The Barrier

887 92 18
                                    

*Makasi buat reader tersayang yang selalu setia dan ngasih semangat. Tiap bacain komen-komen, nambah semangat Ochie buat update lebih cepat. Awalnya draft chapter ini mau diupdate akhir pekan depan, tapi berhubung reader sudah berbaik hati dan ngasih semangat ke Ochie, jadi deh diupload sekarang (berhubung pekan depan break nulis, jadi upload sekarang deh). Love buat semuanya yang udah baca, vote, komen, semua-muanya deh. . .

--

Dunia seakan gelap gulita, tidak ada cahaya yang memantul dari rumah-rumah disekitar. Hanya cahaya rembulan dan gemerlap bintang di langit malam yang sedikit memberi cahaya pada indra penglihatan. Namun untuk Soeun yang tumbuh dan hidup besar di sana, ia sudah belajar dan terbiasa dengan tempat seperti itu. Penuh nuansa gelap dan jauh dari kehangatan.

Langkah kaki Soeun membawanya terus berjalan menuju area yang nampak tersembunyi dari mata kebanyakan orang. Mereka yang awam hanya akan melihat area tersebut sebagai area tertinggal yang tak menarik sedikitpun. Akan tetapi, di balik pepohonan besar dan jauh dari jangkauan mata orang awam, berdiri sebuah bangunan besar yang berpagar besi yang tinggi.

Dingin, terkungkung, dan gelap serta ditinggalkan adalah aura yang terpancar dari bangunan tersebut. Namun, tak ada semak di sekitar bangunan tersebut menunjukkan bahwa bangunan tersebut tak sepenuhnya ditinggalkan. Sepertinya beberapa orang yang mempunyai keperluan masih mengunjungi bangunan tersebut sehingga tak 100% bangunan mati.

Soeun pun menyentuh pagar tinggi dari besi dan mendapati tak ada gembok di sana, menandakan ada orang yang terlebih dahulu tiba di sana sebelum Soeun. Namun, alih-alih membuka pintu gerbang yang akan terbuka ketika ia mendorongnya, Soeun malah memilih mengitari bangunan tersebut hingga ia tiba di bagian samping yang dipagari oleh tembok yang menjulang tinggi mencapai dua meter.

Soeun terkekeh ketika ia mulai meraba bagian tertentu dari tembok yang menonjol dan dengan gesit dan ahli ia mulai memanjat tembok itu.

"Ah, serasa nostalgia" gumam Soeun dengan senyuman kecil di wajahnya.

Soeun pun mendarat tanpa suara di balik pagar tembok dan membawa kakinya dengan cepat menuju area samping bangunan tersebut tanpa sekalipun tersandung meski hanya mengandalkan cahaya rembulan dan bintang di langit malam.

Soeun terus berjalan dalam sunyinya malam hingga ia tiba di sebuah pintu kecil. Pintu yang terbuat dari kayu dengan bagian kaca nya yang telah pecah menunjukkan tak ada orang yang menggunakan pintu tersebut kecuali Soeun.

'Sepertinya setelah ditinggalkan, tempat ini semakin memburuk dan sangat cocok dengan deskripsi cerita-cerita horror' humor Soeun pada dirinya sendiri,

Kebanyakan orang mungkin akan berhenti sejenak dan menghenal nafas serta mempersiapkan diri ketika faktanya mereka akan mencoba membunuh seseorang. Atau mungkin kebanyakan orang tak tertarik untuk kembali ke tempat dimana mereka menghabiskan banyak waktu mereka yang tak lagi pernah dikunjungi selama tiga tahun.

Tapi, berbeda halnya dengan Soeun. Ia menyadari betul jika ia berhenti saat ini, ia mungkin tak ingin lagi melangkah lebih jauh ke dalam bangunan yang menyimpan sejarah hidupnya yang kelam juga tempat yang menyembunyikan identitas dirinya.

Soeun pun membuka pintu kecil tersebut. Jantungnya mulai berdetak dengan sangat cepat. Bau debu pun segera memenuhi hidung Soeun. Pengap dan sesak segera Soeun rasakan ketika ia masuk semakin dalam. Ada nuansa menakutkan yang bisa membuat bulu kuduk berdiri. Di tambah kesunyian yang mencekik. Bahkan sejak tadi Soeun tak mendengar suara burung malam ataupun serangga malam tak menampakkan kehadirannya. Seakan mereka pun bersembunyi dan menjauh dari apa yang akan terjadi malam ini.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang