📖 Chapter 21 📖

352 20 0
                                    

Dari depan pintu kelasnya Al menyandarkan punggungnya ke dinding dengan kedua tangan yang tenggelam di dalam saku celanannya. Pakaian yang jauh dari kata siswa teladan, rambut yang sengaja dia buat berantakan dengan permen tangkai yang sedari tadi dia hisap serta tas yang sengaja menggantung di sebelah bahunya menampilkan kesan bad boy.

Wajahnya yang tampan. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap dengan otot yang tercetak jelas dari balik seragamnya benar-benar mengoyahkan iman. Seharusnya pria seperti itu sudah pantas menjadi model iklan susu pria. Atau jadi artis sekalian. Sayangnya keindahan tubuhnya tidak untuk konsumsi publik.

Sekalipun banyak wanita yang terus mengabadikan dirinya, dia sama sekali tidak perduli. Toh palingan juga bakal mereka buat bahan halu atau hebohkan di forum sekolah. Terserahlah Al tidak perduli. Yang dia perdulikan sekarang adalah sekumpulan orang-orang yang sedang berada di parkiran sana. Para sahabatnya, Fyona dan dua sahabat Fyona.

Sebenarnya bukan itu yang membuat kedua tangan Al mengepal di balik saku celananya. Melainkan Kelvin yang terang-terangan mengacak rambut Fyona yang baru itu. Iya baru. Sebelumnya rambut Fyona cuma lurus doang. Sekarang sudah keriting di bagian bawahnya. Mana makin cantik lagi. Sial, kenapa harus anak kompeni itu duluan yang nyentuh rambut wanitanya.

Sorot mata tajamnya terus menatap tangan Kelvin yang mulai berani menyentuh kening Fyona sekalipun Fyona berusaha menepis tangan Kelvin. Bahkan Fyona terlihat bahagia ketika memukul lengan Kelvin. Apa Kelvin benar-benar membuat dirinya sebahagia itu. Rasanya Al tidak pernah melihat Fyona tertawa seperti itu. Kecuali saat di pantai terakhir kali. Apa Fyona memang sangat menyukai Kelvin?

Ah sial, ternyata seperti ini rasanya cemburu dengan sahabat sendiri.

Al membuang permen tangkai ke tong sampah lalu mengayunkan kakinya menjauh dari kelasnya. Menghampiri pria-pria laknat yang terpaksa harus menjadi sahabatnya. Ingin sekali dia menepis kasar tangan Kelvin dan menarik Fyona agar mendekat dengannya. Bila perlu berteriak pada semua orang jika Fyona adalah istrinya, wanita yang dia cintai. Ah sudahlah, gengsinya memang tinggi. Hari ini bilang mau sebentar lagi bilang benci.

"Ehem." Hanya suara deheman yang mewakili isi kepalanya yang terus berkecamuk memaki Kelvin yang justru semakin sengaja menggoda Fyona. Sahabat sialan!

"Ehemm!!" Al menguatkan dehemannya. Tapi yang ada si Dero gila justru memberinya obat batuk saset. Kumpulan manusia gak waras memang.

"Kayaknya lo perlu itu biar tenggorokan lo lancaran dikit."

"Gue gak butuh ini. Gue butuh istri gue." Hilang sudah ego yang dia junjung tinggi itu. Al memeluk pinggang Fyona agar lebih rapat dengannya. Sekedar memperjelas jika wanita yang dia rangkul itu adalah istrinya. Tidak akan pernah dia menyerah untuk mendapatkan hati istrinya itu.

Kata-kata yang keluar dari mulut Al berhasil membungkam semua sahabatnya. Bahkan Fyona juga. Wanita itu justru menatap dalam Al dengan sebelah alis yang terangkat. Aneh saja, karena biasanya Al tidak akan pernah mengakui Fyona sebagai istrinya. Pria yang selalu menjunjung tinggi egonya itu biasanya hanya diam atau justru dia yang ikut menjahili istrinya itu.

"Sejak kapan?" Pertanyaan Fyona justru menghancurkan ekspetasi yang sudah dia ciptakan.

"Dua tahun lalu." Jawabnya kesal. Wajahnya saja sudah tertekuk. Tidak sombong seperti yang terlihat sebelumnya.

Niat hati ingin memperjelas kepada Kelvin dan sahabatnya yang lain, tapi wanita itu benar-benar tidak bisa membaca situasi. Atau memang Al saja yang terlalu berlebihan? Al memaksa wanita itu ikut pulang bersamanya walau Fyona juga membawa mobil. Namanya juga cemburu. Akal sehatnya jadi hilang. Di tambah malu juga. Sudah lah hilang semuanya.

"Aku bawa mobil Za." Meskipun protes, Fyona tetap nurut mengikuti Al yang terus menyeretnya hingga masuk ke dalam mobilnya.

"Aku tahu." Perlakuan Al justru membuat Fyona bungkam. Tanpa perintah Al mendekatkan tubuhnya dengan Fyona menarik seatbelt pada tubuh Fyona lalu memasangnya.

Klasik memang, seperti adegan di tv-tv yang sering ibunya Fyona lihat. Al bahkan diam tepat di depan wajah Fyona. Entah kerasukan apa pria itu. Dia bahkan menangkup sebelah pipi Fyona. Kedua sudut bibir Al terangkat sempurna yang mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya, termasuk Fyona. Oke, dia baru sadar.

"Kamu cantik, rambutnya di giniin." Tangan yang Al pakai untuk menangkup pipi Fyona tadi sudah berpindah ke kepala. Mengusap sayang, membuat Fyona hampir melayang dengan perlakuan manis Al yang tiba-tiba.

"Istri siapa sih kamu kok cantik banget." Lagi-lagi senyumnya merekah tanpa permisi membuat jantung Fyona rasanya ingin meledak saat itu juga. Belum lagi Al yang mencubit pelan pipi Fyona. Momen langkah Al bisa semanis ini padanya.

Kamu cantik? Dua kata itu terus berputar di kepala Fyona. Apa dia tidak salah dengar dengan perkataan itu? Cantik katanya? Kenapa rasanya Fyona senang mendengarnya. 

Fyona bedehem sekedar menghilangkan kecanggungan di sana. Al sudah menjauhkan wajahnya dan sekarang fokus menyetir. Bahkan dia sama sekali tidak bertanggung jawab atas jantung Fyona yang mulai menggila. Sepertinya pria itu malu. Telinganya benar-benar merah.

Fyona membuang arah pandang keluar jendela. Menatap langit yang begitu biru dan cerah. Entah mengapa terlihat sangat cantik dari biasanya.

Mobil Al melesat begitu saja membelah jalanan yang kebetulan sedikit lengah hingga mobil Al berhenti di depan rumah Fyona. Suasana  canggung bahkan masih menyelimuti keduanya. Baik Al dan Fyona. Keduanya tidak ada yang berniat membuka mulutnya. Bahkan Fyona juga enggan berniat turun, yang dia lakukan hanya meremas kuat seatbelt nya.

"Fyo."

"Ya," Cepat-cepat Fyona mengalihkan pandangannya menatap Al.

Al melepaskan seatbelt miliknya lalu milik Fyona. Dan lagi-lagi Al mendekatkan tubuhnya dengan Fyona. Menangkup kedua pipi Fyona dan mencium pipi Fyona. Ingin protes tapi mengapa mulutnya seakan terkunci.

"Aku gak suka kamu terlalu dekat sama Elv." Katanya lalu mengecup sebelah lagi pipi Fyona. "Apa lagi lihat kamu ketawa-ketawa sama dia." Al menarik sedikit kepala Fyona, untuk mengecup keningnya. "Kamu istri ku." Dan yang terakhir Al mencium kilat bibir Fyona. " Kayaknya aku cemburu deh."





















AlinKheil 🐰
Medan, 21606

Mama Papaku Crazy!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang