Terlihat Saguna menyenderkan tubuhnya di sebuah bangku panjang. Salah satu spot indah serta nyaman yang jarang sekali orang-orang ketahui. Tak kala padatnya kota Jakarta membuat Saguna merasa senang karena tempat ini tidak terlalu ramai yang datang.
Akhir-akhir ini langit terlihat redup, tidak ada tanda-tanda akan turunnya hujan namun tidak terasa pula panasnya sinar mahatari. Saguna menyukai cuaca sekarang, Saguna sangat menikmatinya sehingga dirasa ia mulai memejamkan mata.
Baru dua menit, Saguna merasa seseorang memegang pundaknya.
"Aduh! Sakit, Na. Lepas!" Kenzo memekik kesatikan kala Saguna memelintir lengannya.
"Bisa ngomong gak?" Saguna melepaskan tangan Kenzo. Cowok itu kesal karena mereka datang diam-diam.
Mereka, keempat anggota inti Liberios. Aksa, Samuel, Farzan dan Kenzo datang tanpa bersuara. Bagaimana Saguna bisa tahu kalau yang memegang pundaknya adalah Kenzo?
"Maaf, gak kepikiran kalau lo bakal karate gue di tempat." ujar Kenzo memegangi lengannya.
"Kasihan." ledek Farzan.
"Duduk juga ah. Nyaman banget di sini, lebih nyaman dari pada di markas." kata Samuel.
"Sarkas?" tanya Saguna.
"Lo kenapa, Na? Udah lama banget gak gabung sama kita di markas dan jarang ngumpul. Gue tau lo juga jarang ngomong, tapi gue liat-liat makin parah sekarang." kata Farzan.
"Gue gak papa." jawab Saguna.
"Lo cowok atau cewek?"
"Maksud lo?!" balas Saguna.
"Lagian kalau ditanya kaya cewek, selalu jawab 'gak papa' tapi ternyata ada apa apa." kata Kenzo dengan santainya.
"Lo semua kalau datang cuma buat ganggu gue, mending pergi." kata Saguna tak selera.
"Oh cukup tau. Jadi menurut lo, kita pengganggu?" sambar Aksa duduk di sebelah Saguna dan ikut menyenderkan tubuhnya. "Salah satu kebiasaan buruk lo, Na. Menjauh dari orang-orang yang peduli sama lo ketika lo merasa di bawah." ujar Aksa serius.
"When you know you're not okay. You cut people off."
"Tapi kita bukan sekedar people. Kita Liberios, lo bisa cerita sama kita tentang apapun karena kita keluarga." ucap Samuel mendapat anggukan setuju dari yang lain.
Memangnya menurut kalian ini sebuah kebetulan? Mereka menemukan Saguna sendirian. Mereka tahu betul Saguna tidak akan datang ke markas Liberios dan sebab itu keempatnya mencari ke berbagai tempat yang biasa Saguna datangi. Hingga menemukannya di sini.
"Gue tau. Gue lagi mencoba memperbaiki itu." jawab Saguna terlihat sungguh-sungguh.
"Kita belajar banyak dari kejadian sebelumnya, Na. Gue sempat hampir buat Liberios hancur cuma karena menyembunyikan sesuatu dari kalian. Jangan biarin hal serupa terjadi." kata Aksa hingga Saguna mengangguk mengerti.
"Cerita ke kita kalau ada masalah. Sebisa mungkin kita akan cari solusinya."
Teringat akan Misha. Cowok sialan itu bukan hanya bagian dari trauma masa kecil Saguna. Kini Misha bagian dari Canopus juga, maknanya mereka berhak tahu siapa ketua Canopus yang baru tersebut.
"Gue tau siapa ketua Canopus yang baru." ucap Saguna memberhentikan Kenzo dan Farzan yang sedang bersenda gurau.
"Kita juga tau, namanya Misha. Anak baru SMA Angkasa, iyakan?" kata Kenzo.
"Gue kenal dia."
Kenal?
"Lo tau siapa Misha?" tanya Aksa berubah sangat serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saguna
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Spin off cerita "Aksara" dapat dibaca terpisah <3 "Bisa diam gak?" "Jangan ganggu gue!" "Gue bukan pacar lo, Frey." Saguna Zayyan, cowok super dingin mengalahkan tumpukan salju di Kutub Utara. Setiap hari selalu dius...