Good bye

616 76 26
                                    


"Dasar sampah...!!!" umpat Junho seraya berjalan mendekati Jaerim yang ternyata masih bernafas.

Rupanya peluru Junho hanya menembus area punggung Jaerim. Tidak cukup untuk mencabut nyawa Jaerim namun cukup untuk membuat pria itu tergeletak di lantai menahan rasa sakit. Tanpa rasa iba pada Jaerim yang berusaha memulihkan diri dari rasa sakit karena peluru bersarang di tubuhnya, Junho pun menarik paksa Jaerim untuk bangkit lalu menyeret tubuh pria yang tengah kesakitan itu hingga tubuh Jaerim membentur dinding.

"Memangnya siapa kau, huh?!" desis Junho tepat di wajah Jaerim.

Soeun menatap pada kedua pria itu yang saling menatap dengan kondisi yang bertolak belakang. Satu tengah di desak ke dinding dengan nafas yang tak beraturan. Satunya lagi tak segan menggunakan energinya untuk menambah rasa sakit pria yang ada di hadapannya itu. Namun ada persamaan antara kedua pria itu.

Keduanya saling menatap tajam. Tak menyembunyikan sorot mata penuh kebencian terhadap satu sama lain.

Soeun pun menghela nafas menyadari kedua pria tersebut memiliki ego sebesar gunung. Ia lalu menatap pada tangannya yang masih terantai. Dengan frustasi ia menarik rantai tersebut meski tak membuahkan hasil apapun, kecuali tangannya masih terantai.

Tindakan Soeun rupanya menarik perhatian Junho. Pria itu mengalihkan tatapan tajam dan membunuhnya dari musuh di depannya ke arah sumber suara.

Mata Junho pun terkunci pada Soeun yang masih berusaha melakukan sesuatu supaya tangannya terlepas dan ia tak lagi berada dalam posisi memalukan.

Tangan terantai ke atas dengan kemeja yang tak lagi sukses menutupi tubuhnya dan paha mulus terpampang. Dalam kata lain, ia sama saja sedang menggunakan bikini dibalut atasan yang robek-robek.

Sontak, mata Junho melebar ketika ia menyadari betul kondisi Soeun. Seketika ia melepaskan cengkeramannya pada tubuh Jaerim dan dengan kasar mendorong tubuh Jaerim ke lantai.

"Shit...!!!" umpat Junho.

Dengan sorot mata penuh kejengkelan, Junho pun menatap pada rantai besi yang membelenggu tangan Soeun. Kemudian Boss mafia itu pun mengarahkan pistolnya ke arah besi yang merantai tangan Soeun.

Mata Soeun pun melebar ketika ia menyadari apa yang hendak dilakukan oleh bossnya.

"Apa yang akan kau lakukan...!!!" teriak Soeun horror.

Junho hanya berdecak tanpa mempedulikan ekspresi di wajah Soeun. Dengan santai pria itu menembakkan peluru ke rantai yang membelenggu kedua tangan Soeun.

Suara metal yang bertubrukan tepat ketika suara tembakan terdengar membuat Soeun pun memejamkan matanya. Umpatan tertuju untuk bossnya pun tak mampu ia kontrol.

"Apa kau ingin aku kehilangan tangan, bodoh!!!"

Lima detik kemudian, suara rantai membentur lantai terdengar.

"Bodoh?" gumam Junho pelan.

Pria itu pun menutup matanya. Berusaha menahan diri untuk tidak memberi pelajaran pada mulut wanita yang selalu membuatnya jengkel.

Ketika Junho kembali membuka matanya, nampak Soeun tengah melepas sisa rantai di tangannya. Tidak menyadari kejengkelan di wajah tampan bossnya.

"Apa otak bodohmu itu punya ide lain agar tanganmu bisa lepas dari rantai brengsek itu? Kau harusnya berterima kasih padaku, fucking annoying woman!!!" geram Junho tak sedikitpun menyembunyikan kekesalannya.

Soeun menatap Junho kemudian menghela nafas.

"Lebih baik jika kau meningkatkan kewaspadaanmu dibandingkan mengomeliku"

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang