pt 2.0 | Tellin'

472 77 29
                                    

2.0 | Tellin'

-:-

Kamis, 7 Oktober 2021. 09:50.
Di kantin sekolah.

Pemuda dengan freakless cantik di kedua pipinya itu bertopang dagu. Sesekali bola matanya merotasi karena bosan dengan pemuda yang duduk di hadapannya, tengah bercerita penuh semangat membara. Begitu menggebu sampai membuat Felix jengah.

Bukan tanpa sebab, Felix jengah sebab apa yang Seungmin ceritakan benar-benar jauh dari masuk akal. Ya pikir saja, orang gila mana yang tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba ambruk dari atap kamar mandi?

Segila-gilanya Changbin, menurut Felix cerita Seungmin kali ini seratus kali lebih gila dari pemuda itu.

Felix menghembuskan napas gusar. Andai Seungmin dilengkapi tombol on-off di atas tengkuknya, sudah dari tadi ia tekan tombol off agar pemuda itu berhenti mengoceh.

"Yang gue gak abis pikir, tuh orang jatuh dari pesawat apa pegimane tuh? Bisa-bisanya jatuh depan gue yang lagi berak. Lagi berak loh, Lix, lagi berak! Bayangin tuh."

Usai mengoceh, Seungmin menenggak jus mangganya dengan kalap, alih-alih menyedot dengan pipet yang disediakan. Kerongkongannya kering bukan main sebab berceloteh tentang apa yang terjadi dini hari tadi pada Felix selama sepuluh menit non stop.

Felix melakukan hal yang sama, hanya saja ia menyedot jus jeruk pesanannya pelan-pelan. Tak seperti Seungmin yang serampangan meminum langsung jus dari gelasnya seperti orang kesetanan.

"Lo yakin itu bukan mimpi, Min?" Felix akhirnya bersuara setelah sekian lama terdiam karena Seungmin tak memberi kesempatan untuk ia buka mulut.

Seungmin yang tengah mendongak sambil mengetuk-ngetuk pantat gelas untuk mendapatkan sisa jus sampai titik darah penghabisan, spontan menghentikan aktivitas sinting itu hanya untuk menatap Felix dengan mata melotot lebar. Ya ... meskipun lebarnya tak seberapa.

"Lo pikir gue ngarang?" Seungmin meletakkan gelas ke atas meja. "Gue emang bego sih, tapi buat apa juga gue ngarang kalau semalem ada orang jatuh depan gue yang lagi berak? Kenapa harus pas berak? Kalaupun gue ngarang, gue pilih-pilih kondisi juga kali!"

Seungmin kembali melanjutkan aktivitasnya, koret sisa-sisa jus mangga yang masih menempel di dinding-dinding gelas, menghiraukan Felix yang melempar tatapan malas padanya.

"Bulan lalu," Felix bicara, membuat Seungmin yang mendongak, meliriknya sekilas karena masih sibuk mengais sisa-sisa jus dalam gelas. "lo bilang ke gue kalau ada orang yang tiap hari ngintilin lo. Seminggu kemudian apa? Ternyata lo bilang kalau yang ngikutin lo itu ternyata bayangan lo sendiri."

Seungmin tersedak ludah sendiri, berdehem pelan karena malu ketika Felix mengingatkan dirinya akan kebodohan yang ia lakukan dulu. Sementara pemuda yang satunya mengumpat kasar.

"Terus dulu," lanjut Felix. "lo juga pernah bilang kalau duit yang lo simpen di dalam lemari tiba-tiba ilang. Tapi nyatanya apa? Lo gak pernah simpen duit di situ. Terus—"

"Oke-oke, cukup. Gak perlu lo jabarin semua kecerobohan gue." Seungmin menyela, mengangkat satu tangannya di depan wajah Felix. Ia tak ingin mendengar semua kalimat yang akan pemuda ber-freckless itu katakan.

"Bukan ceroboh, tapi halusinasi." Felix meralat yang kontan buat Kim Seungmin menatapnya tak suka.

Sejenak Seungmin terdiam, merangkai kata-kata yang tepat membalas perkataan Felix ketika tiba-tiba teringat akan satu hal. Ingatannya terlempar pada satu kejadian di kamarnya tadi pagi. Waktu ia bangun tidur, Seungmin mendapati ... bercak darah.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang