📖 Chapter 18 📖

395 21 0
                                    

“Ma, harus berapa kali sih Fyo bilang. Fyo gak mau. Kalian berdua kenapa sih. Bisa gak sih sehari aja mama sama papa itu gak bahas itu? Fyona capek ma, baru pulang langsung mama sergap sama pertanyaan itu. Kapan hamil, kapan kasih mama cucu. Fyo masih sekolah mah. Mama sama papa kenapa sih gak bisa ngertiin Fyo sekali aja!!” Teriakan suaranya sangat kuat. Mungkin para tetangganya sebagian keluar sekedar ingin mendengarkan pembicaraan mereka. Atau mungkin mereka sama sekali tidak perduli karena terlalu seringnya Fyona bertengkar dengan kedua  orang tuanya.

Hari ini Al dan Fyona memutuskan untuk menyelesaikan liburannya. Sebenarnya Fyona sangat ingin berlama-lama di sana. Apalagi masih banyak tempat yang belum dia kunjungi. Tapi semuanya gagal. Orang tua mereka kembali ikut campur. Alhasil Fyona dan Al memutuskan untuk kembali.

“Fyo, mama cuma mau...”

“Mau apa ma? Mau apa? Lihat Fyo bahagia, ia? Emangnya mama tahu batas rasa bahagia Fyo itu seperti apa? Tau? Enggakkan? Terus ngikuti kemauan mama sama papa, Fyo bahagia gitu? Enggak ma, yang ada justru semakin tersiksa.  Mama sama papa egois tau gak sih. Cuma mentingin diri sendiri.”

“Fyo dengarkan dulu mama kamu bicara. Tidak baik menyela pembica...”

“Bagaimana Fyona gak menyelah kalau mama sama papa selalu memaksa Fyo? Fyo capek tahu pa setiap hari bertengkar sama mama sama papa karena masalah yang sama. Apa gak bisa di tunggu dulu atau apapun itu, hah? Fyo udah ngikuti permintaan kalian. Jadi tolonglah, kali ini aja dengerin permintaan Fyo juga.” Suaranya melemah, pandangannya juga mulai mengabur karena di penuhi air mata yang menumpuk tapi tak kunjung tumpah.

“Gak bisa sayang, dan mama hanya ingin...”

“Itu lagi yang mama bahas? Kalian egois.” Gadis itu tidak lagi mendengarkan perkataan orang tuanya. Dia bergegas lari menaiki tangga menuju kamarnya. Membuka pintu cepat dan di tutup dengan kencang. Bahkan lampu gantung di ruangan itu sempat bergetar.

Fyona membuang asal tas sekolah yang sedari tadi tersampir di bahunya. Menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur kemudian membenamkan kepalanya di bawa bantal. Dia menangis sejadinya.

Dua tahun dia bersabar menghadapi kegilaaan kedua orang tuanya, tapi apa yang dia dapatkan sekarang. Fyona pikir setelah mengikuti permintaan gila mereka, mereka semua akan berhenti mengganggu kehidupan damai Fyona, nyatanya tidak. Semakin kesini tuntutannya semakin bertambah dan bebannya semakin terasa.

Jika dia tahu akan seperti ini jalan kehidupannya, mungkin ketika pembagian nyawa dulu, dia meminta kepada Tuhan agar tidak di beri nyawa sekalian agar tidak ada di dunia sekalian. Kalau seperti ini semuanya seperti sia-sia.

Ponsel di sakunya bergetar. Tapi yang wanita itu lakukan hanyalan merogo kantongnya, mengambil ponsel lalu membuangnya kesembarang arah. Tanpa niat sedikitpun untuk melihatnya.

Lagi-lagi ponselnya terus menyalah. Entah sudah berapa kali panggilan masuk yang dia sendiri tidak tahu siapa. Fyona membuang bantal yang sedari tadi menutupi kepalanya. Dengan kesal dia beranjak dari tempat tidur. Mood nya sangat buruk. Hati-hatilah orang yang di seberang sana, Fyona siap memaki.

Dia mengambil ponselnya yang retak layarnya. Membuka lockscreen melihat siapa yang membuat bising telinganya sedari tadi. Dia menghembuskan napasnya malas. Ada 5 panggilang dari Enza, dan banyak pesan dari grup chatnya yang isinya mungkin tidak penting.

Fyona kembali meletakkan asal ponselnya lalu beranjak menuju kamar mandi. Mungkin air dingin bisa menjernihkan pikirannya.

***

“Jadi kamu ngancem mama?” Suara Gea meninggi.

“Mama sama ayah egois. Apa kalian berdua gak pernah mikiri gimana perasaan Al? Al capek ma terus-terus mama perintah seperti ini. Apa masih kurang permintaan mama sama ayah terakhir kali? Al udah lakukan apa yang mama sama ayah minta, tapi tolong. Kali ini saja biar Al mikir sebentar.”

“Apa yang mau kamu pikirkan hah? Semua sudah terjadi. Dan kamu harus lakukan tugasmu. Mama cuma minta satu itu, jika sudah kamu beri mama gak akan ganggu kamu lagi.”

Al menghembuskan napasnya perlahan mencoba sabar. “Apa kalian semua memang menginginkan itu.” Gea dan Edno mengangguk perlahan. “Baiklah kalau memang itu permintaan kalian. Al akan lakukan dengan syarat..”

Al sengaja menggantungkan kalimatnya mengamati perubahan ekspresi di wajah kedua orang tuanya.

“Apa syaratnya?”

“Jangan paksa kami. Al bakal berusaha, tapi jangan paksa kami.”

“Tapi..”

Yes or never.”

“Oke.”

Perlahan dia menatap kedua orang tuanya kemudian bergegas pergi meninggalkan rumahnya. Hari ini cukup melelahkan. Entah kapan hal ini akan berakhir. Dia berharap segera berakhir, dia ingin mengakhirinya. Tapi orang tua gila itu tidak pernah puas dan akan selalu menuntut apa saja yang menjadi keinginan mereka.

Di tengah gelapnya malam, Al membelah keramaian Jakarta hanya berdua dengan sepeda motor kesayanganya. Padahal sekarang waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.

Dia memutuskan untuk menepikan motornya di pinggir danau yang cukup tenang lalu merebahkan tubuhnya di atas motor besarnya. Langit kosong kali ini entah mengapa terlihat lebih menarik di bandingkan biasanya. Semilir angin yang berhembus cukup sejuk menerbangkan rambut Al yang sedikit panjang.

Perhatiannya kemudian teralih melihat sekeliling yang cukup ramai. Walaupun terbilang sudah malam, tapi justru pengunjung di sini justru sangat ramai. Matanya tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang duduk melamun di kursi panjang tidak jauh darinya.

Al bangkit dari rebahannya kemudian menghampiri wanita itu. Dia mendudukkan tubuhnya tidak jauh dari wanita itu. Masih belum sadar. Al mengamati wanita disampingnya yang tengah menangis dalam diam.
Entah perasaan apa yang sedang terjadi padanya. Tapi hatinya seperti sakit melihat pemandangan di hadapannya. Perlahan Al menggenggam tangan wanita itu yang tampak sangat terkejut.

“Maaf.”

Hanya satu kata yang di ucapkan namun membuat wanita di hadapannya menangis sejadinya. Al memeluk wanita itu lembut yang tak lain adalah Fyona. Berusaha menyalurkan ketenangan. Tangannya tak hentinya mengelus rambut serta punggung wanita itu sesekali menghirup dalam wangi rambut yang akhir-akhir ini sangat dia sukai.























AlinKheil 🐰
Medan, 21527

Mama Papaku Crazy!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang