His other side

288 57 12
                                    


Soeun menoleh ke arah belakang, mendapati Boah yang telah kembali menyimpan senjatanya ke balik jaket kulitnya.

"Apa yang baru saja kau lakukan, huh?" tanya Soeun dengan nada bicara yang dingin.

Sementara Wanita yang ditatap dengan tatapan dingin oleh Soeun hanya menatap balik Soeun dengan tatapan polosnya. Tatapan yang sering membuat Soeun jengkel.

"Dia sudah memberi semua yang kita inginkan. Pelakunya adalah salah satu dari sekutunya. Kelompok mafia ini hanya punya tiga sekutu" jelas Boah.

Kemarahan masih berada di tubuh Soeun.

"Bagaimana kau bisa tahu hal itu?" selidik Soeun.

Hyerin yang ada di sebelah Boah pun menyengir.

"... Urusan bisnis, Soeun. Kau tentu tahu ayahku dan ayah Boah punya banyak koneksi di dunia bisnis. Dan para pebisnis seperti ayah kami... juga terlibat cukup lama dalam dunai mafia. Kami lebih banyak tahu dibandingkan dirimu, Soeun"

Namun, Soeun tak peduli dengan jawaban Boah maupun Hyerin. Karena yang mencuri fokusnya bukan lagi informasi mengenai siapa yang mencuri data dari kelompok mafia Junho, tapi mengenai mendiang ayahnya yang disinggung oleh pria yang ada di hadapan Soeun yang saat ini tak lagi bernyawa.

Soeun pun turun dari meja dan berjalan mendekati Hyerin dan Boah.

Ketegangan masih terlihat jelas di wajah Soeun. Siapapun bisa menebak Soeun sedang marah.

"Dia mengatakan bahwa ayahku juga anggota mafia atau semacamnya! Dan kau menghentikannya ketika ia akan mengatakan sesuatu. Mengapa kau melakukan hal itu?"

Boah memutar bola matanya seakan-akan Soeun menanyakan sesuatu yang tak penting.

"Jadi, maksud mu adalah kau ternyata cukup bodoh karena mau mendengarkan omong kosong dari mulut pria yang berada diambang kematiannya?" balas Boah dengan santai.

Hyerin pun berjalan mendekati Soeun. Seketika Soeun mengepalkan kedua tangannya, seakan-akan tubuhnya bersiap jikalau tiba-tiba rekannya itu akan menyerangnya. Sebuah instingnya yang tiba-tiba membuat Soeun mulai meragukan kepercayaan yang ia miliki untuk kedua rekannya.

Akan tetapi, ternyata Hyerin hanya berjalan melewati Soeun. Berjalan terus menuju tubuh bos mafia, lalu mengangkat tangan pria itu. Sementara mata Soeun terus mengamati apa yang Hyerin lakukan.

"Lihat ini..!!! Ada pisau kecil di tangannya" ujar Hyerin memperlihatkan sebuah pisau kecil yang di pegang di kanan kiri bos mafia.

".... Dia berniat menyerangmu ketika kau lengah" lanjut Hyerin.

Hyerin lalu kembali menjatuhkan tangan bos mafia dan mendekati Soeun. Dengan tegas, ia meletakkan tangannya di bahu Soeun.

" Jangan bertindak bodoh dan kehilangan fokus dalam menjalankan misi hanya karena masalah pribadi yang belum tentu kebenarannya" ujar Hyerin dengan nada menegur.

'What? Apa ia sedang menegur ku? Aku?' pikir Soeun.

Soeun pun menaikkan satu alisnya dan mendekatkan wajahnya ke arah Hyerin. Membalas tatapan tajam Hyerin padanya.

"Oh? Apa sekarang kau berusaha untuk menggurui ku? Kau benar-benar menjadi anak buah yang tak patu" ucap Soeun dengan nada sinis.

Di hatinya Soeun menyadari apa yang barusan ia katakan itu salah. Karena ia menyadari bahwa bos bagi Hyerin bukan lagi dirinya, namun si Devil. Namun egonya masih belum bisa menerima bahwa mereka mempunyai bos yang sama. Naluri seseorang yang pernah menjadi seorang leader membuat Soeun susah menerima kenyataan.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang