"Diam di sana!" teriak anak laki-laki yang berdiri dengan satu tangan terangkat. Telapak terbuka sempurna, menampilkan kelima jarinya yang berdiri merenggang. Menandakan bahwa ia tidak mau seseorang di hadapannya berjalan mendekat.
Walau hanya satu jengkal.
"Mau apa kamu ke sini? Ingin bermain bersama kami?" ujarnya lagi, nada bicaranya tak dapat di jelaskan.
Ketidaksukaan?
Dendam?
Kesal?
Marah?
Semua tercampur aduk."I-iya." jawab seseorang dengan gugup.
Bocah laki-laki berbaju senada dengan yang lain. Memakai seragam sekolah dasar tadi, langsung berdencih keras. "Mana ada yang mau main sama kamu?!" balasnya.
"Tapi kenapa? Kenapa kalian nggak mau main sama aku? Salah aku apa?"
"Mama kamu yang salah! Kenapa Mama kamu merebut Papa aku?! Kenapa Mama kamu menghancurkan keluarga aku?!" bentaknya.
"Dasar!"
"Mama kamu sudah ambil Papa-nya Misha!" teriak mereka. Mengelilingi anak kecil beralis tebal yang memiliki bulu mata lentik tersebut.
"Bukan! Mamaku bukan perebut Papa-nya Misha!" elaknya menahan tangis.
Walau jelas diingatannya. Sang Mama pergi sebab sudah menemukan keluarga yang baru.
Namun tetap saja dirinya tidak terima kala wanita yang telah melahirkannya. Disebut dengan kata kata yang tak ia suka seperti tadi. Wanita itu memang telah gagal menjadi orang tua terbaik untuknya, tetapi wanita itu tidak buruk. Mama-nya tidak buruk!
"Aku benci kamu! Dia nggak sayang sama kamu sebab itu dia pergi! Dan kenapa dia harus pilih Papaku?!" teriak Misha menjadi jadi. Nyatanya, Misha tidak suka keberadaan orang baru di keluarga kecilnya.
Ia lebih suka ketika Sang Papa hanya perhatian kepadanya. Bukan kepada orang lain, waktunya menjadi sangat dikit dengan Sang Papa.
"Mama kamu perusak! Mama kamu perusak!"
"Jangan bicara lagi!" bangun dan mendorong bahu Misha. Ia semakin tidak terima kala Misha terus-terusan berkata demikian.
"KAMU DAN MAMAMU SAMA-SAMA PERUSAK!"
"Pergi kamu!"
"Kita nggak mau punya teman kaya kamu!"
"Mamamu nggak sayang sama kamu!" ujar yang lain lalu tertawa.
"Tutup mulut kalian! Berhenti!" erang bocah tadi seraya menutup telinganya rapat-rapat.
Misha yang juga sudah emosi. Mendorong anak kecil itu sekuat tenaga.
Bruk!
Karena tubuhnya lemas juga hentakan kuat dari Misha. Membuat benturan cukup kuat.
"Saguna!" teriak gadis kecil yang baru saja tiba.
"Kalian jahat! Kenapa kalian ganggu Saguna terus?!" teriaknya lagi seraya membantu Saguna bangun.
Kepala Saguna kecil terbentur tembok. Matanya samar-samar masih terbuka. Saguna hendak memegang luka di kepalanya,
"Saguna! Saguna, bangun!" gadis kecil itu terus memanggil nama sahabatnya.
"SAGUNA, BANGUN!"
"SAGUNA!"
Tersentak hebat. Cowok bercelana selutut itu bangun dari mimpi buruknya dengan sangat kasar, seperti terseret lalu ditendang keluar secara paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saguna
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Spin off cerita "Aksara" dapat dibaca terpisah <3 "Bisa diam gak?" "Jangan ganggu gue!" "Gue bukan pacar lo, Frey." Saguna Zayyan, cowok super dingin mengalahkan tumpukan salju di Kutub Utara. Setiap hari selalu dius...