Kata-kata Soeun membuat Junho merasa jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa saat. Kata-kata yang memiliki makna yang lebih dalam dari apa yang Junho duga.'Dia akan meninggalkan dirinya sendiri?'
Junho tak yakin apa maksud Soeun tapi ia menyadari perkataan Soeun membuat kecemasan dan ketakutan mencengkeram hatinya.
'Jika... jika Soeun yang ada di depanku tidak lagi eksis, apakah karena kematian atau ingatan yang menghilang selamanya.... Aku... dan jika Soeun tak lagi ada.... Apa aku bisa menerima itu?'
'... jika aku tak lagi ada dalam pikirannya.... Jika dia tak lagi bernafas di udara yang sama dengannya... atau tidak ada di sisinya... apakah aku bisa menerima semua rasa sakit yang muncul? Aku akan kehilangan nya untuk selamanya....'
Junho terdiam. Tak mengatakan apapun. Ketakutan di benaknya membuat tubuhnya mendingin.
Junho hanya berdiri.
Dalam keheningan itu Soeun pun menunggu jawaban Junho.
Soeun menghirup nafas panjang, merasa waktu terus berlalu. Kemudian ia menganggukkan kepalanya.
"Aku mengerti" bisik Soeun.
Lalu Soeun menjauhkan tangan yang tadi menutupi wajahnya. Tangannya terkulai tak berdaya di sisi tubuhnya.
Sejujurnya Soeun sendiri tak mengerti apa yang ia harapakan saat ia memasuki rumah pribadi Junho. Mungkinkah ia berharap sesuatu yang lebih, berharap sesuatu yang bisa menenangkan dirinya, berharap ada kehangatan. Hanya agar dirinya tak kehilangan akal pikirannya.
'Ternyata... Junho yang ada di kepala ku. Versi junho yang dibentuk oleh pikiranku sendiri, yang tak meninggalkanku sendiri, yang akan mencintai ku, yang akan membawa ku dalam pelukannya..... Junho itu hanya delusi ku saja'
"Baiklah..." bisik Soeun lagi.
Suara Soeun bergetar. Tidak mampu menyembunyikan rasa sakit dalam suaranya sementara matanya menatap pada lantai.
Dan Soeun pun menyadari. Sekali lagi ia berada di posisi yang sama. Bersiap mengucapkan selamat tinggal pada seseorang yang berharga baginya. Seperti saat itu dengan orang tuanya. Tapi kali ini, terasa lebih buruk. Kali ini Soeun benar-benar bisa mengucapkan selamat tinggal. Dan lebih menyakitkan untuk melepas sesuatu yang ada tepat di depannya daripada pada tubuh yang membujur kaku.
"terima kasih, Junho" ucap Soeun pelan.
'Apa ini kutukan? Apa gerangan yang sudah aku lakukan sehingga layak mengalami rasa sakit seperti ini? Tidak mampu sedikitpun merasakan kebahagiaan? Mengapa? Apakah karena aku memiliki hati yang gelap?' pikir Soeun.
Perlahan, Soeun pun menjauh dari Junho.
Sementara Junho hanya terpaku pada lantai keramik ruang tamunya. Perlahan ia merasakan kehampaan menyelimutinya disertai rasa sakit yang berdenyut.
'Apa yang sedang aku lakukan? Membiarkan seseorang sepertinya pergi ketika akhirnya aku punya kesempatan memilikinya? Ketika akhirnya, aku mempunya kesempatan untuk mempertahankanya di samping ku untuk selamanya?' pikir Junho.
Junho merasa sangat takut. Ketakutan yang pernah mengontrol dirinya, perlahan berusaha kembali mengontrolnya. Namun, sejak bertemu dirinya, Junho merasas dirinya bisa melawan rasa takut itu.
Tapi di sinilah dirinya saat ini.
Membiarkan rasa takut atas cinta, rasa takut untuk dimiliki oleh seseorang. Menghancurkan kembali hidupnya.
Sedangkan Soeun pun mengusap air matanya lalu berjalan menuju pintu depan.
'Aku benar-benar bodoh. Ketika ia mengatakan ia mengerti diriku, itu hanya kebohongan. Ikatan yang aku rasakan dengan dirinya hanyalah bentuk delusinya karena aku sangat ingin merasakan cinta. Dan hasrat itu menjadi realita yang menyakitkan....'

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Love
RomanceKesalahan malam itu mengubah hidup Soeun selamanya. Lari dari masa lalu nya yang kelam dan menyesakkan, Soeun malah terjebak dalam dua pilihan ketika ia mencoba mencuri uang dari seorang pria tampan bersetelan jas rapi, yang tak lain adalah ketua ma...