About a time

498 74 17
                                    

Dada Soeun kembang kempis, nafasnya memburu. Bukan dari kelelahan namun dari emosi yang bergejolak dalam dirinya.

Pure hatred.

Soeun menyadari betul bahwa ia bukan orang yang baik, tanpa dosa, bersih dari melakukan tindakan yang kejam dan mengerikan. Namun, saat ini ia benar-benar berharap semua rasa kemanusiaannya lenyap tak berbekas.

"Oke, semua orang ada dalam genggamanku" ucap Jaerim sembari menyengir lebar.

Dengan kasar, Jaerim menarik lengan Soeun dan mendorong Soeun masuk ke dalam sel tahanan.

"Mulai saat ini, aku adalah pemimpin kalian, the leader. Got it?" ujar Jaerim pada mereka yang berada dalam sel tahanan.

Masih dengan senyuman liciknya, Jaerim kemudian menatap Soeun.

".... Dan Soeun?"

Senyuman licik Jaerim semakin melebar, membuat bulu kuduk beberapa orang berdiri.

"Kau akan memainkan peran yang berbeda, sweetheart"

Soeun pun melangkah maju mendekati Jaerim, hingga hanya teralis besi yang menjadi pemisah keduanya.

"Kau benar-benar gila" desis Soeun dengan penuh kebencian.

"Mungkin"

Tak lama tawa Jaerim pun menggema dalam ruangan yang remang-remang tersebut.

"Tapi, apa lagi yang harus aku lakukan? Kalian tidak mau bekerjasama dengan ku" rajuk Jaerim.

Soeun pun memukul teralis besi dengan kedua tangannya yang masih diborgol. Cukup keras sehingga memecahkan keheningan yang tak mengenakan di telinga.

"Siapa yang sudi bekerjasama dengan si brengsek yang gila sepertimu? Psychotic bitch!!" teriak Soeun.

Mata Jaerim menggelap mendengar makian Soeun untuknya. Sebelum pria itu melakukan sesuatu untuk mendiamkan Soeun, seorang anak buahnya berdeham dan berbisik, menarik perhatiannya dari Soeun.

Jaerim menghela nafas kasar sebelum kemudian tersenyum licik pada Soeun.

"Aku akan segera kembali, Soeun" ujar Jaerim sembari mengedipkan matanya pada Soeun.

Soeun pun mengamati Jaerim yang pergi menjauh dan tiba-tiba saja tubuhnya terduduk di lantai. Tangannya pun beralih menyentuh pipinya. Setelah suasana menegangkan dan adrenalin nya hilang, perlahan rasa sakit dan nyeri merayapi tubuh Soeun.

Soeun pun menutup matanya.

Tak lama ia mendengar suara dan merasakan ada yang mendekatinya. Dua tangan hangat yang mengelus lengan Soeun membuat ia mendesis kesakitan.

"Ah, m-maaf, Soeun" ucap suara feminim dengan nada cemas yang terselip di dalamnya.

Soeun menghela nafasnya ketika mengenali betul siapa pemilik suara itu. Somin.

Perlahan Soeun membuka matanya.

"Tidak..."

Soeun lalu menoleh ke arah samping dan mendapati Somin yang duduk menatapnya dengan cemas.

Senyuman kecil mengembang di wajah Soeun, tertuju untuk Somin yang mulai menitikkan air mata dalam diam. Meski penerangan sangat buruk dalam tempat itu, Soeun bisa melihat dengan jelas kilau air mata yang jatuh di pipi seseorang yang pernah menjadi orang terdekat dalam hidupnya beberapa tahun belakangan. 

"... tidak apa-apa, Somin"

Somin menatap Soeun untuk beberapa waktu sebelum memeluk tubuh Soeun dengan pelukan yang tidak sempurna karena kedua tangannya dirantai.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang