📖 Chapter 14 📖

406 25 0
                                    

Siang ini keluarga Fyona sedang bersantai di gajebo taman belakang setelah lelah berkebun. Rutinitas setiap minggu pagi keluarga Fyona adalah memperbaiki taman. Entah itu merawat bunga, menanam sayur, menanam buah dan lainnya. Kebetulan tadi Al dan Fyona kebagian memetik anggur yang mereka tanam di kebun mini mereka. Tidak banyak tapi cukuplah sekedar untuk membuat jus mereka siang ini.

Sejak tadi memang Resti menahan Al agar tidak pulang. Setelah lama mereka menikah, ini pertama kalinya Al menginap disana dan menghabiskan hari minggunya bersama mereka. Berbeda dengan Fyona yang sudah dua kali menginap di rumah orang tua Al dan sekali di apartemen Al. Itu juga waktu baru selesai resepsi.

Al dan Reno terlihat tengah mengobrol ringan sedangkan Fyona dan Resti, mereka membawa cemilan yang mereka buat tadi.

“Berhubung hari ini hari spesial, jadi mama buatin yang spesial untuk menantu mama.” Katanya memberikan segelas jus anggur kepada Al.

“Makasih ma.”

“Papa tau suami kamu itu tampan. Tapi ya jangan di lihatin terus gitu dong Fyo.” Reno mengalihkan perhatiannya yang semula menatap Al kini berganti memperhatikan Reno.

“Bukan gitu pa. Kayaknya ini hari terakhir Al kumpul bareng kita. Dia udah mau meninggal kayaknya.” Al menyemburkan jusnya yang dia minum setengah. Reno membelalakkan matanya lebar dan Resti sudah memukul kuat bahu putrinya itu.

“Sembarangan kamu bicara. Memangnya kamu mau jadi janda sebelum tamat sekolah?” Perkataan Resti justru membuat Fyona merasa ngerih sendiri. Janda sebelum tamat sekolah benar-benar tidak ada di dalam listnya.

“Ya habisnya dia tingkahnya aneh. Baik lagi. Enza itu gak pernah tau ma bilang makasih. Tu kan tanda-tanda kalau dia mau meninggal. Kalau mama sama papa bisa lihat ya, malaikat maut Enza itu udah ada di sini. Pakai baju serba hitam sama bawa pedang warna merah.” Fyona mencoba menjelaskan tapi yang ada bahu dan kepalanya menjadi sasarannya. Nasib orang baik selalu di aniyaya.

“Aneh-aneh kamu kalau bicara. Makanya kurangi itu nonton film aneh-aneh kamu itu. Jadi ikutan aneh kamu kan.” Resti mengomel sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. “Kalian libur sekolah kan. Ini ada tiket  honeymoon buat kalian. Habiskan waktu liburan kalian buat kasih mama cucu. Kali ini harus berhasil. Tiap semester mama selalu kasih kamu tiket honeymoon. Tapi kalian malah pergi dengan teman-teman kalian. Mama akan sewa bodyguard buat kawal kalian supaya pulang nanti kalian kasih mama cucu.” Gilanya kumat.  Yang benar saja sampai di kawal bodyguard  demi keberhasilan memberi cucu. Gila!Al dan Fyona hanya bisa saling tatap tidak percaya.

“Ma, tapi kan Fyo masih sekolah..”

“Memangnya kenapa kalau masih sekolah. Kamu bisa home schooling? Umur mama sama papa sudah semakin tua Fyo. Ya paling enggak sebelum mama meninggal nanti mama, udah bisa gendong cucu mama.” Itu lagi alasannya gak ada yang lain apa, gak kreatif! Lagian siapa suruh dulu nikahnya kelamaan. Kebanyakan milih sih!

“Umur mama masih 49 ma. Om Dito aja yang umurnya lebih tua  sepuluh tahun dari mama aja belum punya menantu.” Sanggah Fyona.

“Ya itu karena dia tidak pernah berusaha buat nyarikkan jodoh untuk anaknya.” Berdebat dengan orang tua ujung-ujungnya akan selalu kalah.”

“Baik kalau gitu Al bakal berusaha kasih mama sama papa cucu.” Perkataan Al membinarkan dua orang tua disana dan menyangarkan raut wajah Fyona. Al membawa sebelah tangan Fyona yang dia genggam ke atas meja. Mengelusnya seakan perkataannya adalah sebuah janji nyata yang harus dia laksananan. Tolong deh Al jangan ikutan gila. Kalian masih sekolah hei!

Fyona melebarkan matanya dan juga di balas dengan Al yang melotot kan matanya. Hati-hati loh biji matanya lepas!

“Al, makasih uda mau menuhi permintaan mama sama papa.” Berlebihan sih memang, Resti bahkan sampai berkaca-kaca mengatakannya.

Mama Papaku Crazy!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang