Prolog

2.2K 121 21
                                    

Hidup tanpa uang bukan lah hal mudah terutama bagi wanita berumur 25 tahun yang hidup sebatang kara, Kim Soeun. Masa lalunya merupakan sesuatu yang ia hindari. Kehidupannya sebelumnya bagaikan kegelapan yang terus membayanginya, menunggu waktu ia lengah untuk menenggelamkannya.

Her past is too dark,

itulah mengapa ia berusaha lari dan keluar dari dunianya yang lama. Keputusannya itu lah yang membawanya berada pada kondisi saat ini.

Hidup di jalanan. Penampilan yang lusuh dan kotor. Tubuh kurus dengan wajah yang tirus serta mata yang nampak cekung. Ia nampak kekurangan asupan gizi. Tapi itu jauh lebih baik.

She stills alive.

Berbulan-bulan berada pada kondisi kelaparan, membuat Soeun memutuskan untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan dirinya dari rasa lapar dan haus yang tak sanggup ia tahan lagi.

Ya. Malam itu, mungkin menjadi malam paling buruk dan sial dalam hidup Soeun. Ia berusaha mencuri uang dari seorang pria bersetelan jas, nampak rapi dan formal. Ia hanya akan mencuri  beberapa lembar uang saja untuk membeli makanan.

Sungguh malang, pria yang uangnya ia curi bukanlah pria pebisnis biasa, melainkan Bos Mafia.

Tentu saja, pria itu tak membiarkan begitu saja apa yang telah Soeun lakukan, pria sepertinya tak akan melepas Soeun begitu saja. Dengan pistol tertodong di kepala, Soeun harus memilih antara dua pilihan.

Die by bullet or working on mafia base.

Loving her life, Soeun pun memilih untuk menjadi slave di markas sebuah kelompok mafia besar yang berbahaya, The Shadow. Pilihannya itu membuatnya menjadi slave secara teknis dalam markas besar kelompok mafia The Shadow.

Setiap hari dari pagi sampai malam menjelang Soeun harus bekerja, mulai dari memasak untuk kelompok mafia itu, membersihkan markas mafia yang berukuran besar itu, hingga ia harus menyiapkan kebutuhan hampir setiap orang di sana.

Setidaknya kehidupan Soeun jauh lebih baik dibanding ia harus hidup di jalanan. Selama bekerja di The Shadow, Soeun mendapatkan uang untuk makan dan membeli sebuah rumah yang sangat sempit di sebuah gang sempit, sedikit kotor, dan bau. Well, jauh lebih baik dibanding ia harus tidur di pinggir jalan.

Lucky Soeun, beberapa di antara orang penting di The Shadow bukanlah orang yang hatinya terbuat dari batu. Meskipun merekea kriminal, mereka tidak memperlakukan Soeun dengan tidak senonoh, mereka hanya menguras energi Soeun dengan bekerja seharian.

Not all of them are bad, just the Boss of The Shadow, Lee Junho.

Pria yang sering dipanggil Junho oleh orang-orang kepercayaannya itu dan juga orang yang uangnya dicuri oleh Soeun nampaknya memperlakukan Soeun berbeda dengan kebanyakan anggota The Shadow memperlakukan Soeun. Pria itu tak berhenti membuat hari-hari Soeun di markas The Shadow seperti di nereka.

Pria itu tak sedikitpun menyembunyikan ketidaksukaannya pada Soeun dan bagaimana ia membenci Soeun dari sikap dan perkataan kasarnya pada Soeun.

But well, He is the boss, right?

Bukankah akan menjadi aneh jika bos dari kelompok mafia yang berbahaya bersikap manis dan lembut pada seseorang yang pernah mencoba mencuri sesuatu darinya. Terlebih pria itu paling benci jika seseorang mencuri sesuatu yang merupakan miliknya.

So, untill today Soeun enjoys her long dan blissful life in Hell.

Itu tentu bukan perkataan yang berlebihan mengingat apa yang harus  Soeun lakukan setiap harinya. Markas besar The Shadow merupakan bangunan tinggi khas bangunan bisnis yang menawan dari luar maupun di dalamnya. Markas berkas  itu tidak hanya menjadi tempat kelompok mafia The Shadow  beroperasi tetapi juga menjadi rumah dari lebih 50 pembunuh. Dan setiap pagi, Soeun harus berjalan hampir 3 mil dari rumahnya menuju markas The Shadow lalu membersihkan 20 ruangan sendirian, memasak dan menyiapkan minuman untuk hampir setiap anggota kelompok mafia tersebut.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang