📖 Chapter 49 📖

232 22 0
                                    

"Gak enak gitu muka lo di liat, kenapa?" Bagas mengupas kuaci. Ke enam pria bersahabat itu sedang berkumpul di apartemen Kelvin. Biasanya kalau mereka semua berkumpul. Pembahasan mereka tidak jauh-jauh dari bisnis.

Entah itu membahas masalah  atau terkadang ada pelanggan yang aneh. Meskipun Dero satu-satunya yang tidak mempunyai usaha, tak jarang dia memberikan masukan kepada para sahabatnya.

"Ada masalah di hotel?" Selain Restoran, keluarga Gion juga mempunyai saham besar di salah satu nama hotel berbintang. Tak jarang orang tuanya memberi mandat padanya.

"Jangan bilang lo bertengkar sama Rara. Baru dua bulan loh kalian nikah."

"Ck, tau ahh pusing gue."

"Cerita-cerita. Gue belum denger kehidupan lo setelah nikah. Jarang banget gue gabung."

"Makanya jangan jumpa klien terus. Ketinggalan info kan." Bagas menimpali.

Gion hanya tertawa seadanya menanggapi jawaban Bagas.

"Jadi gimana? Enak setelah nikah."

Gion menghembuskan perlahan napasnya. "Awalnya enak. Lama-lama ngeselin." Jawaban Gion membingungkan yang lain.

"Ngeselin gimana?" Kali ini Dero yang bersuara.

"Rara beda banget. Lo semua tau kan seperti apa dia."

"Beda gimana?" Bagas merebut jus dari tangan Al. Kebiasaan memang.

"Manja banget sumpah. Kesel gue. Aneh pokoknya. Nanti kalau gue rapi dikit, curiga. Gue telat pulang, curiga. Selalu curiga, ujung-ujungnya nangis. Gak jelas banget tau gak. Mana posesif banget lagi." Kesalnya membanting kulit kuaci yang dia buka.

"Gue suka sama dia karena dia perempuan yang ceriah, selalu percaya. Selalu berfikir positif."

"Jadi ceritanya lo nyesel nikah sama dia? Baru dua bulan loh kalian nikah." Al melipat tangannya di depan dada.

"Ya enggak. Gue cuma kesel aja. Bisa berubah banget gitu."

Al menepuk bahu Gion. Kebetulan dia memang duduk di sebelahnya tadi.

"Terus loh sering ajak gue keluar itu karena perubahan sikap istri lo?"
Gion mengangguk. Al menjabat tangan Gion. "Selamat ya."

Tidak hanya Gion yang menatap aneh Al, yang lain juga.

"Lo menghina gue? Gue butuh solusi ini bukan kata-kata selamat lo itu."

"Fyona juga awalnya gitu. Dan akhirnya..." Al sengaja mengantung kalimatnya membuat yang lain penasaran.

"Akhirnya apaan. Sok misterius lo pake di gantung-gantung. Udah kayak jemuran aja." Dero kesal atas perkataan Al.

"Ya akhirnya jadi."

"Jadi apaan?" Lo ngomong setengah-setengan." Heboh Dero.

"Ck, yang belum nikah apalagi jomblo gak bakal paham sama arah pembicaraan gue."

"Gue juga gak paham sebenarnya." Dengan watadosnya Gion menjawab.

"Ini sepengalaman gue ya. Kayaknya istri lo hamil deh. Fyona dulu gitu soalnya. Manja banget sampai sekarang. Lo sendiri tau kan gue sama dia kayak apa dulu. Gue pikir dulu karena emang dia udah suka sama gue. Taunya karena ada anak-anak gue di dalem. Coba lo bawa dia ke dokter. Siapa tau gue bener."

Semuanya masih membeku mendengar penjelasan Al. Gion yang sedari tadi memasang muka masam. Perlahan menampilkan wajah ceriah, meskipun tidak sepenuhnya.

"Lo serius?"

"Coba aja bawa ke dokter. Gue bisa cerita karena udah pengalaman. Tapi Fyona bilang, orang hamil itu beda-beda. Gue juga gak terlalu paham sebenarnya. Tapi gak ada salahnya kan lo periksain dia."

"Thanks, gue duluan ya." Gion buru-buru pulang. Tidak memperdulikan sorakan heboh dari mereka semua.

"Al emang gitu ya prosesnya?"

"Gue gak tau istri-istri yang lain gimana.  Tapi istri gue ngalamin gitu."

"Gue jadi pengen nikah." Bagas bahkan sudah memeluk lengan Kelvin yang langsung mendapat tatapan tajam si empunya.

"Gisel mau gak ya gue ajak nikah sekarang?"

"Gue gak sabar liat ponakan gue. Ada gak ya yang mirip gue?" Ngaco, bapaknya siapa? Al menggeplak kepala Dero.

"Cewek atau cowok?" Kali ini Kelvin yang bersuara setelah banyak diam.

"Belum tau. Terakhir periksa belum kelihatan. Kayaknya anak-anak gue mau kasih kejutan."

"Bahasa Indonesia lo gak lulus. Anak bukan anak-anak." Ralat Gilang.

"Lulus dong, gue gak salah. Memang anak-anak gue. Mereka kembar tiga."

"WHAT..!!!" Kompak mereka semua.
"Ponakan gue banyak. Kok bisa lo dapet sekali tiga. Gimana buatnya. Gue juga mau." Baiklah, kegilaan Kelvin kumat.

"Cari dulu istrinya baru bisa lo buat."

"Serius Al. Anak lo kembar?" Al mengangguk membenarkan pertanyaan Bagas.

"Gak sabar gue nunggu anak lo lahir, pasti lucu banget." Dero bahkan sudah membayangkan.

"Oh my god. Gue jadi beneran pengen buat. Gisel mau gak ya gue ajak gituan." Jika pertanyaannya seperti itu, tidak perlu jawaban. Tapi tindakan. Ke empat sahabatnya sudah kompak memukuli tubuh Gilang.

"Sampai gue tau Gisel hamil duluan. Elo gue bunuh." Kalau main bunuh-bunuhan, sudah pasti Kelvin yang berbicara. Sama seperti para sahabatnya. Baik Rara, Fyona maupun Gisel. Dia akan tetap melindungi para wanita itu juga yang juga sudah dia anggap sebagai saudara.

"Ck pacar gue juga."

"Ya walau pacar lo. Tetap aja gue gak setuju kalau lo rusak dia sebelum sah." Dero menimpali.

Gilang mengangguk. "Gue gak ada niat sih buat rusak dia. Selama tiga tahun ini gue selalu jaga dia. Sedikitpun gue gak ada niatan buat ngerusak dia."

"Bagus kalau gitu. Ingat kita ini laki-laki berkomitmen. Bukan laki-laki brengsek yang mau enaknya aja." Tegas Al.
















Medan, 211017
AlinKheil 🐰

Mama Papaku Crazy!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang