Setelah sekian lama kering, malam ini hujan deras mengguyur ibu kota. Fyona yang masih dalam perjalanan menuju rumah sengaja menepi di supermarket sekedar mencari cemilan. Stok makanan di rumahnya menipis. Dari pada kelaparan tengah malam, lebih baik dia belanja sekarang. Bukankan hujan adalah waktu yang tepat buat maraton film action dengan segudang cemilan yang menemani?
Hari ini sabtu dan besok minggu dan setelahnya juga tetap akan libur berhubung mereka telah menyelesaikan ujian kenaikan kelas. Semua murid akan di manjakan selama dua minggu untuk menikmati hari liburnya sebelum kembali masuk ke sekolah dengan tantangan yang baru karena sudah siswa tingkat akut.
Hampir setengah jam berlalu dan sekarang Fyona selesai dengan segala kepentinganya yang berhubungan dengan mengisi perut. Dia berlari di derasnya hujan menuju mobil lalu melesat membelah jalanan. Diiringin dengan lagu yang terputar, wanita itu ikut mengalunkan lagu menghibur diri melewati jalanan yang kebetulan sepi karena hujan.
Tiba-tiba saja tubuhnya menegang. Sorot lampunya tidak sengaja menerangi tiga pria yang sedang menghajar satu pria yang sedang tergeletak di aspal. Sungguh, Fyona tidak ingin beresiko. Dia mencoba memutar mobilnya menjauh dari sana tapi tidak jadi. Fyona menyipitkan matanya mempertajam penglihatan.
“Enza.” Fyona kembali mempertajam penglihatannya dan benar, pria yang sedang mereka keroyok adalah Al. Ada apa dengan pria itu?
Tanpa berpikir panjang, Fyona langsung saja menerjang hujan menghampiri Al. Pria itu terlihat terkejut karena melihat Fyona yang ada di sana. Mengabaikan tiga pria yang menatap mereka, Fyona membantu Al untuk berdiri. Sinis matanya membuat tiga pria di sana tertawa.
“Boleh juga.” Salah satu pria berkucir tertawa lalu mendekati Fyona yang sedang memapah Al.
“Nona manis, untuk apa kamu membela bajingan itu. Lebih baik kamu main sama kita.” Katanya sedikit berteriak karena hujan yang sangat deras.
“Kamu pulang aja Fyo, mereka akan celakai kamu nanti. Pulang sana.” Al menjauhkan tanganya dari bahu Fyona, mendorong wanita itu agar segera pergi dari sana. Melihat Al yang khawatir dengan dirinya bagaimana mungkin Fyona meninggalkan pria itu sendiri dan di hajar oleh mereka. Di tengah hujan deras, sepi orang lagi. Meskipun Fyona dan Al terbilang tidak pernah akur. Tapi apa mungkin dia meninggalkan orang yang terluka sendirian? Untuk malam ini Fyona perduli dengan Al.
“Enggak, aku rela hujan-hujanan buat nolongin kamu. Gak tau terima kasih banget jadi orang.”
“Bahaya Fyo, mereka itu nekat. Nanti kamu di apa-apain sama mereka. Kamu pulang sana.” Al masih kekeuh mengusir Fyona. Tanpa sadar satu pria disana menarik Fyona. Dan refleks Fyona menendang perut orang itu.
“Berani lo macem-macem sama gue.”
Pria-pria disana berusaha memegangi Fyona. Tentu saja Al tidak tinggal diam. Belum sempat niatnya terlaksanan dengan baik, Fyona sudah lebih dulu menendang tiga pria disana. Bahkan Fyona juga menendang area vital mereka.Uuhhh,,,, pasti sakit. Maaf, Fyona harus merusak masa depan kalian. Salah orang kalau mau mengajak berkelahi Fyona. Fyona itu bisa bela diri ya walau hanya dasarnya saja.
Fyona kembali memapah Al dan membawa pria itu masuk ke dalam mobilnya lalu segera pulang ke rumah Fyona. Lebih dekat ke rumah Fyona dari pada apartemen Al.
****
“Ya ampun, ini menantu mama kenapa Fyo.” Resti berteriak heboh kala pintu rumah terbuka menampilkan wajah lebam Al. Pelipisnya bahkan masih mengeluarkan banyak darah. Mungkin karena kepalanya basah sehingga darah cepat mengalir.
“Bantuin dulu kek, Berat.”
Reno mengambil alih tubuh Al, dan Fyona sudah berlari kebelakang mengambil peralatan p3k. Bukanya menyuruh Al duduk di kursi depan. Reno justru membawa Al ke dalam kamar Fyona yang berada di lantai dua. Mari kita tepuk kening sama-sama.“Kamu ganti baju dulu. Ini pakai baju papa.” Resti menyodorkan handuk dan pakaian setelahnya dia keluar bersama Reno. Fyona yang masih berdiri memegang kotak p3k juga ikut melangkah keluar.
“Fyo.” Panggilan itu terdengar lirih. Tentu saja, pria itu habis di hajar bagaimana bisa dia teriak-teriak.
Fyona membalikkan tubuhnya menantap Al meskipun tidak mengeluarkan suara.“Makasih udah nolongin tadi.” Fyona mengangguk lalu bergegas keluar.
Tiga puluh menit setelahnya setelah membersihkan diri, Fyona kembali masuk karena ponselnya ketinggalan di dalam.
“Za, boleh aku masuk. Aku mau ambil ponsel.”
“Masuk aja.” Fyona bergegas mengambil ponselnnya tapi tertahan melihat Al yang kesusahan melepas kaosnya. Entah tergerak dari mana, Fyona membantu Al melepas kaosnya dan memakaikan lagi baju yang kering meski sempat gelagapan karena melihat perut Al yang kotak-kotak. Benar-benar menggoyahkan iman.
“Makasih.” Kedua kalinya pria batu itu mengucapkan terimakasih.
“Duduk, sini aku obatin tangan kamu.” Meski terdenger ketus, Fyona dengan telaten membersihkan luka di tubuh Al sesekali meniup luka itu ketika setiap kali Al meringis.
"Aku minta maaf ya tadi. Tangan kamu masih sakit?" Al berusaha menyentuh lengan Fyona, tapi wanita itu seolah tau. Dia menghindarinya. Hanya membalas perkataan Al dengan senyuman.
Sial, kenapa Al jantungan?
“Kok bisa sih kamu berantem sama mereka. Kamu pake narkoba ya?”
“Enggak lah enak aja. Gak tau mereka tiba-tiba minta duit. Gak aku kasih eh malah mukulin gini. Berkurang deh kadar ketampanan ku.” Sudah babak belur gitu pun masih tetap kepedean. Memang terlalu percaya diri itu tidak ada obatnya.
Pandangannya tidak sengaja melihat jari Al yang tersemat cincin pernikahan mereka. Fyona tersenyum simpul sambil terus mengobati luka Al. Tumben sekali.
Tangannya terulur untuk menyentuh wajah Al. Melihat ke kanan dan ke kiri setelahnya di lepas kembali. “Aku kompres pakai air hangat ya supaya gak bengkak lagi. Muka kamu udah sama seperti maling ayam yang ketangkep terus kena hajar masal.” Kelakarnya sambil berjalan keluar dan kembali lagi membawa sebaskom air hangat. Untung dia pernah ikut PMR dulu, jadi dia tau cara-cara mengobati luka.
Benar kata Gisel. Fyona adalah wanita berhati lembut. Sepertinya Al beruntung menikahinya.
“Nih, nanti kalau dingin, ganti sendiri. Itu obatnya minum. Setelah itu kamu tidur. Kamu tidur sini aja. Di luar masih hujan. Aku tidur sama mama.”
Al pikir wanita itu hanya bisa menyusahkan saja, ternyata dia tau banyak tentang mengobati luka. Bahkan dia juga tau jenis obat apa yang khusus luka.
“Makasih.”
“Ini ketiga kalinya kamu bilang makasih.” Fyona mematikan lampu lalu keluar tapi di ambang pintu dia tertahan dan kembali masuk karena di dorong paksa oleh Resti. Yang terparah dia sengaja di kunci dari luar.
“MAMA BUKAIN PINTUNYAA!!!”
AlinKheil 🐰
Medan, 21516

KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Papaku Crazy!! [END]
Novela JuvenilSekolah-Kuliah-Kerja-sukses-Menikah-Hidup Bahagia. Kebanyakan orang memiliki rute masa depan yang cerah seperti itu. Tapi apa jadinya jika Kedua orang tuamu memaksamu menikah dan harus memiliki anak di usia yang bahkan kamu sendiri baru tamat SMP? ...