

Lyra tidak tau siapa yang sebenarnya abangnya.

Cewek itu duduk di salah satu warung dengan Pop Mie yang masih panas di pangkuannya, mengamati dari kejauhan bagaimana abangnya dan Faro berdebat seru di pelataran parkir.

Kelihatannya sih seru. Lyra kan tidak pernah lihat ada yang berani memarahi abangnya selain Mama sama Papa. Apalagi Faro kali ini tidak bisa menutupi emosinya seperti biasa.

Mengingat kalau selama ini Faro lebih manusiawi dibanding abangnya, Lyra jadi bertanya-tanya. Apakah sebenarnya Faro itu abangnya? Cuma beda ibu, ayah, dan tempat lahir saja?

Apakah sebaiknya Lyra berdoa biar Faro jadi abangnya saja alih-alih jodohnya?

Otak Lyra sedang penuh menyusun teori konspirasi sampai lupa Pop Mie-nya sudah bisa dimakan.

Usai berdebat seru, Faro dan Daniel kembali ke warung dimana 2 cowok tinggi besar itu menyuruh Lyra menunggu dan tidak boleh kemana-mana. Wajah keduanya masam. Bedanya, Faro sudah bisa senyum lagi. Sedangkan Daniel menatap sahabatnya itu dengan sensi.

Tidak jauh dari tempat Lyra duduk, ada Marta yang sedang menyuap Indomie-nya. Meski begitu, ia menyadari keributan macam apa yang terjadi di antara Daniel dan Faro. Tidak tau persisnya apa, tapi kalau ada yang membuat 2 cowok itu ribut di tempat wisata seperti ini, penyebabnya pastilah Lyra.

Marta menatap iri Lyra yang sedang mendekap Pop Mie-nya. Jaket Faro tampak kebesaran di badan Lyra. Marta seringkali bertanya-tanya, bagaimana bisa ada orang yang memiliki hidup sebaik yang dimiliki Lyra? Cewek itu punya segalanya.

Lyra cantik, meski cewek itu tidak sadar dia cantik. Lyra pintar, meski nilai kuliahnya kadang dapat D - tapi yang terpenting cewek itu passionate. Kemudian, Lyra berasal dari keluarga kaya raya dan baik.

Bohong kalau Lyra bilang orang tuanya tidak tajir melintir. Kecuali karena banyak crazy rich di Singapura dan hal seperti itu jadi tidak penting amat. Papa Lyra memang pedagang ikan di pasar, hanya dalam skala yang lebih besar.

Marta tidak sengaja melihat nama Papa cewek itu, kemudian mencari tau di internet dan mendapati bahwa Joseph Malik memiliki gudang ikan di Indonesia, Singapura, China, dan Eropa dengan rata-rata transaksi senilai belasan ribu USD setiap bulannya.

Dan Lyra selalu bilang kalau Papanya itu pedagang ikan.

Kemudian Mama Lyra, Arumi Elizabeth Juana, seorang desainer mebel yang sepertinya mewarisi bakat seninya pada si bungsu Lyra.

Joseph Malik sendiri membawa keluarganya pindah ke Singapura saat kericuhan 98 meledak di Medan. Dan sebelum situasi di Jakarta semakin brutal, mereka pergi. Daniel dan Lyra tumbuh besar di Singapura, di lingkungan kelas atas yang dianggap lebih kondusif dibanding Indonesia meski biaya hidup dan pajak bukan main mahalnya.

Ya, mudah saja kalau punya uang banyak.

Kenapa Marta tidak lahir di kondisi seperti Lyra? Atau, kenapa ia tidak terlahir sebagai cewek itu saja?

Dan seperti semua itu belum cukup, sekarang Lyra 'memiliki' Faro di sisinya.

"Mar, ngga boleh ngelamun," tegur Lyra, membuat Marta tersenyum tipis.

Sementara dirinya sendiri terlahir di keluarga nelayan yang tidak terlalu beruntung. Satu-satunya yang ia syukuri adalah ia punya wajah yang cukup cantik, meski ia tidak beruntung juga karena beberapa agensi modelling menolaknya dengan alasan tubuhnya terlalu kurus. Sayangnya, menjadi cantik dan tumbuh di lingkungan yang buruk bukanlah kombinasi yang bagus. Ia kerap kali mendapat pelecehan seksual.

Dan sekarang, satu-satunya jalan yang ia punya adalah meneruskan kuliahnya di kampus bergengsi sampai selesai, sembari meneruskan pekerjaan sampingannya.

Anak Mapala - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang