"Anak ayah kuat banget sih makannya." Al duduk di lantai sambil mengecup perut Fyona yang sedikit membuncit. Mungkin karena kekenyangan juga. Sedari tadi wanita itu tidak hentinya makan. Ini sudah tiga kalinya malam ini Al memasak untuk istrinya itu.
Sejak tau kehamilan Fyona, Al tidak pernah mengizinkan Fyona melakukan tugas apapun. Bahkan urusan memasak pun dia. Dia takut tiga jagoannya kenapa-kenapa. Padahal dokter Jiha bilang tidak apa-apa. Tetap saja Al takut.
Lagi pula, Fyona selalu manja. Tidak mau makan kalau tidak ada ayam asam manis pedas buatan Al. Ya sudah sekalian saja Al yang masak.
Keluarga mereka bahkan sangat menjaga Fyona. Ibu dan mertuanya pun sering datang kerumah mereka sekedar membantu membereskan rumah. Seandainya Ayah Ed juga ada disini.
"Jangan nakal ya di dalem. Kalian juga harus makan yang banyak. Gak boleh rebutan tau. Kalian mau apa biar ayah masakin." Bego. Mana ada gitu.
Fyona tidak menghiraukan Al. Dia hanya fokus menonton acara di tv sekalian belajar dan mengunyah apel yang Al kupas tadi. Entah bagaimanalah caranya dapat ilmunya, Fyona lah yang tahu.
Kalau Al memang sering seperti itu. Bicara di depan perut Fyona. Sepertinya juga akan menjadi kebiasaan baru.
Fyona beruntung tidak seperti wanita kebanyakan saat hamil yang selalu mengalami morning sick. Fyona hanya merasakannya selama seminggu. Selebihnya dia justru banyak makan.
"Kamu udah belajar belum. Besok masih ujian loh. Jangan semalem doang belajarnya."
"Males ah, enakan disini sama baby's."
"Baby's gak mau punya ayah bego." Fyona menjawab dengan menirukan suara anak kecil.
"Ia deh ia. Ayah belajar." Al mengecup perut Fyona di tiga tempat berbeda sebelum dia menutup kembali perutnya.
Dia berjalan ke dalam kamar lalu kembali lagi ke ruang tengah dengan buku-buku di tangannya.
"Aku sebenarnya udah pinter loh sayang. Cuma males aja belajar. Gak ada hubungannya juga sama restoran." Katanya meletakkan kembali buku di meja.
"Pinter masa juaranya satu dari belakang terus. Pinter apanya?"
"Kamu gak percaya. Coba kasih aku pertanyaan. Kalau aku bisa jawab. Kamu kasih apa?"
"Kasih cium."
"Gak di minta juga kalau itu wajib kamu kasih. Yang lain. Yang lebih ekstrime?"
"Apaan?"
Al menyilangkan kedua tangannya. Sebelah tangannya memainkan dagu. "Nanti aku pikirkan. Gimana setuju gak kalah dari Alzyan??"
"Gak akan terjadi." Sombong Fyona.
Dia mulai membuat soal matematika yang paling sulit menurutnya. Dia yakin, untuk soal yang mudah saja Al tidak mungkin bisa menjawab. Tapi karena suaminya itu terlalu sombong, maka Fyona juga tidak mau kalah. Dia langsung membuat soal yang sulit."Nih kerjain." Memberikan buku tulis pada Al.
Al melihat sekilas. Sebelah alisnya terangkat membuat Fyona tertawa senang. Al pasti kalah. Itu yang ada di dalam pikirannya.
"Kecil ini mah." Sombong. Biasanya orang sombong banyak bohongnya.
"Kalau aku bisa jawab ini. Aku publikasikan hubungan kita ya."
"Jangan." Tolaknya cepat. "Aku belum siap. Nanti orang lain mikirnya aku hamil duluan. Mana perut aku udah mulai buncit lagi. Cepat banget perasaan buncit. Padahal dua minggu lalu masih rata."
Al mengelus perut Fyona. "Kan kenyataanya enggak sih sayang. Makanya kamu pakai baju itu jangan ketat-ketat. Besok jangan lagi pakai baju kamu itu. Pakai baju aku aja."
"Ih gak maulah. Kebesaran dong bajunya." Rajuknya.
"Atau pakai jaket aja besok. Kamu kan anak kesayangan pak Guntur. Pasti gak bakal di marahin."
"Ya gak patuh sama peraturan dong."
"Itu sekolah aku sayang. Nanti aku buat pengecualian sama kamu."
"Ya gak adil dong buat yang lain."
"Ya udah kalau gitu publikasikan aja. Bilang kalau kita udah nikah. Dan kamu juga lagi hamil anak ku. Toh itu juga kenyataan. Biar semua orang tau kalau kamu udah sold out. Supaya penggemar kamu itu gak tiap hari cari alasan gak pintar pelajaran supaya bisa dekat-dekat kamu terus." Omelnya panjang.
"Ih gak mau lah. Malu tau. Entar di cibir habis-habisan. Di bilangnya lagi aku perempuan gak bener yang suka godain kamu."
"Ngapain orang seperti itu kamu pikirin. Yang penting kenyataanya 'kan kamu memang istriku. Mama nya anak-anak." Terangnya. Tak lupa tangannya yang sudah mengelus perut Fyona.
"Ya walaupun kenyataanya gak hamil duluan, tapi suara tetangga ini lebih kejam. Kamu mau nanti aku kepikiran terus baby's jadi ikutan stress?"
"Ia jangan." Al mengelus perut Fyona. "Maaf ya sayang. Ayah tadi cuma bercanda." Katanya mengecup perut Fyona.
"Tapi kalau kamu bilang tunangan, aku gak masalah. Asalkan kamu stand by di dekat ku." Al hanya mengangguk. Fyona mencari posisi nyaman di dada Al. "Sebenarnya aku takut kalau berurusan dengan kamu."
"Kenapa?"
"Penggemar kamu jahat. Ya walau banyak yang baik sih."
"Jahat kenapa?"
"Kemarin waktu kamu ke rumah Bagas, aku ke supermarket sendiri. Niatnya mau beli es krim. Tapi aku gak sengaja ketemu sama cewek yang kayaknya penggemar kamu. Dia punya gantungan kunci kayak penggemar kamu yang lain. Dia gak suka gitu lihat aku. Awalnya aku ya biasa aja. Aku juga gak kenal sama dia. Tapi dia jahat sayang. Dia dorong aku sampai nyaris jatuh. Untung ada mas-mas yang baik yang langsung nangkep aku. Bayangin kalau gak ada dia. Gak tau aku gimana nasib baby's." Katanya mengelus perutnya.
Al terlihat marah. Jelas terlihat dari rahangnya yang mengeras. "Kenapa kamu baru bilang sekarang?"
"Aku lupa. Kemarin Gisel datang. Malamnya aku ke tiduran. Baru ingat sekarang."
"Ya udah kamu jangan jauh-jauh dari aku. Gak usah lagi keluar sendirian. Kalau mau keluar, aku harus ikut. Sekarang kamu istirahat. Tidur, udah malem. Stop belajarnya." Al mengambil buku yang masih Fyona baca.
"Ihh selesain dulu itu tugasnya. Selesai itu janji deh tidur." Fyona mengalihkan perhatiannya ke layar televisi.
"Nah. Sekarang kamu tidur." Al meletakkan alat tulisnya. Mengambil remote dan mematikan tv.
"Kok cepat banget. Bener semua lagi. Kamu lihat internet pasti." Fyona tidak percaya. Al yang dia tau tidak pernah pintar. Tapi hari ini soal sulitnya berhasil dia selesaikan dalam waktu kurang dari 15 menit.
"Hebat. Kok kamu bisa tau sih jawabannya?"
"Makannya di baca sayang bukunya." Al menjelaskan sedikit mengenai bagian yang Fyona tidak ketahui. Setelahnya dia menggendong Fyona membawa ke kamar mereka.
Medan, 211009
AlinKheil 🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Papaku Crazy!! [END]
Teen FictionSekolah-Kuliah-Kerja-sukses-Menikah-Hidup Bahagia. Kebanyakan orang memiliki rute masa depan yang cerah seperti itu. Tapi apa jadinya jika Kedua orang tuamu memaksamu menikah dan harus memiliki anak di usia yang bahkan kamu sendiri baru tamat SMP? ...