pt 8.0 | Expellin'

265 51 26
                                    

8.0 | Expellin'

-:-

Seungmin apes! Setidaknya itu titel yang cukup cocok untuk hari ini.

Pukul 18:21, Seungmin baru sampai di rumah setelah seharian berputar-putar di kota. Tidak jelas kemana arah dan tujuannya, Seungmin betul-betul mirip gelandangan jika diingat lagi.

Buntutan utang piutang yang sempat lama terkubur dalam memori, mendadak muncul ke permukaan karena dua preman yang bertandang ke rumahnya pagi tadi. Tak ada alasan bagi Seungmin untuk tak bercerita pada Felix, meski pemuda itu tak membantu banyak. Ralat, Felix tak membantu apa-apa kecuali berdoa. Bahkan Seungmin sanksi apakah Felix betul-betul ikhlas mendoakannya atau sekedar formalitas belaka.

Niatnya untuk meminjam uang pada Felix juga hanya berakhir jadi niat, sebab Seungmin tahu jika teman sebangkunya itu meskipun kaya, pegangannya bukan uang. Paling banter juga ke sekolah bawa duit jajan gocap. Seungmin pernah meragukan kekayaan Felix andai Jisung tak diam-diam memberitahunya —entah kapan, Seungmin sendiri lupa— jika orang tua Felix itu betulan medit walaupun harta tiap menitnya melimpah ruah.

Tak hanya soal hutang, apa yang Chan katakan di markas ketika jam istirahat kedua tadi juga semakin membuat kepala Seungmin terasa ingin pecah. Taruhan yang awalnya dijadwalkan Minggu depan dimajukan menjadi hari Rabu, empat hari dari sekarang. Kalau bisa, ingin sekali Seungmin membanting kulkas yang tak ada isinya kecuali berbotol-botol air itu. Tapi daripada berakhir rusak, Seungmin jadi kepikiran sesuatu.

Ia yang baru saja menenggak air dingin, menatap kulkasnya cukup lama. Seungmin menimang-nimang, menggigit bibir bawahnya sambil berpikir keras. "Apa gue jual aja, ya?"

"Mau jual apa lo?"

Seungmin berjingkat kaget. Spontan diputar tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan mendapati Hyunjin keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk kecil di leher. Megap-megap Seungmin dibuatnya terkejut, pemuda itu melotot tajam pada Hyunjin yang berjalan santai menghampirinya sembari mengusak rambut dengan handuk.

"Anjir, Jin. Lo munculnya pakai tanda-tanda dulu bisa gak sih? Bisa keburu mati gue kalau cara main lo gini." Cetus Seungmin, nyaris menggeplak kepala Hyunjin ketika pemuda itu menenggak air dari botol yang ia rebut dari tangan Seungmin.

"Emang lo gak denger suara gebyar-gebyur di kamar mandi?" Tanya Hyunjin santai seraya memasukkan kembali botol ke dalam kulkas lantas menutupnya.

Satu alis Seungmin terangkat. "Enggak."

Hyunjin putar bola matanya malas, kemudian berderap menuju meja makan dimana teronggok sebuah tudung saji merah di atasnya. "Makan, gue udah bikin ini. Thanks me later." Ujar Hyunjin begitu membuka tudung saji yang sukses membuat bola mata Seungmin nyaris mencelat keluar.

Sebakul nasi, tumis ayam kecap dan kangkung, serta dua telur ceplok tersaji dengan begitu menggiurkan di atas meja. Mata Seungmin berbinar-binar menatapnya sebelum beralih pada Hyunjin yang memasang tampang congkak. "Jin, ini semua lu yang bikin?"

"Ya lo pikir siapa lagi?"

Tak peduli pada segala kesombongan Hyunjin, Seungmin buru-buru menyabet piring dan sendok dari rak. Lantas mengambil nasi beserta lauknya dengan kesetanan. Tanpa perlu menunggu Hyunjin yang baru meletakkan secentong nasi ke atas piring, Seungmin sudah melahap makanannya seperti orang tak makan seminggu. Membulat sempurna matanya sebab tak menyangka jika masakan Hyunjin seenak ini.

"Jin, ini bener lo yang bikin?" Tanya Seungmin sekali lagi, tak begitu jelas sebab mulutnya penuh dengan nasi dan ayam.

"Gue getok pala lu pake sotel ya, Min, lama-lama." Hyunjin melotot, tangannya melayang dengan menggenggam sendok sebelum kembali menyendokkan ayam ke atas nasi. "Ngeselin banget."

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang