📖 Chapter 29 📖

309 16 0
                                    

Mungkin ini alasan jangan terlalu membenci orang karena akan terjadi hal sebaliknya pada mu yaitu cinta. Rasa tidak sukamu yang membuat dirimu justru semakin takut untuk kehilangan dirinya.

Pada dasarnya rasa benci itu berada satu level di bawah cinta. Semakin kamu berusaha untuk mencari kesalahannya, semakin terjebak pula dirimu dalam suatu kata manis namun cukup menyebalkan, yaitu cinta.

Ya, cinta memang sesederhana itu. Bermula dari rasa takut kehilangan hingga terobsesi untuk memilikinya. Hanya saja antara cinta dan benci terhalang dinding tinggi yaitu Ego.

Ego mu meracuni pikiranmu. Mengatakan hal yang sangat tidak mungkin untuk mencintai orang yang kamu benci, tapi hati kecilmu berteriak agar kamu sadar bahwa hadirnya cukup memberi efek tersendiri bagimu, dan kamu tidak sadar itu.

Seperti saat ini. Enza cs sedang makan di kantin sekolah yang ramai. Biasa kantin memang selalu ramai di jam kelaparan seperti saat ini. Bukan karena itu juga sih. Kantin yang berisi hampir siswi semua itu punya alasan tersendiri. Apalagi kalau bukan cari perhatian pada raja dan ajudannya. Belum tahu saja mereka kalau Al sudah sold out.

Gion yang setia tebar pesona sana sini. Kelvin yang sedari tadi menatap sinis para wanita yang terus mengganggunya. Dan Dero, pria itu sudah berpindah tempat bergabung menjadi satu dengan Fyona. Apalagi tujuannya kalau bukan Rara, wanita yang dia cintai tapi tak kunjung mendapat balasan. Sedangkan Al, pria itu sendiri justru kewalahan karena sedari tadi terus mengusir wanita-wanita yang terus memberinya kado.

Besok dia ulang tahun. Dan sebagai Fans Al garis keras, mereka semua harus merayakan. Begitu katanya. Setiap tahun mereka memang selalu merayakan ulang tahun Al. Meski Al tidak pernah menghadiri acara mereka. Tidak pula surut niat mereka untuk merayakannya. Bukan tidak menghargai, hanya saja Al tidak suka dengan hal – hal aneh seperti itu. Menurutnya sangat membuang – buang waktu. Toh juga dia tidak semuanya kenal dengan mereka. Seperti artis saja harus pakai penggemar.

Ocha, Della dan Dara. Tiga wanita yang terkenal tidak akur itu tiba – tiba akur untuk kali ini. Mereka menghampiri Al dengan masing – masing membawa sesuatu di tangannya. Ocha memabawa kue tar dengan lilin angka 18 di atasnya. Dara membawa kotak abu – abu dengan pita merah dan Della, wanita yang terkenal cantik itu membawa balon berwarna –warni. Udah kayak anak kecil aja.

Happy birthday Al.” Ocha dengan manja bergelayut di lengan Al setelah meletakkan kue ke atas meja. Tangan kiri Al yang kosong juga ikutan di peluk Dara. Dua wanita itu benar – benar tidak tahu malu. Sekilas Al melihat Fyona yang juga sedang menatapnya tajam. Setelah itu dia pergi. Ternyata seperti ini rasanya di cemburuin.

Dia menatap Kelvin yang juga sedang menatapnya dengan dua alis yang terangkat ke atas. “Gue gak ikut campur.” Katanya pergi membawa kue yang Ocha bawa tadi tanpa izin dari yang punya terlebih dahulu lalu membaginya dengan Gion, Dero, Rara dan Gisel. Kelvin tidak perduli sekalipun tiga wanita disana menatapnya tanpa bicara. Ingat, Kelvin juga pria idamannya Citra Bangsa. Jadi tidak masalah jika makanan yang mereka bawa di bagi – bagi dengan jejeran pria tampan lainya. Hanya saja mereka sedikit tidak ikhlas jika harus Rara dan Gisel yang ikut memakannya.

Al tersenyum gemas melihat Fyona yang cemburu. Dia melepaskan paksa dua wanita yang menempel di tangan kanan – kirinya dan bergegas mengejar Fyona yang berjalan sangat cepat.  Mengabaikan teriakan Ocha yang melengking membuat dirinya menjadi pusat perhatian penghuni kantin.

Oh ia sekedar teringat. Audrey sudah tidak lagi bersekolah disana. Bukan Al yang mengusirnya melainkan Edno sendiri. Dia datang ke rumah Al di saat yang tidak tepat. Ketika pipi Fyona memar dan juga ketika Al sedang menyebutkan nama Audrey.
Tidak perlu menunggu lama. Endo langsung menendang Audrey dan Brian, ayah Audrey yang cukup berpengaruh di sana agar tidak terlibat dengan saham sekolah.

“Sayang.” Al yang sedang tersenyum lebar itu justru memperburuk mood Fyona yang akhir-akhir ini naik turun.

“Kamu mau kemana?” Sebelah tanganya sudah menggenggam tangan wanita itu  yang sedang cemberut. Raut wajahnya benar – benar tidak enak di pandang. Jelas sekali jika wanita itu sedang cemburu.

“Maaf ya bikin kamu cemburu."

“Siapa yang cemburu!” Mulut, bisa berbohong. Tapi nada bicara tidak bisa berbohong. Mana ada orang yang tidak cemburu tapi marah – marah. Kan gemesin, jadi pengen gigit.

Al membawa wanita itu ke dalam pelukannya, tapi Fyona menolak. Dia malah menaikki tangga menuju rooftop. Fyona sama sekali tidak cemburu dengan apa yang mereka lakukan pada Al tadi, hanya saja dia tidak suka dengan wanita – wanita itu yang terus dekat – dekat dengan Al.

“Sayang, kamu kalau cemburu gemesin banget tau.”

“Aku gak cemburu!” Mulutnya dengan raut wajahnya sangat tidak singkron. Katanya tidak cemburu, tapi raut wajahnya seakan mengatakan, ‘Kau akan ku bunuh jika berani dekat dengan wanita lain.’ Definisi apa itu kalau bukan cemburu.

“Tinggal bilang aja, pakai gengsi segala. Gak papa lagi kamu cemburu. Itu tandanya kamu sayang sama aku.”

“Aku gak cemburu Za. Mau kamu sama wanita lain kek. Pelukan sama wanita lain kek. Aku gak perduli.” Fyona menyandarkan lengannya di atas besi pembatas.

“Jadi aku boleh peluk wanita lain?”

Fyona membalikkan tubuhnya menghadap Al. Tak lupa matanya yang melebar. “Jadi kamu mau peluk – peluk wanita model gitu. Ya udah sana. Peluk tu Dara yang seksi. Atau Della yang cantik. Atau siapapun. Toh banyakkan yang suka sama kamu.” Fyona bicara dengan satu tarikan napas. Membuat Al tertawa gemas. Mana ada orang gak cemburu tapi marah – marah seperti itu.

Al memeluk Fyona gemas, sekalipun wanita itu terus meronta tidak terima. “Makasih sayang. Aku gak akan peluk wanita manapun kecuali kamu dan mama.”

“Aku gak larang kamu.” Masih gengsi ternyata.

“Beneran boleh.” Al mejauhkan rengkuhannya menatap Fyona yang lagi – lagi cemberut dengan pertanyaan Al.

“Ya udah kalau kamu mau peluk wanita lain. Sana pergi.” Dia melepas paksa pelukannya dan membalikkan tubuhnya menatap lapangan. Fyona semakin jengkel dengan pertanyaan Al.

Al memeluk Fyona dari belakang. Meletakkan dagunya di atas bahu Fyona sambil menghirup dalam aroma shampo Fyona yang sangat harum. Padahal Al juga pakai shampo Fyona, tapi rasanya berbeda jika Fyona yang memakainya. Lebih harum. Dia juga menciumi pipi Fyona dan menjalar hingga leher.

I love you.” Bisiknya di telinga Fyona.
























AlinKheil 🐰
Medan, 21710

Mama Papaku Crazy!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang