Hint

304 58 16
                                    

Saat Soeun mendapat pekerjaan baru sebagai juru tembak kelompok mafia The Shadow, Soeun tak menyangka bahwa ia juga masih harus bekerja sebagai pelayan dalam kelompok mafia tersebut.

"C'mon Soeun... Kau terlalu lambat" ujar Yubi sembari tertawa geli mengacungkan gelas minumannya yang kosong.

Soeun memicingkan matanya pada rekan nya itu, yang duduk dengan nyaman di sofa yang baru saja ia bersihkan lima detik yang lalu. Dan sepertinya sekarang harus kembali ia bersihkan melihat banyak remahan makanan di sekitar meja dan sofa.

Hyesun tertawa melihat wajah cemberut Soeun, tak berhenti di situ saja. Ia pun memukul pantat Soeun saat Soeun berjalan menghampiri Yubi. Dengan kasar, Soeun mengambil gelas kosong dari tangan Yubi lalu kembali menuangkan caffucino ke dalam gelas itu.

"Sepertinya aku lebih menyukai dirimu yang sekarang daripada Leader Soeun yang sadis dan dingin" celutuk Yubi.

Perkataan Yubi hanya membuat Soeun semakin jengkel. Dengan kasar ia meletakkan gelas yang telah berisi kembali itu ke meja di hadapan Yubi.

Lalu ia beralih menatap Junho yang sedang sibuk di meja kerjanya. Mata pria itu foku pada layar laptopnya dengan sejumlah dokumen yang memenuhi meja kerjanya.

"Mengapa aku masih menjadi pelayanmu, huh?" tanya Soeun dengan nada bicara yang cukup tinggi.

Ia tak sedikitpun menyembunyikan rasa jengkelnya di hadapan bosnya itu.

Junho mengangkat tatapannya dari laptop.

"Mengapa?"

Mendadak ruangan main office menjadi sunyi.

"Kau masih mempunyai hutang padaku, bodoh"

Soeun berdecak kesal.

"Lalu, mengapa sekarang aku juga harus menjadi seorang pembunuh?"

"Kau tak harus menjadi seorang pembunuh untuk ku. Kau sudah menjadi seorang pembunuh detik pertama kali peluru mu bersarang di tubuh korban mu" ucap Junho dengan santai.

Bos mafia itu lalu meneguk kopinya yang masih hangat sebelum kemudian menatap Soeun.

"Selain itu, kau lah yang menembakkan peluru ke arah kepala ku, bodoh"

Soeun pun memijat pelipisnya. Ia mulai frustasi.

"Mungkin jika kau tidak mengatakan hal seperti 'kau melewati tes pertamaku', aku tidak akan menembakkan pistol itu padamu" bela Soeun.

"Oh... kau tidak suka aku berkata seperti itu? Baiklah, aku ralat perkataan ku. Skill mu di ranjang membuatku kagum. Terutama dengan mulutmu"

Semburat merah menghiasi wajah Soeun seketika ia berlari menuju meja kerja Junho.

Suara tawa dari para anak buah Junho pun terdengar oleh Soeun.

"Berhenti bicara soal malam itu" desis Soeun.

Junho pun mendekatkan wajahnya ke arah Soeun. Seringaian sadis menghiasi wajah tampannya.

"Ah, tapi kau membuatku menginginkannya lagi"

Tiba-tiba, bibir Junho mendarat di bibir Soeun. Sontak mata Soeun melebar dan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Junho menjauh darinya.

'Dasar si Devil yang mesum..!!!' maki Soeun dalam kepalanya.

Soeun pun merasa jengkel mendapati seringaian yang masih menghiasi wajah bosnya. Kejengkelannya semakin bertambah ketika ia memutar tubuhnya dan mendapati teman-temannya menyengir lebar padanya.

Semburat merah kembali menghiasi wajah Soeun. Ia hampir gila karena merasa malu begitu banyak pasang mata yang melihat Junho mengecup bibirnya.

"Untuk seorang yang sangat ahli di ranjang, sikapmu seperti seorang yang masih virgin yang lugu" ucap Junho sembari menghela nafas.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang