#13 beruntung

251 26 4
                                    

hey, jangan lupa vommentnya ya-!!!

***

Akhirnya. Freya dan Saguna dapat kembali bersekolah, masa skorsnya sudah habis. Kini mereka dapat bertemu para sahabatnya.

Hari yang baru, Freya harap akan menjadi kehidupan yang baru dan lebih baik lagi. Walau tadi malam ia tidak tidur dengan tenang, Freya masih menyesuaikan diri dengan kamarnya yang baru. Entah mengapa pula akhir-akhir ini memang tidurnya sedang tidak teratur dan tidak terlalu nyenyak.

"Semalam kamu pulang larut sekali, Frey. Kamu habis dari mana?" tanya Irish kepada Freya yang sedang menyantap menu sarapan sederhana.

Freya tersedak. Dengan cepat Irish memberinya air minum, "Pelan-pelan makannya, sayang."

"Freya—semalam main di rumah Meisya. Bareng sama Naila juga, jadi lupa waktu." jelas Freya. Memutuskan untuk merahasiakan kalau dirinya bekerja dengan Jordan Zayyan.

Freya tahu pasti Irish akan melarangnya dengan keras. Segala macam alasan, Freya paham kalau ini akan mengganggu waktu belajarnya. Jujur rasa lelah pasti dirasakan apalagi kalau coffee shop tengah ramai pengunjung.

Tetapi Freya harus melakukannya. Biaya sekolah tidak murah, begitu juga dengan kebutuhan hidup sehari-hari.

"Lain kali kabari Mama, ya?" kata Irish yang khawatir.

"Iya, Ma. Maaf karena Freya lupa." ujar Freya menunduk.

"Mama lembur hari ini, mungkin Mama bakal pulang tengah malam."

"Lembur? Mama baru aja masuk," Freya memasukkan sesendok nasi dengan lauk ke dalam mulutnya.

"Kalau lembur, Mama dapat bonus. Lumayan banget. Bisa jadi tambahan tabungan. Sekarang kita harus menyisihkan uang untuk bayar kontrakan, dan listrik." kata Irish. Langsung mendapati Freya yang termenung setelah mendengarnya.

"Freya tenang aja. Mama bisa mencukupi kebutuhan kita, kebutuhan biaya sekolah kamu. Tugas Freya cuma belajar, banggakan Mama dan Papa." ujar Irish mengelus tangan Freya di atas meja makan.

Jawaban dari Freya hanya senyum samar. Tidak, mana mungkin Freya bisa biarkan Irish berjuang sendirian. Tekatnya untuk lanjut bekerja semakin bulat sekarang.

***

Saguna turun dari motor. Rasanya sangat muak kala ingat kalau sepulang sekolah ia harus datang ke coffee shop. Jordan sangat membuatnya naik darah, setiap hari selalu saja ada hal baru yang dikatakan. Harus melakukan ini, itu, dan banyak lagi lainnya.

"Halo, halo Bandung!" nyanyi Farzan sedangkan Kenzo diam saja, wajahnya seakan tak berselera berbicara.

"Kenzo kenapa?" tanya Saguna yang melihatnya.

"Ayangnya si Kenzo ternyata udah punya ayang." kata Samuel yang baru saja datang.

"Kasihan, mau kasih cokelat. Ternyata pacar tuh cewek udah punya tokonya." sambung Aksa.

"Kacau, Zo. Kalah jauh."

"Baru toko cokelat. Dia belum tau kalau gue punya pabriknya." ujar Kenzo emosi.

"Aamiin." kata Farzan meng-Aminkan.

"Memang siapa nama ceweknya?" tanya Saguna. Mereka mulai jalan keluar dari parkiran sekolah.

"Tumben banyak tanya." cetus Farzan yang sedang mengelus pundak Kenzo. Kasihan sang sahabat sedang patah hati.

"Jangan disebut namanya! Gue udah gak mau dengar nama cewek itu lagi." drama Kenzo sambil menutup telinga.

"Lebay banget. Kaya baru pertama kali ditolak." ujar Samuel menggelengkan kepalanya.

"Oh iya. Ini udah yang ke berapa?" tanya Kenzo mengubah raut wajahnya.

Saguna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang