part XI

78 13 3
                                    


Nittt nittt nittt

Alat pendeteksi detak jantung itu terus saja berbunyi, garis hijau itu naik turun dengan lambat membuat segitiga-segitiga kecil di sebuah monitor disamping brankar seseorang.

Perban di dahi itu semakin memerah tak mampu menahan laju darah yang terus keluar, kapas dan kasa putih ditangan itu menyangga sebuah kabel berujung jarum agar tidak lepas.

Wangi obat-obatan menyeruak di sekeliling ruangan serba putih, mata yang terpejam itu bagaikan enggan terbuka.

Bibir pucat tanpa warna menambah kesan kekhawatiran beberapa orang yang baru datang itu.

"Permisi! Maaf ruang anggrek 8a dimana ya?!" Tanya seseorang dengan tergesa-gesa

"Atas nama siapa maaf?"

"Tamara Amelia"

"Silahkan lurus naik ke lantai 3 ruangannya di sebelah kanan pintu kedua"

"Terimakasih"

Air mata itu terus membanjiri wajah mereka masing-masing, belum sampai tujuan kaki sudah terasa tak bertulang mereka gemetar

Ke delapan remaja itu berlarian tak tentu arah tak peduli mata merah, air mata yang terus turun, bahkan nafas yang sudah tersumbat karena tangis.

Cckkrreekk

Pintu terbuka pelan, seorang gadis terbaring lemah di sana dengan alat bantu nafas yang setia di hidungnya juga mulutnya.

Tangis mereka pecah begitu saja setelah mengetahui Tamara mengalami kecelakaan hebat.

Flashback on!

"Iyaudah mending pada tidur ya"

"Gak bisa tidur gue bang"

"Ky, doain Tamara gak kenapa-napa, dan mudah-mudahan feeling kita salah"

"Gak mungkin salah bang, kita ngerasain bareng-bareng gue sama zweitson mimpi kejadian yang sama dan itu dua malam berturut-turut" beo Fajri pelan sembari menahan tangis matanya menatap kosong kearah depan

"Suttt ji! Jan ngomong gitu ah"

"Iyaudah kita tidur disini aja bareng-bareng yah ambil bantal masing-masing gih sama selimut"putus shandy menengahi disaat yang lain bergegas mengambil barang masing-masing Ricky dan Fajri masih terdiam.

Duduk sembari menekuk dan memeluk kaki mereka sendiri sambil tertunduk, setetes air mata mereka jatuh begitu saja.

Feeling mereka terlalu kuat membuat Farhan terenyuh.

"Rick? Ji? Kalian nangis?" Tanya Farhan khawatir mereka hanya menggeleng lemah.

"Bismillah, Tamara gak kenapa-napa" sebagai Abang Farhan harus dewasa di keadaan seperti ini bagaimana pun caranya.

Mereka terlelap pulas setelah saling menenangkan satu sama lain tadi, jam menunjukan pukul 02 pagi.

Tak ada janjian sama sekali Fajri, Ricky dan Shandy bangun bersamaan sampai akhirnya mereka berniat melakukan shalat sepertiga malam.

~~~

Ddddrrrtttt dddrrtttt

"Hallo ka Patt?"

"Halo, Farhan dimana? Tamara udah sadar?" Tanya ka Patt disebrang sana pada Farhan

Tamara? Udah sadar? Maksudnya?

"Di–dorm ka Patt maksudnya gimana ya?"

"Didorm ngapain?"

"Baru selesai sarapan"

He is mine '²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang