pt 23.0 | Plannin'

213 44 28
                                    

23.0 | Plannin'

-:-

Pandangan Seungmin jatuh pada jendela di sisi utara kamar, menampakkan langit malam yang legam tanpa secuilpun temaram cahaya bintang. Yang dilakukannya sedari tadi tak banyak, hanya duduk merenung, menatap ke luar, dengan pikiran bercabang kemana-mana. Seragam yang ia kenakan telah tertanggal, berganti menjadi kaos tipis dan celana training. Samar-samar ia memikirkan segala perkataan Felix yang perlahan-lahan menggerogoti memorinya, tanpa sadar mendoktrin pikiran pemuda itu sedikit demi sedikit.

"Bukan ceroboh, tapi halusinasi."

"Konsumsi obat tidur lo tuh udah over. Liat? Halusinasi lo kambuh lagi, malah tambah parah dari sebelum-sebelumnya."

"Lo gak mungkin kayak gini kalau gak habis minum obat tidur, Min."

"Jangan gila, Min! Gue mohon, sadar!"

"Pikiran lo tuh udah gak bener, Min!"

Seolah belum cukup, Seungmin kembali tertampar ketika suara sang rambut panjang menggema dengan begitu jelas di gendang telinganya.

"Tapi lo jangan kaget kalau gue tiba-tiba suka ngilang, ya?"

Jadi, Hyunjin itu apa? Dia itu nyata, atau hasil imajinasi Seungmin semata? Juga, ketika Hyunjin datang kemari untuk yang terakhir kali, itu cuma mimpi? Atau imajinasinya yang merajut cerita tanpa diperintah? Atau bagaimana?

"Jadi orang baik, ya. Karena nggak ada yang tahu masa depan nanti bakal gimana."

Masa depan, Hyunjin membicarakan masa depan kala itu. Benarkah Hyunjin...berasal dari sana?

Tanpa sadar, Seungmin menggeleng sekilas. Melempar pandangan dari jendela pada Jisung yang duduk di meja belajar, tengah menatapnya tak berkedip. "Min, lo ngapa?"

Sadar jika ia tak berada di kamarnya sendirian—Jisung dan Jeongin juga berada di sini, sementara tiga pemuda yang lain keluar untuk membeli makanan— Seungmin berdehem. Ditatapnya Jeongin yang duduk di ujung ranjang, juga sama tengah memandangnya tanpa kedip, lantas lempar pandang pada pemuda Han. "Gak papa, cuma pusing dikit."

Mendengar itu, Jisung refleks berdiri dan menghampiri Seungmin. "Butuh air gak?"

Seungmin menggeleng. Hening menyelimuti beberapa saat, membuat Seungmin sedikit canggung karena tak biasanya ia berada di situasi seperti ini saat sedang bersama Jisung dan Jeongin. Biasanya mereka akan nyablak, saling meledek, bergosip, bahkan saling teriak. Bukan diam tanpa konversasi begini.

"Felix sama yang lain kok lama, ya?" Akhirnya kalimat itu keluar dari lisan Seungmin setelah ia berpikir cukup keras untuk memecah sunyi.

"Kali aja Bang Changbin godain anaknya yang punya warung," celetuk Jeongin yang sedang bermain ponsel, tak mengalihkan pandangan dari benda itu sedikitpun. "Semok, Bang. Tipe ideal Bang Changbin banget."

Jisung tiba-tiba tertawa, spontan memukul kepala Jeongin dengan buku paket yang ia ambil dari meja belajar Seungmin. "Anjir lu, Jeong."

Yang dipukul merengut, lantas menatap Jisung sengit. "Dih, orang gue serius! Minggu lalu Bang Changbin curhat sama gue, cerita kalau anaknya yang punya warung langganan dia beli makan itu cantik. Plus bohay, idaman dia katanya."

Seungmin tak kuasa menahan, meledaklah tawanya seiring dengan Jisung yang terbahak kencang sambil menggeplak punggung Jeongin dengan buku paket di tangannya beberapa kali hingga si empu berteriak. Tak terima, Jeongin menyimpan ponselnya ke saku celana lantas bangkit dan balas memukul Jisung dengan buku paket Seungmin yang lain. Kemudian, terjadi pertikaian singkat antara Jisung dan Jeongin, membuat Seungmin yang menonton hanya menggeleng jengah.

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang