"WHAT?!" teriak Freya nyaring. Gadis itu berjalan cepat menghampiri Saguna yang hendak masuk ke dalam coffee shop seraya menunduk untuk menyembunyikan wajah memarnya. Karena apa? Saguna tahu respon lebay Freya yang akan meledak.
"Saguna, lo kenapa?! Ya ampun, cayangnya aku!" Freya menahan Saguna.
Tetapi bukan Saguna namanya jika diam saja dan membiarkan Freya menyentuh luka di sudut bibirnya.
"Gue nggak papa." balas Saguna lebih dingin dari biasanya.
"Nggak papa?! Ini luka, Na. Sekarang lo duduk aja di dalam. Gue mau ambil kapas buat bersihkan luka lo."
"Nggak usah, Frey. Gue mau ada kerjaan di dalam." ujar Saguna memberitahu.
"Cuma bentar aja kok. Nggak lama."
"Lo budek?! Gue bilang, gue gak mau!" bentak Saguna. Wajah sialan Misha terpampang jelas di ingatannya. Wajahnya tak terlalu berubah, dan sekarang emosinya sangat amat susah dikontrol.
"Terus lo mau biarin lukanya gitu aja?"
"Frey. Gak semua yang bersangkutan sama gue itu jadi urusan lo."
"Tapi lo terluka, Na. Dan gue gak bisa diam aja!" balas Freya ikut emosi.
"Gue janji. Kalau lo mau diobati, gue gak akan ganggu lo hari ini." paksa Freya. Perjanjian yang selalu Freya lakukan. Sering menjadi tiket gratis untuk Saguna keluar dari gangguan Freya.
Gadis itu menarik Saguna, menyuruhnya duduk di salah satu sofa di dalam dan bergegas pergi mengambil sesuatu di belakang.
Saguna memang butuh itu. Agar bisa terbebas dari Freya hari ini, suasana hatinya sedang tak dapat diatur.
Tidak perlu menunggu lama karena Freya sungguh cekatan kala mengobatinya. Gadis itu kembali dan langsung duduk di samping Saguna.
"Lo duduk terlalu jauh." kata Freya.
"Ini udah cukup dekat." jawab Saguna tak membalas tatapan mata Freya.
"Ck! Mau modus juga. Susah banget." gumam Freya sangat pelan. Freya mulai menyiapkan dan membersihkan lukanya, Saguna sama sekali tak bereaksi membuat Freya sedikit kesal.
Saguna tidak memandangnya. Saguna tidak mengajaknya berbicara, bahkan Saguna tak mau berdekatan dengannya.
"Dia nggak peka apa, ya? Gue sekalian mau modus. Biar bisa dekat-dekatan sama dia, terus nanti dia pegang tangan gue. Dan kita tatap-tatapan!" batin Freya kesal.
Dugaannya salah. Saguna paham betul maksud dari Freya.
Dan Saguna mengakui apa yang dilakukan Freya baik untuknya. Tetapi semakin Freya mencoba mendekat, semakin Saguna mundur ke belakang. Karena Saguna mengetahui bahwa ia tak akan pernah bisa membalas perasaan yang gadis itu berikan.
"Aduh. Frey, pelan-pelan!" kata Saguna karena entah dengan sengaja atau tidak Freya malah menekan lukanya kuat.
"Astaga, maaf, sayang. Sakit?! Habisnya lo kejauhan. Udah gue bilang dari tadi."
"Gak capek cari alasan?" cerca Saguna kesal. "Sini. Gue bisa obati sendiri." Saguna mengambil paksa kotak yang berisi kapas bersih di tangan Freya.
"Nggak! Gue yang obati luka lo!"
"Kasih ke gue kapasnya!" marah Saguna pada akhirnya.
"Ganteng doang tapi baperan." gerutu Freya. Saguna sungguh menyebalkan, tetapi entah mengapa Freya malah tambah sayang.
"Sana balik kerja. Lo digaji bukan buat duduk-duduk di sini." perintah Saguna yang sibuk membersihkan lukanya.
"Gue bukan lagi kerja rodi. Ini jam istirahat, mentang-mentang gue lagi butuh. Bukan berarti gue harus kerja seharian penuh, kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Saguna
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Spin off cerita "Aksara" dapat dibaca terpisah <3 "Bisa diam gak?" "Jangan ganggu gue!" "Gue bukan pacar lo, Frey." Saguna Zayyan, cowok super dingin mengalahkan tumpukan salju di Kutub Utara. Setiap hari selalu dius...