His Punishment

975 108 21
                                    

Soeun bangun dengan rasa nyeri yang menggila di kepalanya. Sinar mentari yang menerobos masuk ke rumahnya hanya membuat kepalanya semakin nyeri. Dengan perlahan, Soeun pun bangun dan menyadari dimana ia berada.

“Aku…. ada di rumah?” gumam Soeun sembari memegangi kepalanya.

Tak lama Soeun pun membulatkan matanya ketika perlahan ingatan apa yang terjadi semalam mulai bermunculan di kepalanya yang berdenyut nyeri. Tapi, ia tak mengingat bagian dimana Junho dan anak buahnya tiba.

“Bagaimana mungkin aku bisa sangat mabuk semalam? Aku benar-benar menggali kuburanku sendiri. Wait…. Apakah Hyerin unnie dan Yubi yang membawaku pulang?” ucap Soeun sedikit bingung.

Soeun masih ingat dengan jelas bahwa ia tak pernah memberi tahu alamat rumahnya pada kedua wanita itu. Dan ia juga yakin tak pernah membahas dimana ia tinggal saat berada di dalam mobil dengan Hyerin.

“…. apa mungkin saat aku mabuk, aku memberitahu mereka alamat ku?” tebak Soeun.

Tak lama Soeun kembali memegangi kepalanya.

“Auu….. kepalaku…. berapa banyak aku minum semalam?”gumam Soeun.

Setelah 10 menit berlalu dan rasa nyeri di kepalanya sedikit menghilang, Soeun pun bangkit dari kasur tipisnya yang menjadi tempat tidurnya selama ini.

Ya, meskipun tak empuk, tapi cukup baik daripada ia harus tidur tanpa alas di lantai rumah yang dingin saat malam hari, terutama saat hujan turun.

Soeun pun mengudarakan pandangannya hingga mendarat pada tasnya yang ada di sofa kecilnya. Ia pun segera membuka tasnya dan mengambil iphone nya. Umpatan panjang keluar dari mulut Soeun ketika ia melihat penunjuk waktu yang ada di iphone nya.

'09.00 A.M’

Tak hanya itu, Soeun pun mendapati notifikasi bahwa ia mendapat 30 missed calls dari The Devil.

“Aku dalam masalah besar” gumam Soeun.
Soeun pun segera berlari menuju kamar mandinya.

Tak sampai lima menit ia pun keluar dari kamar mandi tanpa sempat mencuci rambutnya. But, it's not important. Bahkan ketika ia tak mandi, itu juga tidak masalah. Yang terpenting saat ini adalah segera ke markas.

Soeun setengah berlari di rumahnya. Mengambil tas dan sneaker nya, lalu mengunci rumahnya.

Tergesa-gesa ke markas besar hingga harus berlari di saat kepala terasa nyeri, hanya membuat kondisi Soeun memburuk. Ia pun mulai merasa mual.

Damn…. this is the worst hangover in my life. Tapi jauh lebih baik daripada ketika kepala The Devil berada di bahuku ,dengan nafasnya yang berhembus di atas kulit leherku’ keluh Soeun dalam hati.

Merasa ancaman semakin besar jika ia tidak segera tiba di markas The Shadow, Soeun pun mempercepat larinya. Meskipun sesungguhnya tubuhnya ingin ia berhenti lalu memuntahkan apapun isi perutnya. Tapi, Soeun menahannya.

Setelah hampir 45 menit berlari, diselingi berhenti sesaat karena ia merasa akan pingsan, lalu berlari lagi, Soeun pun akhirnya tiba di pintu masuk markas The Shadow. Penjaga di luar pintu masuk hanya menggeleng kepala melihat Soeun yang berlari dengan penampilan yang berantakan.

Soeun masih tak menghentikan kakinya, ketika ia memasuki markas dan langsung menuju elevator. Namun, sebuah suara dari meja yang ada di lobi menghentikannya.

"Soeun…!!!”

Soeun pun berhenti lalu menoleh ke samping dan mendapati seorang pria yang sebaya dengannya yang bertugas mengamati kamera cctv di pintu masuk, Choi Tae Hwan. Nafas Soeun tersengal-sengal, namun ia menatap salah satu anak buah Junho itu dengan tatapan penuh tanya.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang