part XII

72 15 0
                                    

Sepi, itu yang mereka rasakan sekarang tidak ada suara lembut yang selalu menyambut mereka ketika sedang sedih, tidak ada teriakan ketika Shandy melakukan aksi jahilnya, tidak ada nyanyian ketika Fenly memainkan gitarnya, tidak ada diskusi saat Farhan menentukan resep, tidak ada protes ketika Fajri salah memutar lagu tiktoknya, tidak ada tawaan saat Fiki memulai aksinya, tidak ada seseorang disamping seorang Ricky Zakno.

Tamara masih pulas diatas Brankar sana bibirnya semakin memucat ini hari ketiganya di rumah sakit, ka Patt tidak ada karena sedang diluar kota.

Seseorang datang membuka pintu lalu masuk dan menutupnya kembali, pandangannya sayu tatapannya kosong ia langsung menghampiri brankar Tamara.

"Ckk, Tamara kamu denger aku kan heyy, tunjukin apa yang mereka semua bilang gak bener ta hiks" Ricky tertawa hambar sebelum mengucapkan kata-katanya untuk Tamara kemudian mulai terisak suaranya bergetar ketika menyebut nama Tamara diakhir sebelum akhirnya air matanya kembali jatuh "kamu harus bangun, kamu nggak boleh ninggalin aku ta hiks" Ricky berusaha tegar sembari mengingat masa lalu bersama Tamara "inget apa janji kamu ke aku?, Kamu bakalan selalu ada buat aku ta. Hiks–hiks––" tiba-tiba beberapa suster masuk untuk mencabut semua selang yang ada pada Tamara mulai dari infusan, alat bantu pernafasan sampai pendeteksi nadi semuanya dilepas.

Ricky yang melihat itu langsung panik sendiri, karena setahunya ketika seseorang terbaring lemah di rumah sakit lalu semua alat medisnya dicabut sebelum si pasien sadar dan sembuh itu tandanya si pasien sudah kembali kerumah terakhirnya.

"Kalian kenapa ha? Ngapain dilepas infusnya. Kalian mau bunuh Tamara?" Ricky panik bukan main

"Sabar tuan, kami sudah berusaha sekuat tenaga tapi pasien sudah ––"

Belum sempat suster itu menyelesaikan kata-katanya Ricky kembali menyela memotong perkataan sang suster "Hiks–Hiks–– KALIAN SEMUA PAYAH! ta, kamu harus bangun hiks––hiks" Ricky mengguncang tubuh Tamara beberapa saat kemudian melemas untung saja tangannya berpegang erat ke samping brankar kini tumpuan badannya hanya kedua lututnya kakinya tak kuat menopang ia tak kuat menerima keadaan.

Seketika terdengar suara seseorang yang berusaha menarik nafas dalam-dalam suster tadi sudah pergi dari ruangan, lalu siapa itu? Tamara, iya?

"Ta?" Ricky tersentak lalu bangun dengan tergesa-gesa terus memanggil nama kekasihnya itu, ia harap itu benar-benar suara Tamara. Semoga!

*****

"udah lah ky, Lo jangan kayak gini terus. Lo nyiksa diri Lo sendiri tau ga?!"

"Gue bener-bener ngerasa lemah bang, gue masih inget dimana dia kecelakaan karena gue gak bisa jemput dia hiks andai aja gue gak ngajak Tamara semua ini gak akan terjadi bang"

"Rick! Sadar!" Sergah Fiki yang sedari tadi mendengar Ricky terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri.

"Sekarang dia terbaring lemah disana karena siapa hah? Karena siapa? Karena Gue!! Fik." Ujar Ricky kesal lalu suaranya melemah diakhiri kata-katanya

"Gue tau, gimana rasanya orang yang lo sayang terbaring lemah disana gue faham. Tapi Lo jangan kayak gini! Lo nyiksa diri Lo sendiri tau ga?!" Beo Fiki sementara Ricky masih sesegukan disamping Farhan yang terus mengusap-ngusap punggungnya berusaha menyalurkan kekuatan.

Disebelah sana ada Fajri yang terus menangis sembari menarik-narik rambutnya sendiri dengan zweitson yang sibuk menenangkan nya

"Lo harus sabar, harus kuat. Dan jangan nyalahin diri Lo sendiri"

"Makasih ya bang"

"It's okay" Farhan tersenyum simpul "sekarang Lo tenangin diri Lo gue yakin Lo butuh istirahat sekarang biar gue yang jagain Tamara dulu"

_____________________
TBC!!!!!!

°ko gue yang bikin cerita gue yang nangis si😭

⭐Nya udah nunggu di klik

He is mine '²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang