part XXXX

83 14 1
                                    

Satu tahun kemudian....

Seorang pria berdiri di atas panggung itu dengan gagahnya, setelan jas putih melekat indah di badannya.

Ntahlah, tidak ada yang tahu siapa pria itu tak terkecuali Tamara.

Ia juga tidak peduli dengan sosok yang berdiri dipanggung dengan membelakangi para tamu dan semua orang yang ada disitu.

Tamara lebih memilih bercanda dengan Fajri, Fiki, Zweitson disana setelah lelah berfoto ria dengan semua kakak-kakak nya.

Sungguh hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Tamara, ia tak pernah menyangka akan menjadi lulusan cumlaude.

Mahasiswi lulusan Sastra Bahasa Indonesia terbaik seangkatan berkat dedikasinya dalam organisasinya juga ketekunannya dalam belajar.

"Selamat malam para tamu yang hadir dan selamat malam juga untuk semua mahasiswa dan mahasiswi Universitas Indonesia yang berbahagia malam ini" ujar si pria misterius itu

Semua atensi teralihkan ke panggung, lampu di sekeliling meredup hanya satu lampu yang menyorot pria itu.

"Terutama selamat malam kepada seorang gadis yang duduk di kursi nomor 49 itu" ujar si pria membuat Zweitson berputar melihat nomor bangkunya yang ternyata bernomor 48 itu artinya kursi Tamara bernomor 49

"Kursi Lo ta" ujar zweitson pelan membuat Tamara memutar badannya melihat nomor kursinya yang ternyata benar bernomor 49 lalu siapakah pria itu?

"Malam ini, berdirinya saya disini untuk memberitahukan sesuatu yang sangat penting" ujar si pria itu lagi membuat Tamara bingung dan berdecih malas.

"Siapa si tu orang yaallah! Kan udah waktunya hiburan jadi ketunda ni gara-gara dia" beo tamata kesal

"Sabar ta, siapa tau penting"

"Lo tau ji?"

"Kagak gua juga bingung Ama tuh orang" ujar Fajri sembari bergidik bingung, Fajri tidak berbohong ia memang tak tahu sama sekali dengan ini semua.

"Lo Fik tau?"

"Jangankan gue ta"

Tamara menggeleng acuh lalu mengedikkan bahu dan menerima ajakan Zweitson untuk ber-selfie ria.

Karna kini mereka duduk secara acak Fajri meminta Zweitson, Tamara dan Fiki untuk duduk bersama agar lebih mudah jika ingin berbincang atau bercanda.

"Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat kepada seseorang yang duduk di bangku nomor 49 atas kelulusannya dan predikat sebagai mahasiswi terbaik untuk lulusan tahun ini, dan impiannya terwujud namun juga ada hal yang ingin saya katakan bahwa saya––" Tamara sungguh kebingungan dengan pria misterius itu namun tak lama si pria membalikkan badannya.

Dengan buket bunga mawar dan sebatang coklat besar di tangannya juga Boneka maskot macan besar yang dipeluknya.

"Mencintainya" ujar si pria itu dengan yakin lalu menanggahkan kepalanya yang menunduk membuat Tamara kaget bukan main.

"Saya benar-benar mencintainya. Jujur perasaan ini selalu menyelimuti saya selama ini dan saya baru tersadar bahwa saya mencintainya lebih dari apapun" lanjut pria itu membuat Tamara terperangah tidak percaya.

"Saya tidak pernah berencana hati ini untuk jatuh padanya, siapa sangka? Sosok canggung dan dingin itu bisa membuat saya bertekuk lutut sampai seperti ini?
Kalian fikir saya mau? Nggak, nggak sama sekali.
Tapi, apa daya kalau hati akhirnya bilang iya?
Saya masih ingat kata-kata indahnya.
Saat dia menyatakan isi hati terdalamnya di buku dear deary-nya waktu itu.
Dia bilang
Bahwa saya tidak pernah berencana kan hati ini untuk jatuh padanya, sungguh! Niat saja tidak pernah terfikir sama sekali pada awalnya.
Hm, sejak dia masuk dalam hidup saya,- doa saya cuma satu.
Tuhan saya mau dia! Itu saja.
Sebenarnya saya berharap sekali bahwa senja dikirim tuhan bukan sekedar menitipkan pelajaran, tapi juga untuk saya sayangi sepenuh hati. Saya menyayanginya, sayang sekali.
Maka bila kata selamanya terlalu abadi, tapi Tuhan saya mohon untuk tidak secepat ini.
Disaat malam punya bintang untuk dipandangi, saya punya kamu untuk disayangi dan di saat tuhan ingin menjelaskan apa itu arti keindahan? Dia menciptakanmu. Maaf jika selama ini kamu seringkali merasa kesal karna ulahku tapi percayalah jauh di lubuk hatiku yang paling dalam aku sangat-sangat mencintaimu" Tamara mendengar kata-kata itu dengan seksama, tak terasa satu tetes air mata nya jatuh.

Semua orang disana rasanya terbius dengan apa yang diucapkan si pria diatas panggung itu.

"Tuhan menghadirkanmu di dunia ini bukan karna kecelakaan, tapi ada hal yang harus kamu lakukan.
Tuhan menciptakan mu untuk melengkapi tulang rusukku yang hilang.
Aku ingin jadikan kau pasangan hidupku untuk selamanya dan jadi ibu dari anak-anakku kelak,-
So? Tamara Amelia Will you marry me?"

Tamara menutup mulutnya tak percaya, benarkah yang ada dihadapannya ini?
Benarkah laki-laki di atas panggung itu masih menjaga perasaannya selama 3 tahun ini?

Benarkah rasa itu masih sama?

Semua atensi teralihkan ke Tamara, terutama Fiki, zweitson dan Fajri yang tak percaya dengan ucapan laki-laki diatas itu lalu bagaimana perasaan dua orang laki-laki yang juga menunggu Tamara?

Jadi Tamara harus pilih siapa?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Jadi Tamara sama siapa?

Dan siapa laki-laki diatas panggung itu?
Dari kata-katanya ada yang bisa nebak?

He is mine '²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang