Rambut hitam panjang terurai dengan pita putih yang terjepit di beberapa helai rambut. Kacamata hitam bertengger di hidung ramping. Tas ransel yang sengaja dia biarkan talinya tergantung sebelah. Sweter rajut berwarna peach melekat pas di tubuh kurusnya. Sepatu putih dengan kaus kaki tinggi yang membungkus kaki jenjangnya. Satu kata yang mendefinisikan semuanya?
“Setan!!” Bukan tanpa alasan, bola basket baru saja menghantam kepalanya. Rasanya pusing. Sepertinya isi kepalanya sedikit bergeser karena terlalu kuatnya. Image nya turun, tentu saja. Dia putri sekolah, bahkan sekarang mereka menertawakannya. Sialan!
Salah satu pria disana berlari kencang menghampiri wanita itu, tanpa rasa bersalah dia mengambil bola yang menggelinding ke arahnya lalu kembali berlari sambil melemparkan bola itu kepada teman-temannya.
“Sialan!”
Wanita itu adalah Fyona, dan orang yang baru saja melempar basket dan kena kepalanya adalah .... yah tau sendiri lah ya. Sudah berkali-kali dia mehubungin pria titisan dajjal itu tapi tak ada satupun panggilannya yang dia jawab. Pesan teksnya tidak di baca, chat onlinenya juga tidak dia read. Maunya itu orang apa sih, sudah hidup nyusaih lagi.
“Hoii cucu dajjal. Dari tadi di telponi bukannya ngangkat malah enak-enakan main basket.” Teriaknya tapi ya namanya juga titisan dajjalkan, di panggil secara baik-baik juga tidak di hiraukan.
Fyona yang geram mengepalkan kuat kedua tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Nafasnya menggebu seperti banteng yang siap menyeruduk. Langkah kakinya dia percepat. Hingga tengah lapangan dia menendang Al hingga tersungkur.
“Sialan.” Umpatnya. Tapi ya tetap saja jatuhnya sangat berkelas. Mulai dari jatuh langsung push up dan di akhiri dengan salto lalu memainkan rambutnya yang berantakan karena keringat. Membuat banyak wanita yang menonton mereka bermain basket langsung jejeritan. Gak guna banget jadi wanita.
“Gak usah sok kegantengan. Ayo ikut!”
Al hanya menaikkan sebelah alisnya, setelahnya dia kembali bermain basket bersama timnya. Kesal, tapi ya percuma. Orang tidak berguna di depan sana sangat menyusahkan. Haruskah dia yang bodoh, Fyona yang di marahi? Pak kepala sekolah tidak ada gitu kebaikan murni dari dalam hati agar tidak di berikan amanat menyebalkan seperti itu?
Tapi ini semua bukan sepenuhnya keinginan sang kepala sekolah sih, melainkan ayah mertuanya yang menjabat sebagai pemilik sekolah. Terpaksa deh mau tidak mau.Ini sudah hampir sebulan Fyona di tugaskan untuk membimbing manusia jenis batu itu untuk belajar, karena dia adalah beban sekolah. SMA Citra Bangsa adalah salah satu sekolah yang terkenal di Jakarta. Selain berkali-kali menjuarai olimpiade, sekolah mereka juga menjadi sekolah percontohan karena kepedulian, kepintaran serta usaha mereka dalam melestarikan budaya sangat di acungi jempol. Tapi perlu di ingat, setiap hal baik pasti selalu terselip hal buruk dan itu adalah Enzano Alzyan yang begonya luar biasa. Walau sebenarnya dia juga memiliki keahlian dalam bidang olahraga khususnya basket yang berkali-kali membawa pulang trofi kemenangan, tapi tetap saja dia bodoh. Rangkingnya tidak pernah lepas dari satu. Satu dari belakang maksudnya.
Fyona kembali berjalan cepat menghampiri Al dan menarik kuat rambut hitam pria itu hingga kepalanya terhuyung ke belakang. Bayangkan kuatnya. Sudah jangan bayangkan, kelamaan.
“Hama seperti kamu, harusnya nggak ada di sekolah seperti ini ....”
“Dan orang lebay seperti kamu juga seharusnya nggak di tampung di sekolah ini.” Al menarik kuat tangan yang mencengkaram rambutnya. Rasanya seperti kulit kepalanya juga ingin terlepas.
“Jangan-jangan kepala sekolah kamu sogok lagi, supaya bisa jadi putri sekolah? hah, putri sekolah kelakuan sama seperti putri sihir.” Definisi mulut tidak pernah di ajari ya seperti itu. Terpilih sebagai putri sekolah merupakan hal yang sangat membanggakan. Selain pintar, cantik, cakap, sopan tentu saja semua sikap baik harus melekat padanya. Sayangnya sifatnya benar-benar akan berubah ketika berhadapan dengan pria batu seperti dia. Sudah malas, suka bolos, nakal, bego lagi. Siapa yang tidak sinting menghadapi orang seperti itu?
“Nona uxierly, sutttt,, gak usah bicara lagi, ntar cantik kamu hilang.” Telunjuknya dia tempelkan di bibir wanita itu. Cepat-cepat ditepis. Hari ini sungguh sial, berkali-kali bertemu dengan pria seperti Al merupakan sebuah kesialan mutlak. Kalau tidak terjatuh karena di sandung dengan kakinya, ya di lempar basket seperti tadi. Mulai dari tadi pagi masuk sekolah hingga sekarang pulang sekolah. Sifatnya masih sama. Menyebalkan!
“Usir? Heh hama, seharusnya kamu yang di usir dari sekolah ini. Kehadiran mu itu nyampah tau gak. Nyusahin banget jadi orang.”
Terlihat jelas kilat marah Al. Tidak ada orang yang suka dengan perkataan seperti itu dan Fyona keceplosan. Baik dia mengaku salah. Fyona akan meminta maaf nanti setelah pria itu ikut dengannya. “Sekarang ikut. Pak Guntur nyuruh kamu belajar bukan main basket.”
“Apa perduli kamu?” Fyona hanya perduli dengan reputasi sekolah dan kedudukan dirinya yang sudah di penggangnya selama hampir dua tahun. Bukan dengan pria batu yang sialnya menjadi suaminya itu.
Fyona tersenyum manis. “Maaf aku salah sudah bicara kasar sama kamu. Tapi bisakan kita belajar bareng. Kalau kamu malas belajar, nilai ujian nasional kamu akan rendah, dan itu akan memperburuk citra sekolah kita yang sudah bagus sejak dulu. Apa kamu gak berniat banggain ayah, banggain sekolahnya ayah?” Meskipun sebal, Fyona berusaha bicara selembut yang dia bisa.
Al hanya memutar bola matanya malas. Dia lanjut memasukkan bola yang sedari tadi dia pegang ke dalam ring. Sudah tidak banyak lagi orang di sana. Timnya sudah duluan pergi. Mungkin bosan juga melihat drama mereka. Tidak dengan penggemar pria itu yang masih betah menunggu idolanya pulang.
“Za please, kita belajar bareng ya.” Baiklah, kali ini Fyona menjatuhkan harga dirinya di depan suami brengseknya itu.
Al mendengus sebal. Dia mengambil tas serta jaketnya lalu ikut bersama Fyona. Dia lupa kalau hari ini dia berangkat bersama Gion. Terpaksa Al harus satu mobil dengan Fyona.
Sepanjang perjalanan tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Al hanya menatap pemandangan luar jendela yang menurutnya lebih menyenangkan sedangkan Fyona fokus dengan kemudinya. Hingga tiba keduanya di sebuah pemakaman yang sangat ramai orang tidur.
Awalnya Al tidak sadar kemana Fyona membawanya. Yang dia lihat hanya pemandangan dari jendela sisi kiri. Dia pikir memang sudah sampai di tempat tujuan ternyata mereka saat ini ada di pemakaman.
Al tidak bertanya, raut wajahnya menjelaskan pertanyaan ‘kenapa kesini?’.
“Turun.” Al menurut walau di wajahnya jelas tergambar rasa takut. Yang benar saja sekarang sudah hampir gelap. Sejak tadi wanita itu hanya membawanya mutar-mutar tak tentu arah dan berakhir di kuburan. Mana sepi, gak ada orang jualan lagi.
Fyona tersenyum manis. Pertama kali dia perlihatkannya pada Al. Dia mengelus sayang pucuk kepala Al. “Niatnya hari ini mau ngajarin orang bodoh ini. Tapi hari ini terlalu melelahkan. Jadi aku hanya mengantarmu pulang saja. Titip salam sama mereka. Bye.” Fyona mendorong Al keluar, menutup pintu mobilnya cepat-cepat lalu mengunci dari dalam silap-silap Al masuk ke dalam. Lalu dia meninggalkan Al yang menggeram kesal di belakang. Sukurin!
AlinKheil🐰
Medan, 2151Penulis yang lagi ngantuk
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Papaku Crazy!! [END]
Ficção AdolescenteSekolah-Kuliah-Kerja-sukses-Menikah-Hidup Bahagia. Kebanyakan orang memiliki rute masa depan yang cerah seperti itu. Tapi apa jadinya jika Kedua orang tuamu memaksamu menikah dan harus memiliki anak di usia yang bahkan kamu sendiri baru tamat SMP? ...