📖 Chapter 10 📖

573 25 0
                                    

"Whattt.!!! Sumpah demi apa gue telat." Fyona menyibakkan kasar selimutnya. Dia melompat begitu saja dari tempat tidur dan mandi secepat kilat. Jika bukan karena mendengar curhatan Gisel sampai larut tadi malam, tidak mungkin dia akan bangun kesiangan seperti ini.

"Oh my god oh my god oh my god. Bisa-bisa di keroyok masal gue kalau sampai telat gini."  Tidak sampai empat puluh menit, Fyona siap dengan segala urusannya.

Hari ini dia di rumah sendiri. Kedua orang tuanya sedang di Bandung. Katanya ada kerjaan. Whatever, dia sendiri sekarang.

Dia mengambil kunci mobilnya sesekali melirik jam yang tergantung indah di dinding yang lagi-lagi menunjukkan angka tidak bersahabat. Ya, sudah pukul 07:00. Yang artinya bel sekolah sudah berbunyi. Bersiap untuk senam dan dia bersiap menerima hukuman.

Fyona membuka gerbang dan melesat seperti kilat membelah jalanan ibu kota yang untung arah sekolahnya masih ada jalan potong lainnya. Jika tidak, sudahlah. Titip salam dengan penjaga sekolah.

Lima belas menit berlalu dan sekarang mobil Fyona berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang tertutup rapat.

Tidak banyak memang yang terlambat, karena sekolah Fyona merupakan sekolah terbaik dari berbagai aspek. Kedisiplinan, kecerdasan, sosial, bahkan kebudayaannya juga. Tidak heran banyak sekali orang yang berlomba masuk ke sekolah tersebut. Sayangnya tidak sembarang orang bisa masuk ke sana. Kecuali dia memang benar-benar pintar, berbakat atau orang tuanya berpengaruh disana. Sisahnya akan sulit untuk masuk ke sana. Oh ia satu lagi. Sekolah Fyona juga salah satu sekolah rujukan jika ada pelajar dari luar yang ingin melakukan pertukaran budaya. Banyak cowok gantengnya gaiss.. 

Plakk,,, lupakan!

"Yah, udah selesai senam lagi." Dia berdiri di depan gerbang tinggi yang masih tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda akan di buka.

"Ngapain kamu disitu?" Fyona memutar bola matanya malas.

"Kamu telat? Oh my god. Maskot sekolah bisa terlambat. Mending mundur deh dari jabatan kamu. Gak cocok banget."

Kalau ada umat yang pagi-pagi ngajak perang, sudah pasti jawabannya Al. Ya hanya dia satu-satunya orang yang paling menyebalkan.

"Pak... maskot sekolah kita telat nih pak." Tipe-tipe mulut minta di bungkam pakai bata.

Pak Woyo yang kebetulan lewat langsung melihat ke sumber suara. Dengan kumis yang sedikit tebal dan tubuh yang sangat besar, pak Woyo terlihat sangat gagah walau hanya seorang satpam.

"Loh neng Fyona kenapa bisa terlambat. Barengan lagi sama makhluk ghaib ini."  Pak Woyo aslinya sangat baik, lembut. Dia akan memperlakukan semua murid dengan sopan sekalipun dengan Al, pria yang hobynya terlambat dan malas belajar. Walaupun panggilannya selalu makhluk ghaib.

Meskipun Ayah nya pemilik sekolah ini. Tetap saja Edno melarang keras siapapun yang memanjakan putra satu-satunya itu. Jika dia bersalah maka harus mendapat hukuman.

Pernah dulu tidak ada satu guru pun yang berani untuk menghukum Al. Hasilnya semua guru itu mendapat surat peringatan karena tidak profesional dalam mengajar.

Sembari membuka gerbang, pak Woyo mengintrogasi mereka. Ralat, hanya Fyona saja. Al mah tidak perlu di tanyain lagi, sudah biasa.

"Belajar sampai malam pak." Fyona tipe orang yang tidak bisa berbohong. Sekalipun dia berbohong dia akan gugup meskipun dia bisa mengatasi kegugupannya. Tapi lensa matanya tidak bisa di bohongi. Warna matanya akan langsung berubah coklat.
Meskipun tidak banyak yang mengetahui kebenaran itu, tapi Al tau.

"Dia bohong pak. Tadi malem gak belajar dia. Main game terus." Ingatkan Fyona untuk memotong lidah musuh yang menjabat sebagai suaminya itu nanti.

"Kalau itu kamu Al. Saya tidak percaya kalau neng Fyona bergadang cuma buat main game. Kurang kerjaan ya neng." Pak Woyo memang yang terbaik.

"Pak, gimana nih. Sejarahnya saya belum pernah terlambat. Hukumannya apa pak yang harus saya jalani?" Jika semua murid memiliki sifat yang sama seperti Fyona, betapa bahagianya guru-guru.

"Bersihin toilet, sapu halaman, hormat bendera, cabut rumput...." Perkataan Al terhenti karena pak Woyo memukul kepalanya.

"Sakit pak, saya aduin nih ke Ayah saya." Pak Woyo sedikit menciut jika sudah bawa nama Endo. Tapi tidak bertahan lama. Fyona lebih dulu menarik telinga Al.

"Bocah banget sih, sikit-sikit ngaduh."Fyona meninggalkan Al. Dia masuk ke dalam mobilnya dan memarkirkan mobilnya di dalam setelah pak Woyo membuka gerbang. Diikuti Al yang memasukkan sepeda motornya.

"Neng Fyona bersihin toilet aja ya. Saya kasih hukuman yang ringan sedikit. Gak kena panas."

"Kamu juga ikut aku." Mereka berdua sama-sama berjalan tapi arah keduanya berlawanan.
Fyona berhenti dan menarik kera baju Al. "Ikut aku Eza. Jangan mentang-mentang anak pemilik sekolah, jadi sesuka hati kamu saja sama peraturan sekolah."

Al hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Wanita gila yang sialnya menjabat sebagai istrinya itu selalu berhasil membuat dirinya malu.

"Kamu ngepel bagian sana, aku bagian sini." Biasanya Al akan selalu membantah setiap perkataan Fyona. Kali ini dia mengikuti perintah Fyona. Aneh.

"Kenapa kamu liatin aku gitu. Mau mata kamu aku colok?"
Al mengendikkan bahu. Setelahnya dia mulai mengepel.

"Di peras dong kain pelnya. Bego banget. Ngepel lantai doang gak bisa." Siapa yang tidak kesal dengan perlakuan Al yang hanya bisa membuat becek toilet.

"Apa kamu lihat-lihat?" Kesal, tapi arah pandang Al sepertinya tidak melihat dirinya. Dia mengikuti arah pandang Al yg hanya menatap dinding kosong.

"Kamu liatin apaan sih?" Tiba-tiba saja Fyona teringat dengan hantu toilet. Sebenarnya dia tidak takut dengan hantu, tapi baru-baru ini ada yang pernah melihat hantu itu. Percaya tidak percaya Fyona takut sekarang.

"Za kamu jangan becanda deh."
Al mengangkat tangannya menunjuk ke arah dinding kosong. Fokusnya masih pada dinding. Setelahnya dia menjerit dan berlari menjauh yang juga langsung diikuti Fyona.

Masalahnya bukan ada pada jeritan Al atau hantunya. Masalahnya adalah Al melemparkan cicak ke tubuh Fyona. Ingat, Fyona phobia cicak.
Dan sialnya Fyona harus terpeleset dan jatuh. Bahkan air yang ada di ember tadi ikut tumpah karena kena sikutnya yang juga terluka karena kawat ember. Sudah jatuh tertipah tangga.

"Hahahahahaha......" Definis dajjal sesungguhnya.

"Ya ampun ya ampun. Lucu banget." Al tertawa bahkan wajahnya sampai memerah.

Wanita itu hanya terdiam. Lengannya cukup sakit. Seumur hidup dia selalu menjaga tubuhnya supaya tidak terluka. Tapi setelah menikah dengan cucu dajjal itu, dia justru banyak mendapat luka.

Fyona menggenggam lengannya yang berdarah. Bahkan darahnya sampai menetes. Dia segera bangun. Berniat pergi, tapi Kelvin lebih dulu menolongnya. Dia bahkan sudah mengikatkan sapu tangannya pada lengan Fyona.

Tuhan bisa gak sih waktu di putar ulang. Nikahnya sama Elv aja yang lebih manusia._ Batin Fyona berteriak.

"Are you okey?" Entah sejak kapan Fyona membendung air matanya. Yang jelas air matanya turun setelah Kelvin menanyakan keadaan dirinya.
Kelvin membawa Fyona ke dalam pelukannya. Tak lupa tangannya yang mengelus punggung wanita itu.

"Kita ke UKS aja yuk. Atau mau ke rumah sakit?" Fyona menggeleng.

"UKS aja." Keduanya bergegas pergi meninggalkan Al yang masih terbodoh di depan pintu.

Kelvin berhenti tepat di samping Al. "Kelewatan lo jadi orang. Kalau lo gak suka sama dia ceraikan dia. Bukan nyakitin dia. Gue  sanggup kasih yang lebih baik buat dia." Perkataan seorang Aldexaka tidak pernah main-main. Sekalipun dia sering bertingkah aneh, tapi sekali berbicara serius. Itu artinya dia bersunggung-sungguh.

"Terakhir kali gue udah pernah bilang sama lo. Gue serius mau rebut dia dari lo. Tiap hari aja lo perlakuin dia kayak gini. Semakin besar harapan gue buat dapetin istri lo." Kelvin menepuk bahu Al dua kali kemudian berlalu pergi menyusul Fyona yang sudah berjalan duluan.



















AlinKheil 🐰
Medan, 21515

Mama Papaku Crazy!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang