32 - Dokter Umum VS Dokter Kandungan

844 171 41
                                    

Bagi mahasiswa lain, dosen yang tiba-tiba membatalkan janji temu adalah hal biasa.

Bagi Faro, itu tidak biasa. Profesor Haris terkenal sebagai dosen killer yang telat semenit saja dihitung. Selalu menepati janji dan selalu memperhitungkan ucapannya. Kecuali kalau ada sesuatu yang sangat urgent.

Itulah yang membuat dosen killer seperti Profesor Haris bisa cocok dengan Faro yang sama on time dan teraturnya. Tidak ada waktu untuk bermalas-malasan.

Hanya saja, kali ini agak beda. Secara tiba-tiba, Profesor Haris membatalkan janji bimbingan tepat saat Faro hendak menuju ruangannya. Hanya lewat chat, bukan telepon. Dan tanpa alasan.

Okelah, mungkin urusan kali ini lebih mendesak sampai tidak sempat menjelaskan apapun.

Faro berbalik lagi meninggalkan gedung fakultasnya menuju sekre Mapala yang saat itu hanya ada OB yang sedang mengambil piring dan gelas kotor milik warung depan.

Sekarang masih jam 1 siang, Lyra selesai kelas jam 2. Faro punya waktu sejam untuk menambah cicilan skripsinya yang nanti tinggal dikoreksi Profesor Haris.

Mengeluarkan laptop, buku catatan, dan modul Geografinya, Faro segera fokus mengetik. Bab 2 hampir selesai.

Bab 3 akan ia lanjut sambil KKN nanti, kemudian Bab 4 sampai penutupan tergantung dimana Faro akan melakukan penelitian. Dalam hal ini, cowok itu akan melakukan penelitian prospek batu bara dan terusannya di daerah Sumatra.

Bukan tanpa sebab. Karena semester lalu Faro dapat PKL di salah satu perusahaan batu bara swasta di Sumatra. Perusahaan yang sama dimana Faro mengajukan proposal ijin penelitian untuk skripsinya.

Reputasi dan kinerjanya waktu PKL bagus. Manajer menyukai cara kerja dan metode penelitiannya yang efisien. Jadi proposal itu disetujui dan Faro memiliki pembicaraan bahwa perusahaan itu akan mendanai semua penelitian skripsi Faro dengan syarat cowok itu membuat rancangan pembukaan lahan penelitian selama beberapa tahun ke depan.

Itu berarti, Faro harus bekerja untuk perusahaan asing itu kalau mau seluruh penelitiannya didanai. Hal yang agak bertabrakan dengan idealisme-nya.

Tapi lihat kan, bagaimana tertata dan rapinya semua langkah Faro untuk bisa menyelesaikan kuliah dengan baik.

Belum lagi proyek penelitian minyak bumi di lahan baru di Kalimantan bersama Profesor Haris.

Resume cowok itu bagus. Cerdas, ciri kerja efisien, bisa bekerja dengan baik dalam tim bahkan memimpin, memiliki attitude, dan mempunyai jaringan luas.

Faro Abraham jelas akan jadi tipikal fresh graduate yang diincar perusahaan besar.

Anehnya, dengan agenda sesibuk itu Faro masih sempat-sempatnya memikirkan teror yang menimpa Lyra dan kejadian aneh yang mulai merambat ke hidupnya.

Mungkin memikirkan penelitian dari perut bumi agak membuatnya bosan, jadi cowok itu juga menambah hal lain untuk dipikirkan.

"Kak Faro..."

Pintu sekre dibuka dari luar, bertepatan dengan Lyra yang menyapanya sembari membawa sekaleng susu beruang.

"Kirain lagi bimbingan?"

"Profesor Haris lagi ada perlu." Faro menutup semua buku dan laptopnya, memasukkannya ke dalam ransel dan meluruskan punggung sampai terdengar bunyi-bunyi melegakan dari tulang punggungnya. "Kita dapet antrian sekitar jam 4 sore. Mau makan dulu? Gue laper."

Lyra tersenyum lebar, mengangguk. "Aku juga laper," jawabnya cepat. "Kak Faro kapan daftarin antrian dokter?"

"Tadi pagi, habis nganter lo ke kampus," sahut cowok itu, meraih ranselnya dan menyangganya di bahu kiri sementara lengan kanannya secara otomatis menggandeng tangan Lyra.

Anak Mapala - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang