'Bimbingan di kantor saya jam 9 pagi.'
Faro melempar ponselnya ke bantal sebelah, menggeliat seperti anak kucing, lantas mendesah lega saat merasa punggungnya tidak sekaku sebelumnya.
Cowok itu kemudian menatap langit-langit kamar - ini adalah kamar Daniel, sembari mengingat kejadian semalam.
Oh, semalam Faro panik sekali mencari Lyra, merasa bersalah karena tidak memeriksa ponselnya sehingga secara tidak langsung ia yang membuat Lyra, entah bagaimana caranya, terdampar di rumah kosong itu dan demam.
Setelah Lyra makan dengan disuapi Aulia dan minum obat, Faro kembali menggendong cewek itu ke kamarnya di atas. Faro menemani Lyra sampai terlelap, kemudian ia sendiri juga ikut tertidur dalam keadaan duduk menelungkup.
Seharusnya ia bangun di kamar Lyra.
Tapi melihat bagaimana ia terdampar di karpet tebal kamar Daniel, dengan selimut tebal dan bantal nyaman, Faro yakin seseorang telah membuatnya pindah ruangan.
Pintu kamar Daniel dibuka, sahabatnya itu masuk sambil menguap, kentara sekali masih mengantuk.
"Kenapa gue bisa di kamar lo?!"
Daniel menatap Faro dengan aneh. "Ngga usah histeris kayak anak perawan deh. Gue ngga gendong lo. Ya kali cowok gendong cowok!!" Kemudian cowok itu ambruk di kasurnya, menimbulkan bunyi berderit karena kasur pun kewalahan mengatasi jatuhan tubuh tinggi besar Daniel.
"Terus gue jalan kesini?! Gue ngga inget kalo bangun."
"Ya karena lo ngga bangun. Kebo banget gila," heran Daniel dengan mata terpejam, siap lanjut ke dunia mimpi. "Gue seret lo kemari karena gue ngga mau lo tidur di kamar adek gue."
Faro mengangguk. Terjawab sudah kenapa punggungnya terasa pegal dan kaku. Kenyataan kalau Daniel menyeretnya untuk pindah kamar lebih masuk akal daripada kalau cowok itu menggendongnya. Ewh!
"Lyra gimana?"
"Udah sembuh, malah kayaknya kelebihan tenaga. Pusing gue ngadepin bocah tantrum gara-gara BTS meal udah ngga ada."
"Dia Army?"
"Lo tau istilah Army?"
"Ya kan anak sekre juga ada yang suka kirim link buat voting apalah itu."
Daniel baru ingat. "Adek gue biasa aja sih sama Korea. Cuma gara-gara bungkus ungu McD kan edisi langka aja makanya jadi alay. Mana keduluan Gojeknya Sisca Kohl, pada ludes kan!"
Bukan Daniel Malik namanya kalau tidak menyisipkan celaan kasih sayang di sela-sela kalimat setiap menceritakan adiknya itu pada Faro.
Bagaimana tidak sayang? Sejak menyeret Faro untuk pindah kamar, gantian Daniel yang menunggui adiknya itu biar tidak sleep walking atau tiba-tiba hilang lagi.
Pengorbanan tanpa tanda jasa Daniel kemudian dibalas dengan teriakan kesal dan rengekan Lyra yang dapat kabar kalau BTS meal sudah tidak ada sembari menyalahkan abangnya yang merasa tidak punya salah sama sekali.
Tragis.
💤💤💤
"Apinya dikecilin ya, biar telurnya ngga gosong dan kuningnya ngga over cook biar jadi sunny upside."
Lyra menurut, mengecilkan api kompor sembari menatap Youtube yang terputar di layar ponselnya, sambil memastikan pinggiran telurnya tidak gosong.
"Udah baikan, Ra? Kok masak?"
"Cuma masak telur aja, kak." Lyra menoleh, nyengir melihat Faro baru turun dari tangga dengan handuk tersampir di bahunya dan rambut basah habis keramas. Cowok itu mengenakan pakaiannya sendiri - yang tentu saja bukan pakaian kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mapala - 🌐SH
FanfictionKeanehan yang terjadi sejak Faro menolak Lyra di lapangan Fakultas Geografi.