pt 5.0 | Askin'

344 65 11
                                    

5.0 | Askin'

-:-

Rasa-rasanya menendang beton di sebelah got depan rumah tak cukup untuk melampiaskan kekesalan Seungmin. Perkataan Chan mengenai tawaran geng sekolah sebelah untuk battle benar-benar mengganggu pikirannya. Ia masih ingat betul bagaimana Chan dengan wajah lempengnya berkata,

"Gue terima tawaran mereka tuh bukan semata-mata duitnya gede, Min. Mereka udah tahu kalau Strayer sebenernya main kotor. Mereka ngancem, kalau kita nolak tawarannya, mereka bakal aduin ke pihak sekolah beserta bukti-buktinya."

Bajingan memang, mereka sampai punya bukti-buktinya. Seungmin tak habis pikir. Segitu inginnya mereka adu kekuatan dengan sang Legenda Seungmin sampai rela cari bukti jika Strayer bukan ekstrakurikuler biasa. Ya, Seungmin akui dirinya memang yang terhebat dalam berkelahi di Strayer, tapi haruskah mengulik soal tindakan keji Strayer demi bisa adu tendang dengan Seungmin? Itu cari ribut namanya.

Sampai di depan pintu utama, Seungmin langsung masuk. Menutup pintu dengan menjeblaknya keras hingga menimbulkan suara berdebum yang kencang. Seungmin berteriak, ia menendang meja yang teronggok di depan televisi ketika langkahnya memasuki ruang tengah.

"Aarrgghh! Pengen gue bejek—"

"Udah pulang?"

Teriakan dongkol Seungmin berubah jadi lengkingan kencang tatkala ia melihat Hyunjin berdiri di sekat pemisah ruang tengah dan dapur dengan panci di tangan. Penampilannya sedikit berantakan. Hoodie hitam yang nampak kedodoran berikut kaos putih yang menyembul di dalamnya, celana jeans belel, rambut diikat sembarangan sehingga beberapa anak rambutnya berkeliaran, wajah kusam, dan terakhir adalah kalung perak yang melengkapi betapa Hyunjin terlihat seperti anak punk.

Tapi ganteng.

Dengan kelewat santai pemuda Hwang itu bertanya sambil mengerling polos, seolah pura-pura buta dengan presensi Seungmin yang menatapnya dengan kedua bola mata membelalak lebar. Sementara Seungmin, pemuda itu terdiam untuk sesaat. Melihat Hyunjin yang berdiri nyata di sana, membuat Seungmin yakin jika Hyunjin itu memang sama sepertinya.

Jadi, yang semalam dan kemarin itu betulan terjadi, 'kan?

"Eh, setan, lo kok bisa ke sini lagi!?" Lepas dari lamunan, Seungmin ngegas. Lalu melepas tas yang menggantung di salah satu pundaknya lantas melempar benda itu sembarangan sebelum menyusul Hyunjin yang telah lebih dahulu memasuki dapur alih-alih menjawab pertanyaannya.

Sampai di sekat, langkah Seungmin terhenti karena perutnya tiba-tiba melonglong keras. Mengundang Hyunjin yang tengah sibuk menuang minyak bumbu ke dalam panci berisi mie dengan kuah mengepul untuk menoleh padanya seraya mengerling heran. Seungmin berdehem, suasana mendadak canggung untuk sesaat.

Pemuda Kim menggaruk daun telinganya yang memerah karena malu, lantas pilih untuk mendudukkan diri di salah satu dari tiga kursi yang mengelilingi meja makan. Hyunjin membiarkan. Pemuda itu membelakangi Seungmin, tengah sibuk mengaduk mie lalu mengambil nasi dari penanak untuk ia taruh ke dalam mangkuk kecil.

Seungmin melipat tangannya di atas meja dengan khidmat, menunggu Hyunjin menyajikan dua mangkuk nasi dan sepanci mie di atas meja. Hyunjin lalu berderap menuju kulkas, membuka benda itu dengan tatapan tak minat. Satu decakan keluar dari bibir kelebihan volumenya setelah mengambil sebotol air dingin lantas menutup kulkas sebelum mendudukkan diri di hadapan Seungmin yang menatap sepanci mie dengan mata berbinar.

"Kulkas lo fungsinya cuma memperindah dapur aja, ya?" Hyunjin buka suara, meletakkan botol di sebelah panci sebelum mengambil mie dalam jumlah banyak. "Empet gue liatnya, Min. Seenggaknya hiasin lah pake sayuran kek, daging kek. Atau bisa lo isi ciki kalau emang lo gak mampu."

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang