"Kenapa ayah gak bilang sih yah. Kita ke rumah sakit sekarang ya?"
Edno menggeleng. Ini alasan dia tidak ingin memberitahu kepada siapapun. Dia yakin oran lain pasti akan khawatir. Dia saja sengaja menyembunyikan dari Al, tapi entah kenapa putranya itu bisa tahu.
"Ayah baik-baik aja. Ayah juga sering cek ke rumah sakit. Sahabat ayah, om Delon nyuruh papa berobat ke Perancis. Katanya di sana ada rumah sakit hebat yang bisa nyembuhin kanker. Ayah mau ke sana."
"Mama ikut yah?"
Edno menunduk memainkan jemarinya. "Ayah belum berani bicara sama mama kamu Fyo. Mama kamu punya riwayat jantung kronis. Ayah takut mama kamu syok dengar penyakit ayah."
Benar. Gea memang memiliki riwayat penyakit jantung kronis. Jika mereka memberitahukan penyakit ayah mertuanya itu, bisa-bisa sakit jantung ibunya kumat.
"Al ikut ya, anterin ayah."
"Gak usah Al, kamu disini aja jagain mama kamu sama istri kamu." Katanya mengelus kepala Fyona.
Kenapa Fyona merasa bersalah karena selalu mengabaikan Al dan selalu mengibarkan bendera perang padanya."Fyo minta maaf yah. Fyo gak pernah pahami kondisi ayah sama mama. Fyo selalu ngajak Enza berantem. Fyo,,, Fyo minta maaf yah."
"Gak papa sayang, kamu gak perlu minta maaf. Nah karena kalian berdua udah tau masalah penyakit ayah. Jadi____" Edno sengaja menggantung kalimatnya. Dia menghadap Fyona. "Ayah mau kalian jangan bertengkar lagi. Kalian menikah sudah dua tahun. Mau sampai kapan kalian seperti ini. Pernikahan itu bukan untuk main-main nak." Edno menyandarkan tubuhnya pada kursi. Memandang putranya yang duduk di seberangnya.
"Ayah tau, mungkin cara awal kalian bertemu itu salah. Ayah minta maaf karena ayah juga ikut andil dalam menjodohkan kalian. Ayah cuma mau lihat Al punya pasangan dan menikah dengan orang yang tepat. Kita gak akan pernah tau kapan umur manusia akan berhenti. Sekali lagi ayah minta maaf sudah merusak masa muda kalian."Baik Al maupun Fyona, keduanya banjir dengan air mata. Mengapa perkataan ayahnya terkesan seperti perkataan terakhir?
"Ayah bicara apa sih. Al gak nyesal kok nikah sama Fyo. Al beruntung lagi karena ayah nikahkan Al sama wanita gila kayak Fyo."
"Apa kamu bilang?"
"Enggak yah, maksud Al wanita cantik kayak Fyo. Pinter masak. Pinter nyuci baju, pinter beresin rumah. Hebat jadi tukang kebun."
"Jadi maksud kamu menantu kesayangan ayah ini lulus seleksi jadi pembantu, gitu?"
"Hehehe.... Ya enggak gitu sih yah. Masakan Fyo itu enak banget tau yah. Ayah belum pernah makan masakan Fyo kan?" Katanya pamer. Fyo jadi penasaran, seberapa tau dia tentang dirinya.
"Memangnya kamu pernah makan masakan Fyona?" Dari sejarah yang Edno ketahui. Mereka berdua adalah musuh bebuyutan. Bagaimana ceritanya Al bisa makan masakan Fyona. Ketika mereka berkunjung ke rumah Fyona saja, yang masak saja ibunya.
Edno menghadapkan tubuhnya menatap Fyona. "Kamu bisa masak?"
Dengan mantap Fyona menganggukkan kepalanya. Salah satu keahliannya adalah memasak. Hobinya dari dulu adalah bertempur dengan dapur. Jadi selain pintar dan terpilih menjadi maskot sekolah dia juga pintar memasak. Jadi bangga sama diri sendiri. Tidak sia-sia papanya selalu membelikan mainan masak-masakan untuknya dulu.
"Ayah mau makan apa biar Fyo masakin."
Edno tampak berfikir. Dahinya berkerut. Sama seperti Al ketika sedang serius.
"Rendang jengkol. Kamu bisa?"
"Jengkol? Kan bau ayah, yang lain deh yang lain. Fyo masakin asal jangan jengkol." Tolaknya spontan.
"Padahal itu makanan kesukaan Al." Orang yang bersangkutan membulatkan matanya.
"Sejak kapan Al makan jengkol. Ngaco ayah." Kilahnya.
"Terakhir waktu sama Dero."
"Itu karena Dero ngerjain Al. Suruh milih nyium Della atau makan jengkol. Ya lebih baik Al makan jengkol dari pada nyium tu cewek. Ih amit-amin."
"Della? Della kelas IPS 3?" Fyona yang penasaran menyuarakan pikirannya. Dan di anggukkan juga oleh Al.
"Kenapa, Della cantik. Banyak yang suka sama dia." Aneh saja rasanya ada pria yang menolak kecantikan Della. Fyona yang sesama wanita saja mengakui kalau Della cantik. Sempat iri juga dengan kecantikan Della.
"Aku sudah punya istri, lebih cantik dari siapapun, jadi gak boleh sembarangan nyium perempuan." Goda Al. "Ayah, ayok kita jalan-jalan."
Al berdiri menghampiri ayahnya membawanya keluar untuk jalan-jalan. Fyona masih mencerna perkataan Al barusan. Apa selama ini Al menganggap dirinya sebagai istri. Bukanya selama ini mereka selalu bermusuhan? Atau hanya Fyona yang menganggapnya musuh?Fyona menepis pemikirannya. Dia berjalan menuju dapur. Melihat apa saja yang bisa di olah disana.
"Pinter juga tu bocah, beresih dapur." Kagumnya karena dapur Al sangat rapi. Tadi pagi Fyona tidak sempat membereskan apartemen Al. Jadi ya di biarkan berantakan saja. Tapi sekarang jauh lebih rapi.
Jika di lihat dari sudut pandang apartement. Al terlihat seperti orang yang sangat rapi. Tetapi mengapa berbanding terbalik ketika sedang di sekolah? Penampilan urakan. Tidak ada rapinya sama sekali.
Fyona membuka lemari pendingin yang penuh. Banyak sekali bahan makanan disana. Fyona jadi penasaran. Apa aslinya Al memang suka memasak?
Dia mengambil ayam dan brokoli. Dia berniat membuat stiek ayam. Sepertinya enak. Sudah lama dia tidak memakan itu.
Matanya juga berbinar ketika melihat ikan gurami besar. Sepertinya di buat asam manis juga enak.
Fyona memutuskan untuk membuat dua menu makanan tersebut. Selesai satu menu, Fyona kembali membuat makanan penutup. Kali ini dia membuat kookies.
Tangannya sangat terampil mengaduk bahan mencampur menjadi satu. Kemudian memasukkan ke dalam loyang siap di panggang.
Dia melihat jam yang tergantung di dinding. Sebentar lagi makan malam. Dia sekalian menyiapkan piring untuk mereka makan malam. Bertepatan dengan pulangnya dua pria beda usia di sana.
AlinKheil 🐰
2021618
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Papaku Crazy!! [END]
Novela JuvenilSekolah-Kuliah-Kerja-sukses-Menikah-Hidup Bahagia. Kebanyakan orang memiliki rute masa depan yang cerah seperti itu. Tapi apa jadinya jika Kedua orang tuamu memaksamu menikah dan harus memiliki anak di usia yang bahkan kamu sendiri baru tamat SMP? ...