#25 keputusan

210 22 7
                                    

"Haruskah aku berhenti berjuang untuk mendapatkan dirimu?"

-Freya Jovanka

***

Suara seseorang jatuh saat berjalan menuju pintu utama rumahnya. Kemudian ia bangkit karena kepala yang lumayan pusing, semalam ia minum banyak sampai tak sadar.

Jam menunjukkan pukul 5 pagi, Misha membuka pintu rumah dan langsung memasuki kamar tidurnya. Ia membaringkan tubuhnya dengan posisi tengkurap.

Baru ingin memasuki dunia mimpi. Misha terkejut bukan main kala ada suatu tarikan pada kerah belakang kemeja yang ia gunakan. Bukan hanya itu, tubuh Misha dibanting ke tembok sangat kuat.

"BODOH!" bentak Arga.

"A-ada apa, Pah?" tanya Misha. Napasnya tercekat karena Arga menarik kerahnya hingga Misha merasa tercekik.

"Kamu memberitahu tentang penangkapan Mita, dan kejahatan kita kepada putra kandungnya?!"

"Misha gak bermaksud."

Arga meninju rahang Misha keras. "Apa kamu sengaja? Kamu ingin kita ditangkap? Kamu mau buat Papa hancur?!" bisik tajam Arga.

Cowok itu memejamkan matanya menahan rasa sakit. Walau bukan yang pertama kali, Misha tetap merasa sangat ketakutan. Arga telah berubah seratus persen, dahulu Papanya itu sangat amat penyayang. Pria itu menyayangi Misha dan Mita dengan tulus layaknya keluarga bahagia.

Setelah penangkapan Mita. Arga menjadi pemarah, tidak bisa mengontrol emosi. Sering melamun bahkan kasar kepada putranya.

"Apa yang ada di kepala kamu?! Papa telah menutupi kasusnya, memblokir seluruh berita di internet karena Papa sudah tidak mau mendengar masalah ini lagi!" bentak Arga tak henti. "Kalau Saguna sampai bisa mendapat buktinya, hidup kita akan hancur, Misha!"

"Cobalah berpikir!"

Tubuh Misha bergetar hebat mendengar Arga membentak di depan wajahnya, sekarang pria itu mulai mencengkram lehernya.

Misha masih bisa bernapas walau Arga sedikit mencekiknya. Tetapi ketika membayangkan dan membandingkan Papanya yang dulu dengan yang sekarang, Misha kehilangan semua oksigen yang ada.

"Tapi itu perbuatan Papa, bukan Misha." kata Misha.

"Lalu apa yang kamu nikmati sekarang?! Kamu juga menutupi kebenarannya, kamu juga terlibat." ujar Arga.

"Papa yang minta Misha buat diam!"

Lagi dan lagi Arga memberi bogeman mentahnya. "BERANI KAMU BERKATA DEMIKIAN KEPADA PAPA?!"

"JAWAB, MISHA!"

Misha bukan tak mau menjawab. Tetapi ia tak bisa sebab Arga memukul perutnya kali ini.

"Cepat minta maaf kepada Papa!" ujar Arga tetapi Misha masih diam saja.

"CEPAT MINTA MAAF, MISHA!"

"Mi-misha minta maaf, Pah." ujar Misha, terdengar kecil.

"Papa tidak bisa mendengar suara kamu." balas Arga dengan tatapan tajam, "Ulangi dan jangan menunduk ketika berbicara."

"Misha minta maaf." ulang Misha mengangkat wajahnya. Matanya yang berkaca-kaca terlihat penuh dengan luka.

Arga melepas cengkramannya. Berbalik dan meninggalkan Misha yang masih membeku di tempat. Misha tak menunjukkan reaksi, entah apa yang bisa ia lalukan sekarang.

Orang bisa berubah. Tetapi Misha tak menyangka Arga akan berubah drastis, dia bukan lagi seperti Papanya.

***

Saguna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang