📖 Bonus 📖

756 31 3
                                    

10 tahun kemudian ......

Gaun putih panjang melekat pas di tubuh wanita yang sedang berdiri gugup di dalam kamarnya. Sebuket mawar merah menyempurnakan penampilannya hari ini. Hari bahagiannya. Hari dimana dirinya akan mengakhiri masa lajangnya.

"Ngaku. Elo siapa!" Todong wanita yang sedang hamil tua di dalam kamar itu dengan kipas bulu berwana pink yang dia pegang.

"Cantik banget sih Gi. Kayak buka lo." Fyona kagum dengan penata rias yang berhasil menyulap seorang Gisela Minka menjadi wanita yang sangat cantik.

"Gue dari dulu emang cantik kali." Percaya dirinya sedari dulu memang tidak pernah luntur. "Gue makasih banget ya lo semua mau dateng ke sini. Terharu gue. Kirain gak bakal datang."

Sejak lulus SMA mereka semua memutuskan melanjutkan studinya masing-masing. Rara, dia sekarang menetap di Belanda ikut Gion yang mendapat tugas mengurus perusahaannya di sana. Sedangkan Fyona dia tidak melanjutkan kuliah. Dia hanya fokus mengurus tiga anak kembarnya dan suaminya. Sekarang mereka juga tidak menetap di Indonesia. Sejak tujuh tahun yang lalu mereka tinggal di Paris. Sedangkan Gisel, gadis itu mendapat beasiswa kedokteran di Baltimore, Amerika serikat. Walau masih menetap di Indonesia.

"Perut lo besar banget. Kembar juga ya?" Gisel mengelus perut sahabatnya itu.

"Enggak. Gue pikir juga kemarin kembar. Ternyata enggak." Jawabnya sambil mengelus perutnya yang terus bergerak-gerak.

Di kehamilannya kali ini baik Gion ataupun Rara, mereka berdua sangat antusias menjaga calon bayinya. Setelah dua kali kehilangan calon anaknya. Mereka jadi ekstra hati-hati menjanganya. Saat ini kehamilan Rara sudah memasuki bulannya. Rencananya dia memang ingin bersalin di Indonesia.

"Lo gak nambah lagi Fyo? Si kembar udah pada besar semua tuh."

"Gue belum kepikiran. Kadang gue sering debat sama Enza kalau udah bahas ginian. Pusing gue."

"Apa lo gak mau nambah lagi?" Rara menatap intes Fyona.

"Ya mau. Cuma gue takut dapetnya tiga lagi. Enam dong anak gue. Banyak banget."

"Teringatnya kembar ikut kan. Gue kangen banget sumpah." Rara yang memang baru sampai semalam belum sempat bertemu dengan yang lain. Tadi di depan dia hanya bertemu Al yang sedang berbicara dengan orang tua Gisel. Tapi tidak melihat kehadiran si kembar.

"Dia nyusul nanti sama mama."

Ketukan pintu menghentikan percakapan mereka. Pintu terbuka memperlihatkan Gion yang terlihat tampan dengan tuxedo abu-abunya. Di belakangnya terlihat Alveni putri Fyona yang sedang tersenyum lebar sedangkan di belakangnya ada Elvano dan Eldivo yang menggotong benda tipis berbentuk persegi yang terbungkus rapi.

"Yeoboseo imo." Alveni ini sangat pintar bahasa Korea. Sama seperti Rara. Ya tersangkanya ya memang Rara yang meracuni Alveni untuk menyukai segala bentuk yang berbau Korea dan perkipopan. Terkadang Fyona suka tidak paham dengan perkataan putrinya yang suka mencampurkan empat bahasa sekaligus ketika berbicara. Inggris, Perancis, Korea dan Indonesia.

"Aigoo uri princess.  Sini peluk sayang." Rara melebarkan tangannya membiarkan Alveni memeluknya.

"Aunty Gisel. Elvan kasih kado lukisan spesial buat aunty. Elvan sendiri loh yang lukis. Semoga aunty suka ya." Elvan memeluk Gisel sayang. "Selamat ya aunty."

"Terus Eldiv peluk siapa dong?" perkataan Eldivo membuat mereka semua tertawa.

"Kamu peluk uncle saja." Bagas memeluk Eldivo dari belakang.

"Gak ah." Katanya tidak mau tapi berbeda dengan tangannya yang memeluk tubuh Bagas. "Uncle kok gak ganteng sih. Masih gantengan Eldiv." katanya sombong.

"Wah songong nih bocah." Bagas memiting leher Eldiv meski tidak kuat.

Tok tok tok.

Ketukan pintu mengalihkan semua atensi mereka. Al berdiri dengah gagah di depan pintu yang memang sudah terbuka. Kedua tangannya tenggelam di saku celanannya. Penampilannya benar-benar sangat tampan. Terlihat seperti hot dady.

"Acara udah mau mulai kenapa pengantinnya pada ngumpul disini. Lo itu gak boleh kesini seharusnya." Katanya menunjuk Bagas dengan dagunya.

Hari ini adalah pernikahan Gisel dan Bagas. Kemana Gilang?
Pria itu sudah Gisel lupakan sejak enam tahun yang lalu. Hubungan jarak jauh ternyata tidak menyurutkan niat untuk berselingkuh. Empat tahun Gisel menempuh pendidikan di luar negeri berharap akan menikah setelah dia lulus.

Namun kenyataan lebih menyakitkan.  Niat hati ingin memberi kejutan Gilang tapi justru dialah yang terkejut melihat dua manusia beda jenis sedang bergulat di apartement Gilang.

Hari-hari terburuknya di lewati dengan Bagas yang selalu setia padanya. Meskipun Gisel sempat berkencan dengan pria lain beberapa kali tapi akhirnya Bagas yang berhasil menjadi pelabuhan terakhir Gisel. Takdir memang lucu. Sengaja memutar kisah cinta seseorang, padahal jelas-jelas jodohnya dekat dengannya.

*****

Di saat mereka semua sedang berdiri di pelaminan untuk berfoto. Salah satu pria menghentikan sang fotografer untuk menbidik kamerannya.

Pria dengan balutan tuxedo hitam serta kacamata hitam melangkah tegas ke arah mereka. Tidak sedikit dari tamu undangan yang menatap ke arah mereka. Ya memang mereka semua tampan.

"Tega banget lo semua foto gak ngajak gue."

"Elv..!!"Teriak Rara. Wanita itu memang tidak berubah dari dulu. Tetap suka heboh.

Kelvin tersenyum manis setelah membuka kacamatanya. Bagas sampai melompat dari pelaminan karena sangking terkejutnya melihat Kelvin yang menghilang tanpa kabar setelah keluar dari penjara.

"Gue kangen banget sama lo man. Kemana aja lo?"

"Gue di Belanda. Selamat ya. Gue kesini gak sendirian. Gue bawa temen gue." Katanya memanggil pria yang baru saja meletakkan gelas di meja.

"Dero." Kalau tadi Bagas yang melopat dari pelaminan. Sekarang Gisel yang sudah mengangkat tinggi gaunnya dan turun menghampiri mereka.
Sepertinya pernikahan mereka tidak ada yang beres. Dulu saat pernikahan Rara. Pengantinnya justru duduk di lantai. Sekarang pengantinnya yang nyelonong begitu saja.

"Elo Dero?" Gisel nyentuh pipi orang di depannya berkali-kali.
"Sayang kamu pegang muka ku aja jangan muka dia." Bagas menarik tangan Gisel.

Orang itu tersenyum. Senyumnya juga sama seperti Dero. "Perkenalkan saya Deri. Kembaran Dero."

Kali ini Rara ikut turun di tuntun Gion. "Dero kembar? Sejak kapan? Kok gue gak pernah tau."

Deri hanya tertawa lucu melihat tingkah para sahabat saudara kembarnya itu.

"Tunggu deh, lo pada gak kasian sama gue apa. Gue bunting besar gini. Gak ada yang niat ngajak gue duduk gitu. Gue capek berdiri." Rara celingukan melihat kanan kiri mencari kursi kosong.

"Ya udah duduk di pelaminan aja deh." Sejarah terulang kembali. Pengantin duduk di lantai sedangkan Rara dan Gion duduk di kursi pelaminan.








~~~~~~~~~~~~~~~~
Terimakasih banyak buat yang masih kasih komentar jalur pribadi. Buat yang gak sengaja baca juga terimakasih banyak.
~~~~~~~~~~~~~~~~

Medan, 211111
AlinKheil 🐰

Mama Papaku Crazy!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang