pt 6.0 | Buyin'

319 58 22
                                    

6.0 | Buyin'

-:-

Andai membunuh bukanlah suatu hal yang tidak diharamkan dan tak ada hukum yang mengatur pasal pembunuhan, sudah Seungmin pastikan jika Hyunjin tinggal nama. Tak main-main, Seungmin dibuat melongo sebab keranjang biru bawaan Hyunjin saat ini telah penuh dengan berbagai sayur-sayuran, makanan instan, susu, dan ciki. Seolah tak cukup, Hyunjin dengan santai membawa belanjaannya menuju rak peralatan mandi untuk mengambil beberapa batang sabun, sebotol sampo, sikat gigi, dan odol.

"Jin, lo mau rampok gue?" Seungmin mendesis tak terima, ditatapnya Hyunjin dari belakang yang bahkan tak mengindahkan keberadaannya. Pemuda itu khidmat memilih satu dari dua odol yang ia pegang, terlihat bingung untuk putuskan pilihan. Sebaiknya odol hijau atau biru?

"Lo kata gue gak mampu, tapi lo seenaknya palak gue." Seungmin melanjutkan dengan geram. "Gue lagi bokek, anjir! Udah mah gue gak mampu, malah jatuh miskin gara-gara elo." Ia lalu mengambil paksa salah satu odol dari genggaman Hyunjin berikut keranjangnya. Lantas asal lempar odol ke dalam keranjang setelah sebelumnya ia rebut, membuat pemuda Hwang terkesiap.

Tanpa banyak kata, Seungmin berbalik, berderap tegak menuju kasir meninggalkan Hyunjin yang melongo di belakang. Pikirnya berjalan tegak seperti itu membuat kadar rupawannya melesat, hingga tanpa sadar Seungmin mengulum senyum ketika beberapa orang menatapnya tanpa kedip.

Namun segala persepsinya terpatahkan ketika salah seorang pengunjung supermarket tiba-tiba berteriak, "Woi, bujang! Resleting lo belum dinaikin itu, astaga! Terbang tuh burung, nanti nangeees."

Mata Seungmin melotot selebar-lebarnya. Buru-buru ia menurunkan pandangan, kembali dibuat terbelalak begitu melihat jika resletingnya betulan terbuka lebar. Seungmin mengumpat pelan, wajahnya berubah semerah tomat ketika suara gelak tawa orang-orang sekitar memenuhi udara. Niatnya ingin berbalik kabur, namun urung karena seseorang tiba-tiba berdiri di depannya. Memperlihatkan punggung tepat di hadapan Seungmin seolah menawarkan tembok untuk menutupi dirinya yang kepalang malu.

"Buruan benerin resleting lo, anjir."

Seungmin berkedip dua kali, seolah sadar dari lamunan tatkala suara dalam itu menelusup masuk ke dalam gendang telinga. Tanpa menunggu perintah dua kali, ia menarik resletingnya ke atas cepat-cepat. Setelahnya ia berdehem, mencoba bersikap biasa saja —kendati dalam hati ingin berteriak karena malu bukan main— sewaktu Felix berbalik memandangnya.

Pemuda keturunan Australia itu sempat menurunkan pandangan pada celana Seungmin sebelum menatap malas si empu dengan mulut mendecak. "Makanya kalau mau apa-apa itu dipastiin sekali lagi. Resleting lo yang kebuka, gue yang malu, sialan!"

Sungguh, Seungmin tak bisa merespon apa-apa kecuali nyengir hingga menampilkan deretan gigi putihnya.

"Sendirian lo ke sini? Tumben banget." Kata Felix terheran-heran. "Biasa juga beli odol sama sabun di warung lo. Sekarang tumben belinya di supermarket." Lanjutnya begitu melihat odol dan beberapa sabun yang teronggok di dalam keranjang Seungmin membuat pemuda Kim mendengus sebab dihina secara tidak langsung.

"Lagi kaya, ya?"

Satu jitakan Seungmin luncurkan mulus menghantam kening Felix, mengundang ringisan juga decakan tak terima dari empunya. "Kaya monyet kali ah."

Felix mencibir sekilas. "Tapi serius, tumben-tumbenan lo belanja di mari."

"Lo kalau ngajak betumbuk bilang napa, Lix." Seungmin putar bola matanya. "Gue juga ogah kali ke sini kalau bukan diajak sama—" perkataan Seungmin selanjutnya terpaksa putus di tengah jalan ketika tiba-tiba teringat sesuatu.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang