"Masa ngga bisa sih, Ra? Weekend nanti bakal libur beruntun padahal. Lagian ini cuma ke Bandung doang kok. Deket."
Lyra bergumam ragu. "Emang sama siapa aja, Mar?"
"Ada temen-temen gue beberapa. Mereka udah sewa villa, udah nyediain kamar buat lo juga. Masa ngga ikut?" Marta masih berusaha membujuk Lyra untuk liburan akhir pekan di Bandung. Baginya, bisa berlibur saja sudah suatu kebahagiaan tersendiri. Apalagi ke Bandung dan menikmati Wisata Kawah Putih. Makanya ia mengajak Lyra.
"Tapi weekend beneran ngga ada kelas sama sekali kan?" Lyra memastikan kembali, tampak tidak yakin.
"Clear," jawab Marta.
"Ngga ada tugas?"
"Udah kelar."
Lyra ingat lagi pesan Faro sebelum cowok itu ke Kalimantan. Tidak boleh terlalu sering main karena bikin Marta jadi bolos kelas. Kalau nanti weekend libur beruntun dan tidak ada urusan dengan kampus, berarti tidak apa-apa. Cewek itu lantas mengangguk. "Ya udah, yuk."
"Nah sip. Lo packing baju aja buat 3 hari. Urusan makan-makan bakal dihandle anak cowok."
Lyra mengangguk lagi.
"Nanti berangkatnya ketemuan dimana gue chat lagi."
"Oke. Emang ada berapa orang nanti?"
"Sebelas termasuk lo."
Mata Lyra membulat antusias. Dia tidak pernah liburan sendiri bersama teman-teman sekolahnya. Seringnya berlibur dengan keluarganya saja. Jadi ia optimis liburannya kali ini pasti bakal menyenangkan.
Abang Gojek yang mereka tunggu kemudian tiba. Lyra menerima helm kemudian duduk di boncengan, melambai pada Marta sebelum motor melaju bersama ratusan pengendara yang lain.
Di tas, ponselnya sempat bergetar beberapa kali. Tapi Lyra tidak mau main ponsel saat ada di motor. Akhir-akhir ini ia melihat di Youtube bahwa penjambret juga mengambil ponsel orang-orang yang ada di motor. Jadi Lyra agak parno mau main ponsel.
Tapi cewek itu menduga bahwa Faro yang barusan mengiriminya pesan chat. Memang sih terakhir Faro mengiriminya pesan tadi siang, itu pun untuk membalas pesan Lyra pagi tadi. Masalah sinyal. Karena lokasi penelitian cowok itu ada di pelosok Kalimantan. Tapi siapa tau kan sore ini Faro sudah mengirimkan balasan.
Mengingat itu Lyra jadi tersenyum sendiri.
Kak Faro ternyata ngegemesin bangetttt!! Asdfghjkl!
Tiba di rumahnya, Lyra menatap mobil Faro yang terparkir di sebelah mobil abangnya. Tatapannya jatuh pada plat mobil Faro, sekali lagi tersenyum lebar karena hal sekecil itu saja membuatnya gemas. Faro dan mobilnya. Seperti laki-laki dengan hobi mereka. Tidak bisa diganggu gugat.
Baru sesaat hendak membuka pintu rumah, pintu itu sudah dibuka lebih dulu dari dalam.
Daniel menatap adiknya dengan kening berkerut curiga. "Ngapain lo senyum-senyum?"
"Mobilnya Kak Faro ganteng kayak orangnya." Lyra terkekeh.
Daniel menganga tidak percaya, menatap adiknya kemudian mobil Faro bergantian. Apanya yang ganteng dari mobil Faro? Mirip mobil penculik. "Lo emang ngga waras kayaknya."
"Hu'um." Lyra malah mengangguk, kemudian menatap abangnya yang sudah rapi mengenakan kaos hitam polos lengan pendek, jam tangan, dan celana jeans tapi mengenakan sandal Swallow. "Abang mau kemana?"
"Nongkrong. Lo ikut gue biar ngga di rumah sendirian."
"Abang kalo nongkrong sampe malem banget. Nanti aku ngantuk gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mapala - 🌐SH
Hayran KurguKeanehan yang terjadi sejak Faro menolak Lyra di lapangan Fakultas Geografi.