#18 kerusuhan

224 21 4
                                    

Suara lonceng di atas pintu coffee shop berbunyi. Jordan dan Freya memasuki tempat tujuan mereka, Freya yang melepaskan terlebih dahulu seragam kerjanya sedikit membuat Jordan terpukau. Dengan penampilan kasualnya membuat Freya terlihat sangat amat cantik.

"Nanti kalau ada yang kenal sama gue, gimana? Mereka tau kalau gue karyawan di tempat lo! Rencana kita bisa kebongkar." ujar Freya berbisik kepada Jordan.

"Ini bukan kriminal, Frey. Teknik berdagang. Gue cuma pengin tau tingkat kenikmatan hidangan di sini." jawab Jordan santai.

Tak seperti Freya yang berlagak bak detektif. Justru malah menimbulkan kecurigaan.

"Duduk di sini." ajak Jordan menarik kursinya. Tetapi yang membuat Freya terkejut ialah, Jordan menarik kursi untuknya juga.

"Silahkan." goda Jordan tersenyum manis.

"Cocok jadi pelayan." canda Freya hingga Jordan memutar bola matanya malas.

"Selamat siang, Ka. Mau pesan apa?" pelayan laki-laki datang menghampiri keduanya. Terlihat Jordan yang memerhatikan manusia di hadapannya dari atas sampai ke bawah.

"Jangan bilang lo suka sama dia." bisik Freya menyenggol lengan Jordan.

"Gesrek otak lo. Gue lagi memerhatikan seragamnya! Masih bagusan punya kita, kan?" tanya Jordan ikut berbisik.

"Setuju. Apalagi gue yang pakai, makin bagus dan cantik." tidak akan pernah berubah. Sifat terlalu percaya diri Freya yang sudah tak dapat tertolong lagi.

"Saya dan istri pesan hidangan terbaik di sini. Semuanya tanpa pengecualian." kata Jordan mendapat anggukan paham.

"Baik. Ditunggu untuk pesanannya." ujarnya kemudian pergi membawa catatan pesanan.

"JIJIK, KA!" marah Freya kala pelayan tadi sudah tak terlihat.

"Biar dia makin yakin. Supaya kita gak dicurigai juga, Frey." ujar Jordan memberi asalan. "Santai, Frey. Ini semua kan cuma pura-pura." lanjutnya.

Akhirnya Freya hanya mengiyakan dan tak menghiraukannya lagi. Keduanya menunggu pesanan mereka datang.

"Asik makan-makan!" girang Freya sudah tak sabar.

"Kalau kurang. Lo boleh tambah dan pesan apa aja! Gue yang bayar." ujar Jordan menepuk dadanya bangga.

Keduanya masih menunggu makan dan minuman tiba, mengobrol dan bertengkar sudah menjadi hobi baru untuk Freya dan Jordan. Jordan mengaku bahwa tempat ini lumayan bagus dan ramai sekali pengunjung. Sedari tadi pelanggan tidak berhenti masuk dan mengisi setiap sudut serta menikmati hidangan mereka.

Sampai pada akhirnya. Pesanan datang.

"Mau lo atau gue duluan yang coba makanannya?" tanya Jordan menelan salivanya kasar, terlihat sangat amat lezat.

"Barengan?" kata Freya, dan Jordan setuju.

Berbarengan Freya dan Jordan memakannya. Satu suapan telah mereka kunyah, "Masih hidup, Frey?" tanya Jordan dengan tatapan kosong.

"Sumpah. INI ENAK BANGET!" ujarnya berteriak.

Keduanya menatap satu sama lain. Bukan tatapan biasa tetapi dengan tatapan memangsa.

"Punya gue!"

"Lepas tangan lo dari piring ini!"

"Gue yang bayar jadi ini punya gue!"

"Gak peduli!" sentak Freya.

Tidak perlu diperjelas. Sudah pasti pemenangnya adalah Freya. Jordan sendiri terkejut mengapa hidangan di sini sangat enak. Sehingga mampu membuatnya bertengkar dengan Freya untuk yang kesekian kalinya.

Saguna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang