"Saguna." ujar Freya.
Saguna yang dengan kaus hitamnya mendongak, terkejut mendapati gadis tersebut di sini. Namun seperti biasa, ekspresi yang seharusnya menghiasi wajah tampan Saguna tak terdeteksi sama sekali.
"Lo kenapa di sini?" tanya Saguna yang perlahan berdiri.
Bukannya menjawab. Freya diam membisu. Entah otaknya terlalu lambat berpikir juga tubuhya yang mendadak tak bisa digerakan begini. Wajah itu, suara itu, yang sedari kemarin terus berputar di ingatannya.
Gadis itu berjalan mendekat dan memeluk Saguna tanpa permisi, pertahanannya runtuh. Melihat Saguna seperti melihat tempat untuk mengadu, walau kenyataannya Saguna pasti tak peduli.
"Frey, tolong. Jangan mulai ganggu gue."
"Gue minta tolong tahan sebentar aja. Biarin gue peluk lo sebentar, Na. Gue janji hari ini gak akan ganggu lo." mohon Freya.
Untuk kesekian kalinya Saguna menuruti ucapan Freya walau terpaksa. Entahlah ia tak mengerti, terkadang itu terjadi dengan sendirinya.
Saguna melepas pelukan singkat yang terjadi. Tak mau berlama membiarkan Freya mendekap tubuhnya, "Lo belum jawab pertanyaan gue. Lo ngapain di sini?"
Satu lagi pertanyaan bodoh, ini tempat umum. Siapa pun boleh datang. Namun Saguna merasakan ada yang berbeda.
Dan benar saja, melihat gadis itu tersenyum menatap ke arahnya. Membuat Saguna refleks memejamkan matanya pasrah, itu pasti bukan senyum biasa.
"Kabar gembira, mulai sekarang gue kerja di sini!" girang Freya. Tidak ada raut sedih atau semacamnya. Gadis yang lumayan pintar mengatur raut wajah.
"Hah?!"
"Kerja! Gue kerja di sini Saguna. K-E-R-J-A, dibaca KERJA. Ngerti nggak?" ujar Freya mencoba menjelaskan dengan wajah bodoh miliknya.
"Gue dengar. Tapi maksudnya kenapa lo kerja di sini?!" kesal Saguna. Astaga ujian macam apa ini.
"Gue gak percaya kalau lo belum dengar berita tentang keluarga gue." gumam Freya yang nada bicaranya menjadi pelan dan kurang jelas.
"Keluarga lo bukan artis." ketus Saguna kembali. Tak langsung meminta Freya menjelaskan rincinya tentang apa yang mengirim gadis itu untuk bekerja di sini.
Bukan apa-apa. Tetapi mulai hari ini Saguna yang akan mengurus coffee shop milik Jordan seminggu ke depan.
"Gue nggak mau jelasin. Nanti lo bakal tau sendiri." ujar Freya. Kenapa susah sekali ingin menjelaskannya pada Saguna. Freya malu, ia malu dengan apa yang menimpa keluarganya.
"Asik, Adik gue yang baik hati dan tidak sombong udah datang? Kirain nggak bakal sampai di sini. SOALNYA LO DATANGNYA SIANG BANGET!" ujar Jordan yang membentak di akhir kalimat.
"Tadi gue ada urusan." balas Saguna.
"Alasan."
Saguna tak membalas. Membuat Jordan mengingat tujuannya datang kemari.
"Oh iya. Mulai sekarang cewek lo kerja di coffee shop gue," Jordan menunjuk Freya yang sumringah mendengarnya. "Karena sekarang lo yang punya tanggung jawab. Gue berikan tugas mengajari Freya seutuhnya buat lo." ucap Jordan dramatis.
"Dia bukan cewek gue." ralat Saguna merasa tak terima.
"Lebih ke calon sih, Ka Jordan." tambah Freya cengengesan.
"Astaga, baru mau kemas box? Lo gimana sih, Na?! Bikin emosi mulu. Dari tadi ngapain aja?!" ucap Jordan yang seketika malah marah-marah kala melihat tumpukan kardus berserakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saguna
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Spin off cerita "Aksara" dapat dibaca terpisah <3 "Bisa diam gak?" "Jangan ganggu gue!" "Gue bukan pacar lo, Frey." Saguna Zayyan, cowok super dingin mengalahkan tumpukan salju di Kutub Utara. Setiap hari selalu dius...