10.0 | Disappearin'
-:-
Seungmin terbangun ketika perutnya berbunyi nyaring. Ia menggeliat panjang, memicing sekilas tatkala sinar matahari yang menelusup masuk melalui jendela menyapa netra. Erangan panjang keluar dari belah bibirnya, bersamaan dengan tubuh yang mendadak tremor karena menggeliat terlalu lama. Seungmin putuskan untuk duduk, mengucek-ucek mata sambil mengedarkan pandang ke sekitar.
Sama seperti sebelum-sebelumnya, Seungmin dikejutkan dengan pemandangan di bawah kasur yang ia tempati. Karpet berwarna moka itu kosong, padahal semalam ditempati oleh sosok yang gagal ia usir karena nuraninya mendadak terketuk. Seungmin terdiam cukup lama dan mencerna apa yang terjadi ketika lagi-lagi perutnya mengeluarkan suara yang mengerikan dari dalam.
Sambil mengusap perut, Seungmin bangkit keluar. Pikirnya semalam ia telah makan masakan Hyunjin, tapi kenapa pagi-pagi sudah lapar? Tidak mungkin Seungmin mengidap busung lapar tiba-tiba. Dilangkahkan kakinya menuju dapur, terseret-seret Seungmin berjalan ke sana dengan satu tangan tak mau berhenti mengucek mata.
Tiba di dapur, Seungmin kembali dikejutkan oleh pemandangan yang ia saksikan. Meja makan kosong, persis seperti kemarin pagi sebelum ia pergi meninggalkan rumah. Ia berhenti mengucek mata, Seungmin menoleh cepat ke arah rak piring. Matanya membola lebar ketika melihat jika panci, piring-piring, dan mangkok yang semalam ia gunakan untuk makan malam dengan Hyunjin, berada persis di tempat semula.
Seungmin masih ingat, sebelum berangkat sekolah kemarin, ia sempatkan diri untuk mencuci piring. Tatanan piring, panci, mangkok, sendok, dan garpu tak ubah posisinya dengan terakhir kali Seungmin tata. Keseimbangan Seungmin tiba-tiba menghilang. Nyaris ia jatuh terjengkang andai tak buru-buru meraih sandaran kursi untuk ia gunakan sebagai penyangga berat badan.
Seingat Seungmin, tadi malam Hyunjin tak sempat untuk membereskan meja makan. Pemuda itu main melengos dan menyiapkan tempat tidur di atas karpet setelah berkata, "Udah malem, tidur. Besok lo sekolah." yang mana itu menjadi kalimat terakhir yang Hyunjin katakan tadi malam. Seungmin tak mungkin salah, ia betul-betul ingat bagaimana ia menyusul Hyunjin masuk, dan sempat melihat meja yang berantakan oleh nasi dan lauknya. Harusnya meja itu berantakan sekarang.
Harusnya seperti itu.
Tiba-tiba Seungmin dikejutkan oleh bayangan dimana ia menenggak empat butir obat sekaligus sebelum tidur. Seketika keseimbangannya hilang lagi.
"Gue nemu duit di laci meja lo,"
Seungmin sukses membelalak lebar. Dialihkan atensinya pada pintu kamar yang terbuka, Seungmin menyaksikan meja belajar di sebelah kasur yang dapat ia lihat dari luar. Buru-buru Seungmin berderap masuk. Dengan serampangan pemuda itu membuka satu-persatu laci di meja, mencari keberadaan uang terakhir yang semalam Hyunjin ambil. Sampai satu laci terakhir yang berada tepat di bawah meja ia buka, kaki Seungmin lemas.
Uangnya masih utuh.
Sebenarnya apa yang terjadi? Seungmin tanpa sadar menarik diri menjauh dari meja. Pemuda itu terduduk di tepi ranjang dengan mata berpendar ke tiap sisi kamar. Keringat dingin mengucur deras membanjiri wajahnya. Untuk sekejap Seungmin diserang panik, bibirnya ia gigit keras-keras untuk menetralisir detak jantung sementara sepasang netranya tak mau berhenti bergulir kesana-kemari.
Dalam kepanikannya Seungmin menatap botol putih yang teronggok di atas meja belajar, berdampingan dengan botol biru, hadiah ulang tahun dari Jisung. Seungmin menatap botol kecil itu lama, sampai pikirannya berputar-putar pada satu titik. Seungmin menahan napas.
Hyunjin itu ...
... nyata atau tidak?
Keluar-masuk rumah Seungmin tanpa salam seolah sudah menjadi kebiasaan bagi Lee Felix. Kebiasaan buruk yang bahkan ia lakukan sampai detik ini, dimana ia main menjeblak pintu utama Seungmin dan terkejut begitu mendapati ruang tengah kosong tak berpenghuni. Langkah Felix berhenti di pijakan. Pemuda itu merasa aneh. Pasalnya ruang tengah yang seharusnya diisi oleh tawa Seungmin di Minggu pagi, kini sunyi. Tak biasanya seorang Kim Seungmin membiarkan televisi mati di jam segini pada akhir pekan.
Pandangan Felix berpendar. Melihat pintu kamar Seungmin yang terbuka, Felix segera berderap masuk ke sana. Alangkah terkejut Felix ketika sepasang bola matanya menyaksikan Seungmin duduk meringkuk di pojok kamar yang berseberangan dengan pintu masuk. Dengan sepasang mata membelalak kaget, Felix berderap cepat menghampiri Seungmin yang nampak ketakutan.
"Min, ada apa?" Tak dapat ditampik, Felix khawatir akan kondisi Seungmin saat ini. Wajah pucat, keringat dingin seolah tak mau berhenti mengalir, dan sepasang bola mata yang bergulir ke segala arah, sukses menimbulkan kepanikan tersendiri bagi Felix. "Halusinasi lo kumat? Min? Seungmin, jawab gue!"
"L—Lix, gue.. gue—" Seungmin terbata. Ia tak sanggup melanjutkan kata karena bibirnya bergetar, ditambah bola mata yang tak mau berhenti berpendar membuat Seungmin terbelenggu dalam kepanikan. "Lix, tadi malem.. gue.. dia.. meja makan.. duit di laci gue—"
"Seungmin, jawab gue! Lo kambuh? Semalem minum obat lagi?" Felix meraih kedua bahu Seungmin lantas mencengkeramnya kuat. "Min? Seungmin!"
Plak!
Tak punya cara lain, Felix menampar Seungmin tanpa tedeng aling-aling, berharap pemuda itu segera sadar dari rancauan tidak jelasnya. Bibir Seungmin berhenti bergetar untuk sementara waktu. Spontan ia mengalihkan tatapan pada Felix sepenuhnya, kedua mata Seungmin berkaca-kaca.
"Seungmin. Gue udah bilang sama lo, jangan minum obat itu lagi!" Felix berteriak marah, tatapannya tajam menyiratkan kekecewaan yang mendalam pada pemuda Kim. "Lo beli obat itu lagi tanpa sepengetahuan gue?"
Seungmin tak menjawab. Pemuda itu mengunci bibir rapat membuat cengkraman tangan Felix di bahunya kian menguat. Mengerti jika ia tak kunjung dapat jawaban, pemuda Lee mengedarkan pandang, memindai tiap sudut di kamar Seungmin untuk mencari keberadaan obat yang pemuda itu tenggak. Sampai ketika ia mendapati botol putih tergeletak di atas meja, Felix melepas cengkeraman tangannya. Ia bangkit lantas berderap cepat menuju meja.
Diraihnya botol itu, Felix memperhatikannya sejenak. Dari bobotnya yang lumayan berat, Felix rasa Seungmin baru membeli obat ini. Felix putuskan untuk mengantongi benda tersebut sebelum berbalik, menoleh pada Seungmin yang duduk meringkuk dengan pandangan kosong ke depan.
"Ganti baju, abis itu ikut gue."
Oye, kalian gak perlu berkonspirasi, ya. Gak ada teori apapun di sini, hahah. See you next chapter!
Btw kalian suka WBH update pagi atau malam sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫
Fanfiction𝑲𝒊𝒎 𝑺𝒆𝒖𝒏𝒈𝒎𝒊𝒏 | 𝑯𝒘𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒚𝒖𝒏𝒋𝒊𝒏 ft all. Seungmin tidak tahu apa yang terjadi padanya. Yang jelas setelah insiden dimana seorang laki-laki dengan luka lebam dan darah dimana-mana terjatuh dari atap kamar mandi lalu menggelepar tep...