#24 ayah tiri?

215 22 8
                                    

heyyyy, maap telat upnya......
sekarang up karena komen dari AmaraSalsabila9
special part for uuuu hehe
Enjoyyyy...

***

Langkah lebar seorang cowok dengan tangan yang sesekali terkepal kuat. Cowok itu masih menahan emosinya, tetapi lama-kelamaan hal itu menumpuk di hati serta pikirannya. Saguna tak bisa menanggungnya lagi.

"Permisi, mohon maaf. Ada yang bisa saya bantu?" seseorang memotong jalan Saguna. Pria berdasi yang menatapnya sedikit intens, menunjuk tulisan sedikit besar yang terpampang di dekatnya.

Berdecih, Saguna masih bisa membaca. Ia tahu kalau area yang hendak ia lalui, dilarang sembarangan orang memasukinya.

"Saya ingin bertemu dengan Arga Andana." kata Saguna. Memutuskan untuk mengunjungi gedung perusahaan Andana.

Pria di hadapannya sedikit terkejut. Mungkin menurutnya itu sedikit kurang sopan. Menyebut nama pemilik perusahaan tanpa embel-embel 'Pak' dan yang lebih parah pelakunya ialah seorang bocah SMA.

"Maaf tetapi apa anda mempunyai janji temu sebelumnya?"

"Tidak." jawab Saguna enteng.

"Maka kamu sudah tau jawabannya." jawab pria tersebut mengubah nadanya menjadi kasar.

"Saya tidak perlu janji temu. Dan sebenarnya saya juga tidak membutuhkan bantuan anda." kata Saguna menjelaskan. "Yang perlu anda lakukan hanyalah minggir dan jangan halangi saya menemui Arga." ucap Saguna pelan. Tatapan matanya menusuk tajam.

"Maaf, tidak bisa." kekeuhnya. "Keluar sebelum saya panggil keamanan untuk menyeret kamu pergi."

"Panggil. Saya tidak takut." tantang Saguna.

"Saya peringatkan kembali, pergi dari sini." ulang pria itu.

"Saya katakan kembali, saya tidak takut." balas Saguna menjadi-jadi.

"Baik, jika kamu mau dipermalukan."

Namun sebelum pria itu memanggil petugas keamanan yang ada. Seseorang yang Saguna cari keluar dari ruangannya. Ruangan di ujung lorong. Sebab itu area ini dilarang sembarangan orang memasukinya. Arga berjalan selangkah demi selangkah.

"Biarkan saja." ujarnya.

"Tapi Pak-"

"Tinggalkan kami berdua." kata Arga.

Saguna mengibaskan tangannya, mengusir pria tersebut untuk enyah dari hadapannya.

"Baik, Pak." pria itu pergi meninggalkan Saguna dan Arga.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Tentu ada."

Arga diam, namun ekspresi wajahnya seperti mengatakan "Katakan apa itu."

"Di mana pertanggung jawaban anda, tuan Arga yang terhormat?" tembak Saguna.

Raut kebingungan tertampang jelas di wajah Arga. Tentang apa maksud anak muda ini.

"Saguna Zayyan." Saguna menyebutkan namanya. Dan nama belakang yang Saguna sebut membuat Arga lumayan terkejut atas kedatangannya.

"Ikut saya." ujar Arga menarik Saguna masuk ke dalam ruangannya.

Ruangan yang sedikit dari karyawan di sini dilarang masuk, hanya beberapa dari mereka yang mempunyai akses untuk menemui Arga di kantornya.

Tidak tahu apa alasannya. Walau sepenting apapun urusan pekerjaan, Arga memberikan kepercayaannya tidak kepada seluruh karyawan yang ada.

Saguna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang