"Za." Malam ini mereka bedua memutuskan tidur bersama. Bukan tanpa alasan. Mereka berdua sengaja di kurung di dalam kamar oleh Edno.
Ayahnya itu justru mengabarinya lewat pesan singkat jika dia pulang ke rumahnya dan meminta maaf karena telah mengunci mereka berdua.Tapi aneh. Setelah makan malam tadi tubuh Fyona tiba-tiba panas. Rasanya begitu gerah sampai sampai dia membuka kemejanya menyisahkan kaos tanktop yang masih melekat.
Tidak hanya Fyona, Al juga merasakan hal yang sama. Berkali-kali dia berusaha menahan diri. Tapi gairahnya justru terus memuncak..
"Fyo, kamu masukin apa di makanan aku."
"Gak ada Za."
"Ini pasti kerjaan Ayah. Dia campurkan obat ke makanan kita." Al menutup matanya dan sialnya ketika melihat Fyona kenapa wanita itu terlihat sangat sexy.
"Pake baju kamu Fyo, please. Jangan buat aku kehilangan akal nerkam kamu." Suaranya tertahan. Keduanya saling tatap dan sialnya mereka justru tergoda dengan bibir masing-masing.
"Enza."
"Jangan panggil aku Fyo."
Entah kerasukan setan apa, Fyona menerjang Al. Mencium bibir Enza yang sedari tadi menggodanya."Kamu akan menyesal setelah sadar Fyo." Al membalas panggutan bibir Fyona, menekan leher Fyona dan menyesap lebih dalam bibir manis Fyona yang selalu ingin dia cicipin.
Rasanya Fyona ingin berhenti tapi hati dan perlakuannya tidak singkron. Tangannya dengan lancang menarik kaos Al hingga lepas. Terpampang jelas perut kotak-kotak milik Al yang justru semakin membuatnya bergairah."Enza."
Sorot mata Fyona membuat pertahanan Al roboh seketika. Dia membalikkan tubuh Fyona agar tidur di bawahnya. "Fyo aku minta maaf." Perkataan Al langsung di anggukkan Fyona. Hingga keduanya menghabiskan malam panjang mereka untuk pertama kalinya.
****
Pagi ini berbeda dengan biasanya. Setelah menghabiskan malam panjang mereka dan di sinilah Fyona berakhir. Tidur dalam pelukan Al.
Untuk pertama kalinya Fyona melihat wajah tenang Al. Rambut berantakan, hidungnya mancung. Dan bulu matanya ternyata lentik. Satu kata yang terlintas di kepalanya, tampan.Dia ingin bangun dan mandi karena harus sekolah tapi rengkuhan di pinggangnya tidak mengijinkan. Al justru membawa Fyona lebih rapat dengannya.
"Za bangun sekolah." Bisiknya. Sejujurnya dia masih malu jika mengingat tadi malam. Kalau bisa menghilang. Fyona akan menghilang kemanapun agar tidak bertemu Al.
Bagaimana bisa dia begitu naif menyerahkan dirinya begitu saja. Membiarkan Al menyentuh tubuhnya dan menghabiskan malam panjang keduanya. Memalukan!"Gak usah sekolah. Kamu lagi sakit." Siapa yang sakit. Fyona merasa baik- baik saja ya kecuali itu.
Al kembali menarik tubuh polos Fyona agar lebih rapat lagi dengannya. Mengecup puncak kepala Fyona tanpa membuka matanya.
"Selamat pagi sayang. Masih sakit, hem? Gak usah sekolah ya."
"Aku mau sekolah Za." Al membuka perlahan matanya. Manik keduanya saling bertemu dan Fyona malu di tambah gugup sekarang. Jelas sekali terlihat dari lensa matanya yang berubah sedikit coklat.
"Yakin bisa jalan?" Fyona sendiri sebenarnya tidak yakin apakah dia bisa jalan atau tidak. Bergerak sedikit saja rasanya sakit. Apa lagi ke sekolah yang harus naik turun tangga. Tapi dia tidak pernah absen.
Al mencuri kecupan di pipi Fyona. Senyumnya tidak pernah luntur sejak mereka saling pandang tadi. Tapi tidak dengan Fyona yang terkejut sejadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Papaku Crazy!! [END]
Roman pour AdolescentsSekolah-Kuliah-Kerja-sukses-Menikah-Hidup Bahagia. Kebanyakan orang memiliki rute masa depan yang cerah seperti itu. Tapi apa jadinya jika Kedua orang tuamu memaksamu menikah dan harus memiliki anak di usia yang bahkan kamu sendiri baru tamat SMP? ...