54 - Sampai Waktu Berlalu

925 186 90
                                    

2 tahun kemudian

--

Aneh sekali mengingat waktu berlalu dengan sangat cepat.

Lyra ingat saat dulu ia harus kehilangan Faro lagi. Lyra tidak akan ambil pusing soal orang-orang yang kadang masih membahas masalah Faro. Tapi ditinggalkan sendiri oleh cowok itu membuat kesan yang amat berbeda. Semua berubah.

Lyra merasa tersingkirkan, tentu saja.

Apalagi setelah malam mengerikan itu, ia sama sekali tidak punya kesempatan apapun untuk bicara barang sebentar saja pada Faro. Lyra ingin sekali minta maaf langsung pada cowok itu. Tapi jangankan meminta maaf langsung pada Faro, permintaan maafnya pada Fara saja ditolak mentah-mentah.

Meski rasanya menyakitkan, Lyra tau kalau itulah yang harus ia terima. Dan ia tidak perlu menghindar dari perasaan sakitnya.

Bahkan sesaat setelah kabar kalau Faro cabut berkas dari UI, Papa juga menawari Lyra untuk cabut berkas, meneruskan kuliah di NUS biar tidak jauh dari keluarga. Biar ada yang menjaga. Tapi Lyra menolak. Ia akan tetap disana, menyelesaikan apa yang pernah ia mulai. Setidaknya meski ia keluar dari Mapala, ia tidak perlu sampai pindah kampus juga.

Daniel juga sudah lulus 2 tahun lalu. Magna Cumlaude. Kacau! Lyra tidak menyangka abangnya sepintar itu. Wisuda abangnya itu dihampiri keluarga besar Lyra yang rata-rata berdomisili di Singapura juga. Saat wisuda itu, Lyra berharap ia bisa menemukan Faro di tengah kerumunan yang datang untuk menghadiri wisuda Fara dan Arjuna.

Tapi Faro tidak ada disana. Hanya ada Om Edgar dan Tante Janice yang datang untuk wisuda Fara. Itupun melengos begitu saja saat melewati Lyra.

Jadi Lyra tetap tidak mendapat pencerahan apapun.

Lalu karena Lyra tidak mau pindah kampus, abangnya juga memutuskan untuk lanjut S2 di UI lagi bersama Arjuna dan Fara. Lyra tidak tau pasti bagaimana hubungan abangnya dan sahabat-sahabatnya itu, tapi Lyra tidak pernah lagi melihat mereka nongkrong bersama.

Cewek itu merasa tidak enak karena sampai harus membuat Daniel kehilangan sahabat-sahabatnya, tapi rupanya Daniel sama sekali tidak terganggu dengan hal-hal sentimentil semacam itu. Atau hanya tidak menunjukkannya. Pokoknya, hidup terus berlalu.

Sejak lanjut S2 juga Daniel jadi lebih serius. Tidak banyak main-main seperti dulu. Jadi agak-lebih-sedikit dewasa. Abangnya juga yang dengan bijak meminta Papa berdamai dengan cara 'baik' pada keluarga besar Marta.

Soal Marta, Lyra sempat ingin menengok temannya itu yang mendekam di penjara perempuan untuk menyampaikan bela sungkawa. Sebab Jodi, karena sudah bersekutu dengan setan dan gagal memenuhi janjinya pada iblis-iblis itu, pada akhirnya meninggal secara tidak wajar di kegelapan penjara. Saat itu Marta menolak menemuinya. Marta juga menolak kunjungan teman-teman kampus dan akhirnya cewek itu seperti hilang dari edaran.

Rasa bersalahnya pada Lyra terlalu besar sampai ia tidak sanggup menemui teman yang sudah ia khianati itu. Perbuatannya bahkan lebih mengerikan dibanding sekedar jadi perempuan simpanan om-om.

Karena sempat sedih juga, Daniel melakukan hal yang amat sangat langka!

Abangnya itu menghibur Lyra dengan kalimat bijak yang dikutipnya dari modul hukum bacaannya. Ajaib sekali. Lyra mau tidak mau harus mengakui bahwa abangnya juga bertambah dewasa. Semua kejadian ini memang membuat semua orang berpikir.

Pun hubungannya dengan Aulia yang semakin mendapat pencerahan. Kalau Daniel berhasil menyelesaikan tesisnya tepat waktu, mereka akan bertunangan 2 bulan lagi. Iya, Daniel sedang sibuk-sibuknya menggarap tesis sekarang. Kadang Daniel masih sempat-sempatnya mengikuti agenda Mapala meski abangnya itu sudah bukan anggota lagi, melainkan alumni.

Anak Mapala - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang