#7 itulah sahabat

368 37 7
                                        

Ciee kaget kan gue dobel up wkwk

***

Malam yang biasa menenangkan pikiran gadis berambut indah itu berubah menjadi malam yang buruk. Malam terakhir dirinya menempati rumah yang sudah bertahun-tahun melindunginya dari segala cuaca dan menampung ribuan momen sempurna dalam hidupnya.

Besok Freya harus melepaskan semua yang ia punya sekarang. Harta, dan fasilitas yang selama ini ia dapatkan setiap harinya.

Gadis itu juga harus siap melihat Dayton yang akan ditahan di penjara. Melihat Irish yang akan terus bersedih hati.

Tetapi sesaat. Freya mengingat satu hal,
tentang berita yang masuk ke dalam ponsel genggam miliknya, kala ia berada di toilet sekolah.

Dengan cepat Freya mencari keberadaan ponselnya. Setelah menemukan benda pipih yang berada di atas nakas, Freya membuka kata sandi dengan sidik jarinya dan mencoba menemukan apa yang ia cari.

Berita harian. Pada malam tadi tepatnya pukul jam 20:21 WIB, telah terjadi penangkapan pengusaha terkenal bernama Dayton Dake Jovanka atas penuduhan korupsi serta penyalahgunaan narkoba.

"Gue nggak nyangka. Hidup gue berubah cuma dalam satu malam?! Gue benci! Gue benci!" teriak Freya menggema.

Sesaatnya terdengar ketukan dari arah pintu.

"Freya lagi nggak mau diganggu, Ma. Freya mohon." ujar Freya kepada orang di balik pintu.

"Freya. Boleh aku masuk?"

"Naila juga mau masuk."

Sepertinya Freya tau siapa mereka. Bahkan Naila telah memperkenalkan dirinya lebih dulu tadi, "Tapi gue mau sendiri!" balasnya.

"Tapi kita nggak mau biarin kamu sendirian, Freya!" jawab Meisya sedikit berteriak.

Tak ada jawaban lagi dari Freya. Gadis itu memilih bangkit dari duduk termenungnya. Berjalan menuju pintu kamar. Seperdetik kemudian, pintu terbuka menampilkan dua orang yang tengah tersenyum tipis. Bermaksud memberi semangat untuk Freya.

Tak lama Meisya segera memeluk Freya erat. Diikuti oleh Naila, ketiganya berpelukan tanpa ada yang berbicara sepatah kata.

Meisya dan Naila tahu. Freya hanya butuh ketenangan, dan dukungan dari orang terdekat.

"Sekarang kita masuk, ya?" Meisya menuntun Freya masuk. Sedangkan Naila menutup pintu kamar.

"Gue gak nyangka Papa terlibat kasus berat kaya gini." Freya menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Meisya membenarkan letak rambut Freya yang berantakan. "Jangan kecewa sama Papa kamu. Karena sekarang, pasti dia juga kecewa sama dirinya sendiri." ujar Meisya sungguh-sungguh dengan senyum manisnya.

Dan masih tak berubah, senyuman Meisya bagai obat penawar.

"Kecewa yang Papa kamu rasakan nggak main-main, Frey. Rasa bersalah itu menyakitkan." sambung Meisya lagi.

Yang Meisya maksud adalah bersalah karena telah membuat keluarganya menderita.

"Menyalahkan yang sudah terjadi. Nggak akan membuat semuanya jadi lebih baik, Freya." ujar Naila lembut.

"Aku tau tabah gak semudah dengan apa yang aku dan Naila bilang, Frey. Aku dan Naila gak ada di posisi kamu, kamu yang tau rasa sakitnya." kata Meisya. "Tapi tenang aja karena kita akan selalu di samping kamu, Frey. Kamu nggak akan sendirian."

"Gue bersyukur punya kalian." tangis Freya pecah kembali. Hatinya menjadi tenang karena kedua sahabatnya yang datang, Freya merasa tak kesepian.

"Kita jauh lebih bersyukur punya sahabat kaya kamu." jawab Meisya.

Saguna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang