Nothing

262 51 9
                                    

Tubuh Soeun bergetar mendapati mimpi buruk itu kembali muncul dalam benaknya. Atau lebih tepatnya. Memori kematian ibunya. Matanya pun terbuka, perlahan ia pun menyadari ia telah kembali ke dunia nyata. Soeun berulang kali mengerjapkan matanya, pandangannya masih mengabur. Susah payah, Soeun pun memfokuskan pandangannya.

Seketika Soeun menutup matanya untuk sesaat mendapati semuanya tampak terlalu silau bagi matanya. Perlahan, matanya mulai fokus pada langit-langit putih di atas kepalanya.

Ketika otaknya mulai berfungsi dengan baik, tiba-tiba rasa panik mulai menyelimuti Soeun. Nafasnya bergetar ketika ia berusaha menenangkan dirinya. Berusaha mengusir sepenuhnya ingatan kelamnya itu.

Soeun meringis ketika ia berusaha menggerakkan tangannya. Ia pun menatap pada tubuhnya dan mendapati seluruh tubuhnya diperban hampir mirip mumi dengan selang infus menancap di tangannya. Soeun menoleh ke sisi kirinya dan mendapati banyak mesin dan selang yang mengelilingi.

Soeun pun kembali menutup matanya. Menggeleng kepalanya ketika ia mulai mengingat apa yang terjadi. Kebohongan, kebenaran yang terungkap, perlawanan yang hampir melenyapkan nyawanya, lalu Junho.

"Junho..." ucap Soeun dengan suara parau.

'Semua yang terjadi.... Kebenaran.... Semua kebohongan...' pikir Soeun.

Soeun merasa tak berdaya terbaring di ranjang rumah sakit. Rasa lelah membuat tubuhnya terasa berat. Emosi berkecamuk dalam dirinya.

Seketika Soeun berusaha mencengkeram selmut di bawahnya dengan tangannya yang kondisinya lebih baik dari tangan kanannya. Soeun memejamkan matanya dengan erat, berusaha mengontrol dirinya agar tidak meledak.

"Soeun..."

Suara bash seorang pria yang memanggilnya lembut dari arah samping mengejutkan Soeun.

Soeun pun menoleh dan mendapati Chansung duduk di samping mesin monitor jantung. Ada perban di dahi pria itu. Seketika melihat Chansung membuat nafas Soeun tersengal-sengal dengan besarnya amarah dalam dirinya.

"pergi dari sini...." Bisik Soeun dengan suara yang dingin.

Jemari Soeun bergetar, berusaha melepaskan alat-alat yang dipasang untuk mengontrol jantungnya. Seketika Soeun melepaskan semua selang dan kabel yang menempel di tubuhnya menyisakan selang infus di tangan kirinya. Dengan susah payah, Soeun pun mencoba duduk.

Apa yang Soeun lakukan membuat semua luka di tubuhnya berdenyut dahsyat, membuat Soeun meringis.

"Janga bodoh" ucap Chansung.

Chansung pun menghela nafas. Lalu mengambil kabel yang dibuka paksa oleh Soeun.

"Kau hampir mati, Soeun. Kau harus istirahat"

Soeun pun memelototi Chansung. Tatapan lelah dan lingkar hitam di bawah kantong mata Soeun membuat Chansung kembali menghela nafas.

"Tidak" bantah Soeun.

".... Aku ingin pergi dari sini"

Chansung menatap Soeun dengan tatapan simpati. Jelas ia memahami obat bius dalam sistem tubuh Soeun berhasil membuat Soeun tak bisa melakukan banyak hal. Tatapan tajam Soeun pun tak berefek apapun pada Chansung. Lebih seperti tatapan anak kecil yang lelah dan menolak untuk tidur lebih awal.

Perlahan Chansung meletakkan tangannya di bahu Soeun yang tak terluka. Dengan lembut namun tegas ia membaringkan Soeun di ranjang rumah sakit.

"Bos mengatakan kau tidak diizinkan pergi dari sini"

Manik hitam Soeun melebar sempurna ketika rasa nyeri mencuat di dadanya mendengar nama yang keluar dari mulut Chansung.

"No!!" teriak Soeun.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang