#20 kue untuk pesta

230 24 7
                                    

Malem bngt yee upnya.....
Tadi sore mau lanjut eh gak ada kuota wkwkw,,,,
So enjoy this capt-!!!

***

Di rumah sederhana, tepatnya di dapur yang tak terlalu luas. Ketiga gadis berkaos polos juga satu wanita berbaju lengan panjang. Tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Karena ternyata pesanan kue yang dipesan keluarga Zayyan lumayan banyak jumlahnya.

Dengan senang hati Meisya dan Naila mau membantu sahabat mereka itu. Lagi pula membuat kue akan sangat menyenangkan.

Yang ada di kepala Freya, ini hanya acara kecil. Itu salah, sepertinya Ashe memang sudah merasa cocok dengan Kyla. Bagaimana kalau kesempatannya hilang?

"Timbang bahannya jangan sampai salah, Nai." kata Meisya kepada Naila yang bertugas nemimbang bahan-bahan keris dan basah di sudut meja.

"Meisya meremehkan Naila? Tenang aja. Naila udah profesional." kata Naila yang membuka matanya lebar-lebar kala menuangkan tepung ke dalam wadah saat ditimbang.

"Hati-hati, mata keluar. Santai aja kali gak usah tegang-tegang." tawa Freya melihatnya.

"Tetapi harus tetap fokus. Nanti kalian malah membuang isi telur dan mengocok cangkangnya." kata Irish ikut tertawa.

"Tante bisa aja." kata Meisya terkekeh.

"Oh ya, ngomong-ngomong Naila tinggal sama siapa aja di rumah?" tanya Irish seraya mengaduk semua bahan di satu wadah.

"Keluarga Naila ramai banget, Tan." jawab Naila sumringah.

"Ada Papi, Mami, ada Ka Naufal, Ka Rizal. Ada adik Naila namanya Shaffa, dia baru umur 5 tahun. Kadang Nenek sama Kakek juga menginap di rumah." ujar Naila bercerita layaknya anak TK. Gadis itu sangat antusias menjawab pertanyaan Irish membuat yang lain gemas sendiri melihatnya.

"Banyak juga ya." kata Irish tertawa kecil.

Perlu kalian tahu, Meisya dan Naila sudah seperti anak kandung baginya. Keduanya yang lucu dan sangat asyik, membuat kesan keluarga untuk Irish.

"Keluarganya se-RT," kata Freya mencicipi adonan kue.

"Seru dong." sambar Irish.

"Oh dan ada dua lagi, Cimol sama cimul." kata Naila menambahi.

"Mereka siapa? Kok namanya kaya makanan gitu?" tanya Irish bingung.

"Kucing peliharaan Naila." jawab Naila, Freya, dan Meisya berbarengan.

"Lucunya." ujar Irish.

"Bilang aja kalau aneh, Naila suka kejujuran kok." sambung Freya.

"Itu jujur. Lucu, memang sekarang banyak yang menamai kucing mereka dengan sesuatu hal yang menggemaskan saat didengar."

"Memang cimol lucu?" kata Freya.

"Frey..." tegur Irish.

"Freya memang suka gitu, Tan. Sering iri sama Naila." ujar Naila kemudian Freya menunjukkan raut wajah terkejut sekaligus bingung. Kira-kira gadis itu berkata "Gue iri sama lo?"

"Samuel yang beri Naila dua kucing itu." kata Naila menjelaskan.

"Kalau Samuel kasih lo kucing lagi. Cocok dinamai cilor sama cilok." kata Freya meledek.

"Benar juga. Jadi ada cimol dan cimul. Sama ada cilor dan cilok." kata Naila menyetujuinya.

Irish menertawai Freya. Ia tahu niat putrinya, Naila saja yang terlalu polos.

"Kayanya aku harus minta hewan peliharaan sama Aksa." kata Meisya berpikir seraya mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk. Hingga meninggalkan bekas tepung tanpa disadari.

"Malah pamer kemesraan." melas Freya. Karena kesal ia mengetuk permukaan wadah dengan keras berkali-kali.

"Frey, Mama mau angkat telepon. Ada urusan kerjaan dari butik." izin Irish. "Meisya, Naila. Tante mau ke ruang tengah dulu."

"Iya, Tante." jawab keduanya serentak.

Sedangkan Freya diam termenung. Mengaduk-aduk adonan ke sembarang arah sampai tumpah berceceran.

"Ya ampun. Lihat jadi tumpah ke mana-mana, Freya." ujar Meisya.

"Astaga, maaf gue bengong tadi." kaget Freya dengan cepat mengambil lap di dekatnya.

"Kita juga tau kamu bengong. Memang ada apa? Apa yang kamu pikirin?" kata Meisya bertanya.

"Enggak, gue cuma sedikit capek aja. Soalnya dari kemarin coffee shop lagi ramai pengunjung." bohong Freya.

Walau bekerja sehabis pulang sekolah dan hari liburnya ini digunakan untuk membuat kue pesanan, Freya tidak merasa lelah atau bahkan mengeluh kepada Irish.

"Freya istirahat aja. Biar Naila sama Meisya yang bikin pesanan." kata Naila.

"Makin gemes lo kalau lagi baik gitu. Tapi tenang aja, gue masih kuat kok." ujar Freya.

Sekarang bukan hanya adonan yang berantakan, fokus dan pikiran Freya juga ikut buyar karena selembar kertas milik Saguna, yang ia lihat di sekolah tadi. Freya tahu bahwa Mita adalah Mama kandung cowok tersebut.

Dan yang membuat dirinya terkejut. Dipenjara? Mita dipenjara sekitar 5 tahun yang lalu, tandanya sudah lumayan lama terjadi. Sejujurnya Freya sedikit merasa sensitive jika berhubungan dengan 'penjara'

Mengingatkannya pada sang Papa.

Banyak sekali tanda tanya. Freya butuh jawaban dari Saguna, ia tidak tega melihat wajah murung Saguna setiap hari. Sifat dinginnya semakin menjadi. Semakin jauh dari semua orang, semakin tidak dapat dijaungkau.

"Ngomong-ngomong kamu udah pilih dress buat nanti malam?" tanya Meisya. Yup, pestanya diselenggarakan mulai dari jam 7 malam. Hari ini.

"Belum. Lagian juga gue malas, pakai aja seadanya." kata Freya. "Cuma acara buat si Kyla itu doang."

"Justru itu, kamu mau nanti malam Kyla lebih cantik dan menarik dari kamu? Apalagi acaranya di rumah Saguna." ujar Meisya mengompori Freya.

"Benar juga." gumam Freya, gadis itu mudah terpengaruh.

"Tenang aja. Naila dan Meisya udah menyiapkan dress juga alat make up untuk nanti malam. Pokoknya biar Naila yang tangani, mendandani Freya." kata Naila semangat.

"Gak! Biar Meisya aja." tolak Meisya.

"Loh, sesuai rencana. Itu jadi tugas Naila." bantah Naila.

"Udah-udah. Siapa pun yang dandani gue, lakukan yang terbaik. Bikin semua orang jatuh cinta sama gue, terutama Saguna." kata Freya mesem-mesem—

—Lompatan waktu. Sekarang tepat jam 06:45 malam. Tepatnya di kamar milik Freya, dengan dua gadis berdiri persis di belakang tubuhnya. Freya menatap dirinya di cermin, dari bawah sampai ke rambut indahnya yang jatuh tergerai.

"Serius? Ini sih biasa banget." komentar Freya berbalik badan. Tangannya menunjukkan dress yang ia gunakan, menandakan ucapannya barusan tertuju kepada objek tersebut.

"Ini adalah dan-danan simple. Tapi elegan, lihat aja diri kamu. Cantik natural." kata Meisya, bergantian kini ia menunjuk Freya ke arah cermin kembali.

"You sure?" ragu Freya.

"Pretty sure. Freya cantik banget." kata Naila ikut meyakinkan.

"Undangan?" tanya Meisya kala mengecek, agar tidak ada barang tertinggal. Mereka memesan taksi online.

Seharusnya Meisya dan Naila akan dijemput oleh pangeran mereka berdua, tetapi sepertinya ada yang tidak ingin Freya pergi sendirian.

"Check!" seru Freya dan Naila menjawab.

"Berangkat?" tanya Meisya sekali lagi. Bedanya kali ini dengan wajah yang menantikan jawaban.

"Let's goooooo!"

***


Saguna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang