"Aku sangat membutuhkanmu. Namun kenyataan menamparku seketika, ternyata rasanya lebih sakit dari perkiraanku."
- Freya Jovanka***
Roti tawar yang selalu menjadi favorit Saguna ketika sarapan terlihat jelas di piring berukuran sendang berwarna putih bersih. Cowok itu sibuk mengolesi roti dengan selai coklat, tatapan tajamnya seperti mengintrogasi menu sarapan paginya.
Sedangkan Jordan sudah mulai memakan telur mata sapi di hadapannya.
"Sarapan yang banyak, sayang. Bunda mau anak-anak Bunda semuanya harus kuat. Biar hari ini kalian berdua semangat menjalani kegiatan, Oke?" ujar Ashe yang justru terlewat semangat di ruang makan.
"Iya, Bunda." dan yang menjawab hanya Jordan saja.
Sampai semua tatapan penghuni meja makan, tertuju ke arah Saguna yang diam seraya memakan makanannya dengan ritme pelan.
"Kenapa?" tanya Saguna menyadarinya.
"Nggak! Nggak ada apa-apa. Iyakan, Bun? Yah?" ujar Jordan yang lelah dengan sisi tak tersentuh Saguna.
Memang bukan sesuatu yang baru. Cowok itu bersikap demikian kepada semua orang tanpa pengecualian. Tetapi sungguh, bukan berarti hal itu menghilangkan rasa hormat dan sopan santun Saguna terhadap kedua orang tuanya.
Banyak yang salah sangka. Dan menganggap Saguna belum menerima kehadiran Ibu tirinya yaitu, Ashe.
Ia sudah hidup lama dengan Ahse, bahkan lebih lama dibanding dengan Mama kandungnya sendiri.
Ini adanya Saguna. Dengan segala sifat dan sikapnya. Saguna menyayangi Ashe, Saguna menyayangi keluarganya. Ia hanya buruk dalam hal menunjukkan rasa sayang tersebut.
"Jordan terlalu banyak bicara." balas Saguna cepat kepada Bunda dan Ayahnya.
"Sudah cukup. Sekarang kalian habiskan makanannya. Tidak boleh bertengkar saat jam makan. Mengerti?" lerai pria tampan yang kini duduk berhadapan dengan Saguna.
Ardana Zayyan. Pria yang kerap dipanggil, Ayah.
"Iya, Ayah." jawab Jordan dan Saguna hanya mengangguk paham.
"Gimana, Na? Enak nggak di skors?" ledek Jordan menahan tawa.
"Biasa aja." jawab Saguna sekenanya.
Ardana yang sudah biasa dengan sikap Saguna, tidak marah tetapi kecewa kala mengetahuinya.
Sikap Saguna yang terbentuk karena trauma masa kecilnya itu, tak membiarkan Ardana menyalahkan Saguna dengan beberapa kesalahan yang putranya perbuat.
Masa lalu yang buruk. Sulit dilupakan, dan tak dapat diubah. Tetapi dapat mengubah seseorang.
Rumit memang.
"Gini aja. Dari pada lo nganggur 3 hari nggak ada kerjaan. Mending bantu gue di coffee shop, mau nggak?"
"Malas." jawab Saguna tak banyak basa-basi.
"Tenang, Na. Lo gue kasih imbalan. Nanti dapat gaji." kata Jordan tersenyum lebar seraya menaik turunkan alisnya beberapa kali.
![](https://img.wattpad.com/cover/272696591-288-k842414.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Saguna
Подростковая литература[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Spin off cerita "Aksara" dapat dibaca terpisah <3 "Bisa diam gak?" "Jangan ganggu gue!" "Gue bukan pacar lo, Frey." Saguna Zayyan, cowok super dingin mengalahkan tumpukan salju di Kutub Utara. Setiap hari selalu dius...