Sudah lebih dari seminggu. Fyona tidak melihat Al yang petakilan. Pria itu lebih banyak diam. Bahkan ketika berbicara dengan dirinya yang berbeda argument saja, Al hanya tersenyum. Tidak seperti biasanya yang selalu mengajak perang. Sering kali juga Al tidak masuk kelas. Entah apa yang pria itu lakukan dengan membolos sekolah. Al juga jarang pulang ke apartemennya.
Hari ini kebetulan Fyona melihat Al yang tidur sendirian di dalam kelasnya. Penasaran memang karena Gea sendiri terus menanyakan kemana Al pergi karena pria itu juga jarang terlihat di rumah ataupun apartemennya.
Fyona menajtuhkan tubuhnya di kursi sebelah Al. Pria itu terlihat sangat kelelahan, tidurnya sangat pulas.
“Kamu ngapain saja sih Za sampai gak pulang. Kamu yang minta aku buat tinggal sama kamu, tapi justru kamu yang tinggalin aku sendirian di apartemen kamu?” Fyona memperhatikan kantung mata Al yang sedikit menghitam. Menambah beberapa kerutan di dahi Fyona. Al adalah tipe orang yang memperhatikan penampilan. Dia tidak akan sedikitpun merusak wajahnya yang katanya menjadi aset pentingnya selain postur tubuhnya.
Meskipun Al tidak pernah melakukan perawatan khusus untuk wajahnya, makan dengan nutrisi yang cukup serta olahraga yang teratur juga mempengaruhi kesehatan wajah. Tidak heran jika dia digilai banyak orang. Pola hidupnya sehat, postur tubuhnya juga pelukable. Fyona menyesal karena suaminya itu begitu terlihat sempurna.
“Apa karena permintaannya gue tolak ya, dia sampai kayak gini. Mana makin kurus lagi. Za, kamu jangan gini dong. Ia deh, aku bakal masakin kamu setiap hari?” Fyona bergumam pelan padahal Al masih tertidur pulas.
“Kayaknya gak mungkin dia gini gara-gara gue gak mau masakin dia.” Fyona terus berbicara sendiri. Sampai dia tidak sadar kalau Al sudah terbangun karena terusik dengan ocehannya yang membuat Al tersenyum. Sebelah tangan Al terulur mengelus kepala Fyona barulah wanita itu berhenti mengoceh. Fyona terkejut hampir berteriak, tapi tidak jadi.“Za, aku banguni kamu ya. Maaf ya.”
Al meluruskan kedua tanganya ke atas sambil menguap. Setelahnya dia menarik kursi Fyona agar mendekat. Dua pasang mata itu saling tatap dan sekarang Fyona yang jantungan. Di perhatikan sedekat itu dengan Al. Tapi tidak lama karena Al melingkarkan sebelah tanganya di perut Fyona, menyandarkan kepalanya di bahu Fyona dan kembali tidur.
“Gini saja sebentar. Aku capek. Nanti aku ceritai semua sama kamu. Maaf ya, aku jarang pulang.” katanya mengecup singkat leher Fyona. Awalnya Fyona ingin menolak tapi tertahan karena dua tangan Al mengunci tubuh Fyona. Ya kalau tadi mungkin bisalah, tapi sekarang sudah mau bel masuk dan satu persatu penghuni kelas itu mulai memenuhi kelas. Fyona malu, takut juga. Para wanita di kelas itu bahkan menatap Fyona heran ada juga yang tidak suka. Bahkan terang-terangan mengatakan Fyona wanita munafik.
“Za lepasin dong. Udah mau bel. Tuh udah bel.” Katanya bertepatan dengan bel yang berbunyi. Bukanya melepaskan, Al justru semakin kencang memeluk Fyona. Sebenarnya ada apa sih dengan Al. Ralat, ada apa dengan mereka berdua lebih tepatnya. Al sangat manja dengan Fyona dan anehnya kenapa Fyona tidak menolak perlakuan Al. Justru dia suka.
“ASTAGA MATA GUE!!!” Kalau heboh sudah pasti Dero, siapa lagi.
Gion memukul kepala Dero dengan pesawat kertas yang dia pegang setelahnya terseyum lebar menatap Fyona. Diikuti Kelvin yang menarik paksa Fyona dari pelukan Al.
“Dia pacar gue, jangan sembarangan peluk-peluk.” Kelvin sengaja menekankan kata pacar karena dia sengaja membuat Al tersaingi. Awalanya Kelvin geram dengan Al yang menurutnya terlalu membohongi perasaanya sendiri. Tapi semakin ke sini usahanya semakin berhasil karena sepertinya Al juga memang menyukai Fyona. Kelvin pernah mendengar pepatah bijak mengatakan ‘Bukankan cinta harus rela berkorban?’ Dan Kelvin merelakan Fyona yang memang harus di miliki Al. Meskipun Kelvin lebih dulu menyukai Fyona, tapi Al lebih dulu menikahinya. Dan dia bisa apa selain merelakan. Tapi kalau Fyona mau di tekong juga tidak masalah. Muehehehe...
Kelvin mengusap kedua tangan Fyona lalu membawanya ke depan wajah. Tidak menciumnya, hanya saja mengedipkan matanya genit. Fyona salah tingkah, sedangkan umat yang menyaksikan mereka pada baper serta Al yang tersulut emosi. Dia menarik Fyona ke belakang tubuhnya lalu mendorong Kelvin. Meskipun tidak kuat, tetap saja Al mendorong Kelvin.
“Dia punya gue.”
Gion yang semula sedang melipat kertas origami membentuk burung juga ikutan – ikutan menarik Fyona dari Al. Dengan wajah serius yang tidak pernah dia perlihatkan ke siapapun kecuali Fyona, ya memang karena selain Kelvin, Gion juga sangat dekat dengan Fyona.
“Punya hak apa lo, mengklime dia punya lo. Kalau dia jodoh gue gimana? Elo dan elo cuma di percaya Tuhan buat jagain dia sebelum di takdirkan hidup selamanya sama gue. Paham.” Gion membawa Fyona keluar kelas. Tapi belum sampai depan kelas, Al dan Kelvin kompak meneriaki namanya. Sebenarnya Fyona malu menjadi bahan tontonan, tapi kenapa jadi seru juga. Kayak tuan putri saja yang di jadi rebutan banyak pangeran.
“Baiklah – baiklah gue cuma bercanda. Nih gue balikin kepada yang mulia Al. Tolong jangan hukum hamba. Hamba ___”
“SAYANGGG.” Teriakan Dero memekikan telinga semua orang yang ada di sana. Dia segera menarik Rara yang sendang menuju kelas mereka. Tujuannya ya karena memang mau mencari Fyona. Bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu tapi Fyona belum juga kembali yang katanya mau ke toilet. Taunya nyasar di kelas para pangeran.
Sebuah senyum manis tercetak jelas dari salah satu pria disana. Senyuman manis yang di berikan khusus untuk wanita yang sangat dia sayang. Diah Avera.
AlinKheil 🐰
Medan,21611
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Papaku Crazy!! [END]
Teen FictionSekolah-Kuliah-Kerja-sukses-Menikah-Hidup Bahagia. Kebanyakan orang memiliki rute masa depan yang cerah seperti itu. Tapi apa jadinya jika Kedua orang tuamu memaksamu menikah dan harus memiliki anak di usia yang bahkan kamu sendiri baru tamat SMP? ...