part 42

64 13 0
                                    

Bagaikan sebuah rasa trauma yang besar ke delapan remaja itu sungguh enggan kembali masuk kedalam sebuah bangunan besar bercat putih dengan jejeran mobil ambulance itu.

Namun bagaimanapun mereka harus masuk dan menemui seorang dokter disana.

Mereka diambang kebingungan atas meninggalnya Tamara beberapa hari lalu, kepergiannya Sungguh tiba-tiba. Tak dapat dipercaya jika ia baik-baik saja.

Seperti sebuah the Javu saat memasuki lorong koridor rumah sakit, mereka ingin sekali menangis.

Begitu banyak kenangan yang mereka rasakan di rumah sakit ini, walaupun sebagian besar adalah kenangan pahit namun tetap saja mereka tidak akan lupa,- karna biar bagaimana pun mereka melewati itu bersama Tamara.

Langkah mereka terasa berat kala memasuki lorong-lorong itu, mereka ingat betul setiap tempat disana.

Iya, Tamara pasti sembuh.

Bang, Tamara mau pulang. Disini bau obat.

Coba tebak kenapa rumah sakit warna putih? Karna kalo hitam rumah hantu hiyaaa

Kenapa si tata harus balik lagi kesini?

Minum obat lagi ya?

Dengan polosnya kata-kata itu Tamara lontarkan pada mereka, kerinduan itu semakin mendalam.

Mereka berhenti didepan sebuah ruangan bertuliskan dr. Basuki Kusumo ya, mereka sudah berjanji akan bertemu pagi ini membicarakan perihal kepergian Tamara.

Zweitson mengetuk pintu itu tiga kali lalu suara dari dalam terdengar

"Silahkan, masuk"

Fiki mengambil alih kenop pintu dan membukanya perlahan terlihat seorang dokter berumur yang sedang sibuk berkutat dengan beberapa berkas dengan sesekali membenarkan kacamata nya yang turun.

"Permisi, dokter"

"Oh kalian, silahkan duduk" dokter Basuki menggiring mereka duduk di sofa samping meja tugasnya.

"Jadi, mau mulai dari mana?" Tanya dokter Basuki memulai pembahasan pagi ini.

"Sebenarnya apa yang terjadi dok?" Bubuh Fenly berat

"Hmmm yang terjadi ya?" Dokter Basuki terlihat menimang cerita sebelum ia beberkan secara gamblang pada kedelapan pria itu "jadi begini" mungkin sudah saat nya mereka tahu rahasia besar yang disembunyikan antara dirinya dan Tamara selama ini.

Mereka mendengarkan secara saksama "kecelakaan pertama Tamara saat itu, menyebabkan radang pada kepala belakang Tamara" mereka serentak menoleh terkejut.

Jika itu terjadi pada kecelakaan pertama Tamara maka orang yang menabraknya adalah Sabella mantan Shandy yang kini sudah bebas dari penjara dan melanjutkan studinya di Jerman.

"Selepas itu beliau rajin konsultasi kemari, karna sesekali merasakan pening dikepala belakangnya. Beberapa bulan kemudian setelah konsultasi ternyata radang itu adalah cikal bakal tumor yang hinggap di kepala belakang Tamara"

"Tu–tumor?" Cicit Farhan, dokter Basuki mengangguk,- mereka sungguh terkejut saat mendengar penjelasan tadi.

"Namun hampir 4bulan Tamara tidak datang konsultasi, biasanya sakit tidak sakit ia akan rutin kemari untuk cek up seminggu sekali. Ternyata Tamara tidak punya waktu untuk kemari disebabkan tugas kuliah dan acara-acara lainnya disana"

"Singkat cerita dalam satu tahun Tamara mengidap tumor otak stadium dua, namun saya tau dia gadis yang kuat,- saya tidak pernah melihatnya menangis saat cek up justru beliau selalu tersenyum pada saya dan dia yang meyakinkan saya bahwa penyakit yang diidapnya bukan apa-apa dan ia akan sembuh secepatnya"

Mereka berdelapan menitihkan air mata tak percaya bahkan Ricky dan Shandy sampai menggelengkan kepala tak percaya ternyata sekuat itu Tamara, ekspektasi mereka tentang Tamara bukan apa-apa dari kenyataan yang ada. Dia jauh lebih kuat dari gadis kuat.

"Itu yang membuat saya optimis dengan tugas saya, optimis dengan tanggung jawab saya bahwa saya akan memberikan yang terbaik untuk Tamara agar dia bisa sembuh secepatnya. Namun, takdir berkata lain Tamara kembali mengalami kecelakaan hebat, tumornya merambat ke syaraf otak depannya. Kelenjar getah bening hinggap di kepala belakangnya sampai tuhan mengambil nyawanya. Tapi ajaibnya tuhan memberikan nyawanya kembali, dan Tamara bilang Allah masih mau liat tata berjuang didunia, Allah masih mau liat Tamara senyum dan berbuat kebaikan disini, kan tata pernah bilang kalo penyakit tata bukan apa-apa.
Lagi-lagi saya cuma bisa tersenyum mendengarnya, dia terlihat begitu tegar dengan apa yang dia rasakan,- saya takjub dengan beliau dengan umur yang masih belia dia mau berjuang untuk hidup karna katanya masih banyak orang-orang yang membutuhkan tata, masih banyak orang yang belum tata bahagiakan, masih banyak orang disekitar tata yang belum siap kehilangan, tanggung jawab tata didunia masih banyak, perjuangan tata belum selesai."

Dokter Basuki menghela nafas berat, sulit rasanya menceritakan semua kejadian itu.

"Semakin hari Tumor itu semakin menjadi, hingga suatu hari beberapa Minggu sebelum wisuda Tamara didiagnosa mengidap tumor stadium 4 dan kelenjar getah bening yang semakin hari semakin menggerogoti imun tubuhnya. Tamara berjanji ia akan baik-baik saja sampai acara wisudanya selesai lalu selepas itu ia akan kembali untuk melakukan perawatan intens namun, takdir berkata lain. Kali ini Tuhan benar-benar menyudahi tugas Tamara didunia"

"Kenapa gak dioperasi dok?!!" Tegas Fajri memotong cerita

"Dari awal saya sudah bicarakan ini pada beliau, namun beliau selalu bilang tidak perlu dok, walaupun saya tidak operasi jika belum saatnya saya pergi maka saya tidak akan pergi begitu juga jika saya dioperasi walaupun penyakit saya hilang jika saatnya saya harus pergi maka saya akan pergi. "

"Lalu kenapa dokter tidak paksa Tamara untuk operasi atau bahkan kemoterapi?"

"Tamara selalu melakukan kemo setiap cek up kemari, namun saya tidak bisa memaksa untuk ambil tindakan operasi karna itu adalah hak pasien saya tidak ada hak untuk memaksa" ujarnya sembari mengangkat kedua telapak tangannya sejajar didepan dada.

Mereka berdelapan merasakan sesak di dada, mengapa Tamara menutupi hal semacam ini? Ini bukanlah masalah kecil! Lalu kenapa ia sembunyikan?

"Kenapa dokter ga bilang sama kita soal penyakit Tamara ini? Hiks" Gilang terisak hebat, ia merasa gagal menjadi Abang untuk menjaga Tamara.

"Beliau tidak mau kalian tahu hal ini karena tidak mau membebani kalian apalagi Tamara bilang kalian sedang sibuk jadi Tamara tidak ingin membuat kalian kepikiran tentang penyakitnya ini, Tamara selalu merasa ia bisa menghandle semuanya tanpa bantuan orang lain, Tamara terlalu optimis dengan penyakitnya sampai tidak mau melibatkan kalian dalam masalahnya"

"Yaallah taa hiks kenapa Lo Rahasiain masalah sebesar ini si? Hiks" Ricky ikut menangis

"Saya tahu kalian kuat, Tamara sudah tenang di surga bersama alm papanya. Kalian harus ikhlas ini semua takdir terbaik untuk Tamara lagipula semuanya sudah terlambat, kalau begitu kalian bisa tenangkan diri kalian sendiri disini saya ada jadwal operasi sekarang,- jadi saya permisi."

Dokter Basuki meninggalkan ruangannya menuju pasien yang sudah menunggunya diruang operasi.

Tumor ganas.

Kelenjar getah bening.

Radang.

Kemoterapi.

Operasi.

Astaga!!!! Tamara sungguh membuat mereka gila, kenapa? Kenapa harus dirahasiakan? Dan kenapa kepergian Tamara harus tiba-tiba tanpa mengucap salam perpisahan?



TBC!

Terima kasih gadis baik :)

He is mine '²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang